Bab 9

73.2K 4.9K 155
                                    

Utari:
Mel bantuin aku

Melly:
Ada masalah apa Ta?

Utari:
Suamiku dah tau kalo aku mo urus cerai

Melly:
Tau drmn? Terus gmn reaksinya?

Utari:
Entah deh dia tau drmana, yang pasti dia jd aneh bgt. Kami dulu udah sepakat g mau ada bayi dlm pernikahan kita. Eh setelah tau aku ingin bercerai, dia malah terobsesi bikin bayi

Melly:
Buat iket elo tuh Ta

Utari:
Iya, aku juga mikir gitu. Sekarang masalahnya adalah dia g mau pake pengaman tiap kami berhubungan. Aku takut hamil Mel. Aku g mau mengandung anaknya

Dari laptop, Ammar dapat leluasa membaca chat istrinya dengan Melly. Kemarin Ammar sengaja menyadap WhatsApp Utari untuk berjaga-jaga, kalau wanita itu punya rencana lain untuk meninggalkannya.

"Kamu nggak mau mengandung anakku, Tari?" Ammar mengeram, menahan emosi. "Kenapa? Semenakutkan itu kah aku di matamu?"

Melly:
Jangan khawatir ta, gue akan beliin lo pil kontrasepsi darurat biar lo g sampai hamil. Lo bisa ke tempat gue kapan?

Utari:
Tapi Mel, kami gituan sejak kemarin siang. Dia terus buang spermanya di dalem, emang pil darurat itu masih ngefek?

Melly:
Lo jgn cemas, pil ini berfungsi dengan baik meskipun lo minum 3-5hr setelah berhubungan.

Utari:
Wah makasih banyak Mel, aku akan naik ke unit kamu sekarang juga. Kebetulan suamiku masih tidur, dia belum keluar kamar

Melly:
Ok. Gue tunggu

Ammar jelas tak membiarkan Utari pergi meninggalkan apartemennya satu langkah pun. Ia mencintai Tari, dan ia pasti akan memiliki Utari sepenuhnya. Hati dan raganya. Ammar langsung bangkit untuk menangkap sang istri.

Utari tampak di ruang tengah sedang akan mengenakan sweater kuningnya, bersiap untuk pergi.

"Mau ke mana kamu?" sambar suara berat itu mengejutkan Tari.

"Ak ... aku ... ada beberapa barang yang ingin kubeli. Aku janji nggak akan lama." Utari berusaha menjawab sesantai mungkin.

"Masuk," perintah Ammar mengarahkan dagu ke pintu kamarnya.

Utari menatap Ammar dengan kening berkerut. "Tapi aku harus pergi."

"Haruskah aku mengulangi perintahku?" Ammar membuka pintu kamarnya. Ia menatap Utari dari ujung kaki hingga kepala, lalu menaikan pandangannya ke wajah pias Tari. Hal itu membuat Utari mengernyit bingung.

"Ya udah." Utari akhirnya tak tahan juga. Ia menuruti intruksi Ammar, memasuki kamar lelaki itu dan menunda pertemuan dengan Melly.

Begitu Utari masuk, Ammar menutup pintu. Ia berjalan tenang ke meja, membuka laci dan mengambil kunci. Tari mulai merasakan suasana tidak nyaman.

Apa yang akan Ammar lakukan kali ini? Selama dua tahun menikah Ammar tak pernah mengunci pintu kamar, kenapa hari ini tiba-tiba Ammar melakukannya?

Ammar menghampiri Utari, jemarinya yang besar merangkum wajah sang istri dengan cengkraman kuat. "Ammar, sakit," rintih Utari agak kesakitan.

Deru napas Ammar meningkat, menerpa wajah Tari yang kebingungan. Tatap mata Ammar menajam. Tak memberi kesempatan Utari mengeluh, Ammar memagut bibir wanita itu dengan kasar. Lidah Ammar menerobos masuk menelusuri kehangatan mulut Utari Anantavirya.

LOVE PILOTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang