"Gue enggak nyangka, kehidupan lempeng lo tiba-tiba kesamber gempa yang berpotensi tsunami."
Ammar terbelalak, lalu perlahan berbalik ke arah laki-laki dengan pakaian olahraga yang berdiri di sebelahnya. Dia menekan tombol naik di samping elevator sambil menghadap Ammar. Dialah Braga, sepupu Ammar. Mereka tinggal di gedung apartemen yang sama, hanya beda lantai. Ammar tinggal di lantai tujuh, sementara Braga dan istrinya menempati sebuah unit di lantai enam.
"Apa maksudmu tsunami?" Ammar menyipit ketika melontarkan pertanyaan itu.
"Istri lo dateng ke tempat Om Sigit." Pintu lift terbuka, Braga dan Ammar masuk. Braga menekan angka enam dan tujuh pada tombol lift. "Gue udah nanya ke Om Sigit, ternyata Utari ke sana buat nanya-nanya soal perceraian."
Ammar tersenyum getir, tapi tak yakin harus merasa percaya pada ucapan Braga atau tidak. "Kapan?"
"Kemarin siang." Braga mengantongi kedua tangan ke saku celana olahraganya. "Lo beruntung dapet Tari, cinta pertama lo. Meskipun kalian menikah karena alasan yang kurang menyenangkan, gue yakin lo bisa dapetin hati Tari seutuhnya, kalau lo---"
"Bisa hentikan omong kosongmu?" Ammar menunjuk ke arah pintu lift yang terbuka. Braga telah sampai, mau tak mau ia harus keluar dan menelan kembali nasihat yang ingin diselesaikan.
Ammar menghela napas, ia diam beberapa detik untuk menenangkan batin yang mulai bergemuruh riuh. Ia berjalan lambat-lambat ke pintu apartemennya, berharap tidak menyisakan semburat emosi di wajah. Utari tidak boleh sadar bahwa Ammar telah mengetahui rencananya.
Dibukanya pintu dengan menekan kode sandi, lalu ditutup kembali begitu ia masuk. Ammar melihat ke sekeliling apartemen. Ruang tamu yang cukup untuk menggelar lima kasur lantai itu tampak kosong. Ruang makan yang terbuka ke ruang tamu juga sepi. Ammar berjalan ke dapur yang dipisahkan dari ruang tamu dengan sekat tembok separuh. Rupanya Utari sedang memasak di sana.
"Tari," panggil Ammar seperti biasa, dingin.
Utari menoleh, tersenyum ke suaminya yang masih menggunakan seragam pilot lengkap dan menenteng sebuah koper. "Sudah pulang? Kamu mau mandi dulu atau makan?"
"Mandi dulu. Begitu aku selesai mandi, makanan dan ... tubuhmu, harus sudah siap." Usai mengatakan itu Ammar melengos pergi ke kamar, tanpa memberi kesempatan istrinya merespon.
Utari sudah terbiasa. Ya, bukankah ia seharusnya terbiasa setelah diperlakukan seperti itu selama dua tahun oleh Ammar? Tetapi kenapa hati Utari tetap terluka setiap Ammar datang untuk meminta tubuhnya dengan nada dingin dan tatapan arogan. Apakah ia seorang istri atau seorang pelacur bagi Ammar?
Tumisan di teflon telah siap. Tari memindahkannya ke piring saji. Ia harus lebih cepat menyiapkan makan malam, sebab Utari juga perlu menyiapkan hal lain. Tidak biasanya Ammar pulang tugas langsung mengajaknya berhubungan, jelas Utari tidak mempersiapkan diri. Ia belum bercukur, belum mencuci rambutn. Ammar tak suka ada bulu di sekitar kewanitaannya. Ammar juga benci aroma rambut Tari setelah memasak. Lelaki itu sangat pemilih dan merepotkan. Banyak sekali maunya. Jika saja Tari tak berhutang budi pada Ammar, ia tak akan sudi menjadi istri jadi-jadian yang fungsinya lebih ke pemuas nafsu dan pajangan rumah.
Ammar keluar dari kamar setelah mandi dan mengganti baju dengan baju tidur. Hidangan di meja makan telah tersaji cantik, Utari menarik kursi untuk suaminya duduk. "Gimana penerbangannya?" basa-basi Tari sembari menyendokkan nasi dan lauk ke piring Ammar.
"Gimana apanya?" sewot Ammar yang seakan enggan menanggapi ramah-tamah istrinya.
"Ma-maksudku, kamu emangnya enggak capek? Baru pulang udah ngajakin itu...."
"Kenapa, kamu tidak mau? Menolak, hah?" Tatapan Ammar tajam, Utari merasa seperti dilubangi oleh laser tak kasat mata dari netra suaminya.
Utari hanya menggeleng karena rahang Ammar sudah mengetat. Ekspresi yang merupakan alarm bahaya untuknya. Ia pernah membuat Ammar marah karena membangkang, si suami tanpa hati mengadukan yang tidak-tidak tentang Utari ke ibunya. Jadilah Tari dipukuli oleh ibu kandung sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE PILOTS
RomanceGiorgino Ammar seorang pilot tampan dan sukses yang dulu sempat jadi korban bully. Kini tujuan Ammar hanya satu, menikahi Utari untuk balas dendam. Utari merupakan cinta pertamanya, yang membuat dia dulu dirundung semasa SMA karena penolakan keja...