Setelah selesai, aku di bawa ruang rawatan biasa. Waktu itu aku merasa pengen sekali lihat bayiku.
"Maaf buk, Ibu harus nyusin bayinya" kata suster tersebut yg membawa bayiku dan serahkan kepadaku. Aku mengambil bayiku dengan semangat. Setelah itu, suster tersebut mengajarku cara-cara menyusukan dengan benar.
Bahagia banget aku ngerasa saat itu. Mungkin inilah perasaan yang dirasain semua ibu ketika menyusukan bayinya. Syukur kepada Tuhan, aku masih diberikan perasaan seperti ini setelah rumah tanggaku hancur.
"Jadi disini...." aku di kejutkan dengan suara seseorang. Dengan pantas aku luruhkan bajuku agar tidak terlihat apa yang sepatutnya tidak boleh dipandang. Tapi perasaan yang dia hanya memandang ke arah lain.
"Makasih karna bapak udah banyak bantu saya" ucapku.
"Gk usah panggil bapak, nama aku Aliando Mikail. Panggil aja Ali, kalau kamu" dia memberitahuku tapi wajahnya masih ke arah lain. Mungkin dia ngerasa malu karna aku masih lagi menyusukan bayiku.
Aku tersenyum melihatnya, sejuk hatiku melihat tingkahnya. Aku tidak menyangka masih ada lelaki yang begitu menghormati hak seorang ibu.
"Namaku Prilly Azzahra, panggil aja Prilly" aku memperkenal diriku.
"Hye mama Prilly" canda Ali.
"Oh iya, hampir lupa. Ini aku ada beliin kamu kueh. Waktu aku di luar tadi, ada yg jualan kueh ini. Aku ingat kamu, jadi aku beliin" ali meletakkan kueh tersebut di sebelah ranjang rawatku. Terharu atas perhatiannya.
"Makasih Li, aku gk tahu gimana aku bisa ngebals jasa kamu ke aku dan bayiku. Kamu gk kenal sama aku, tapi kamu mau bantu aku" ucapku perlahan.
"Udah, jangan dibahas. Mungkin hari ini hari kamu. Mungkin besok-besok malah kebalik, malah kamu yang bantu aku" kata Ali. Kedengaran nyaman.
"Prill, apa kamu gk mau hubungin keluarga kamu. Beritahu yg kamu udah ngelahirin" soal Ali.
"Gk usah Li, aku gk mau merusak kebahagian meraka lagi liburan" jawabku perlahan. Ali tidak tahu apa-apa soal masalah aku dan keluargaku.
"Apa kamu ada masalah sama keluarga kamu" soal Ali lagi. Seperti dia sudah duga apa yg sedang berlaku."Aku anak dari isteri kedua papa. Papa sama mama udah meninggal akibat kecelakaan. Kamu pasti udah tahu bagaimana status aku dari isteri kedua" jelasku.
"Oh! Aku ngerti sekarang. Maaf, kalau aku bertanya. Aku gk bermaksud ikut campur tentang keluarga kamu" kata Ali.
"Gk papa kok Li, wajar kalau kamu tanya. Tapi aku harap kamu ngerti kesulitan yang sedang aku hadapi sekarang" kataku lagi. Sungguh aku tidak bermaksud untuk meraih simpati daripada Ali. Apa yang aku inginkan hanyalah pengertian Ali tentang keadaanku. Ali hanya dia, suasana sepi seketika.
"Hmmm, udah ada nama buat bayi kamu Prill?" Ali bertanya
"Hmm,,, belum Li. Aku gk kepikiran sama sekali tentang nama bayiku" kataku lalu mencium pipi bayiku.
"Li, apa kamu ada nama yg cocok buat bayiku?" Soalku. Lalu aku menyerahkan bayiku kepada Ali. Rasanya Ali sedang menanti untuk menggendong bayiku.
"Gimana kalau Zahra, kayak nama mama nya" kata Ali sambil menggendong bayiku. Berkali-kali dia mencium pipi bayiku. Dengan jelas keliatan, ada perasaan kasih sayang terselit diantara mereka. Aneh? Saling tidak mengenali, tapi mengapa ada rasa seperti itu?
"Zahra? Hmmm, gimana kalau Zahra Mikaila. Kita ambil Kaila nya aja. Gabungan antara nama kamu juga. Karna kamu aku dan bayiku selamat. Kenapa aku gabungkan nama kamu di nama bayiku. Biar suatu hari nanti, biar dia tahu siapa yg udah bantu mama nya yg mau ngelahiran dia" kataku sambi mengelus rambut nipis bayiku.
"Hmm, bagus juga. Makasih ya karna udah sudi kasih nama Mikaila, dari gabungan namaku untuk bayi kamu Prill" kata Ali. Kelihatan seperti pasangan suami isteri sesungguhnya yang sedang bahagia menyambut cahaya mata.
Sekarang bayiku sudah punya nama, Zahra Mikaila. Disaat bayiku melihat dunia, pada hari itu juga papanya sedang honeymoon dengan wanita lain. Bayiku sudah kehilangan papa sejak lahir" ujarku perlahan.
"Prill, yang sabar ya. Kalau udah takdir kita kayak gitu, kita ikhlasin aja. Tapi bukan bermakna kamu akan kehilangan semunya. Sekarang kamu udah punya Kaila, jadi kamu harus tempuhi semuanya demi Kaila" kata Ali. Aku lihat wajah Ali. Katanya sungguh mendalam dan kembalikan semangatku.
"Hmmm, Prill. Aku pulang dulu ya. Aku rasa semuanya sudah selesai" kata Ali. Setelah itu Ali mencium pipi Kaila, berkali-kali juga dia melakukan.
"Kaila, jangan bandel ya. Jangan bikin mama khawatir. Jagain mama ya" kata Ali ke Kaila. Membuat aku tersenyum sendiri. Kemudian Ali menyerahkan Kaila kepadaku.
"Ali," panggilku.
"Iya Prill," jawab Ali memandangku.
"Kamu bisa tolong tanam uri Kaila gk?" soalku.
"Uri?" tanya Ali balik. Mungkin dia tidak tahu apa-apa.
"Hmm, uri. Itu ada didalam balutan kertas yg dibungkus plastik. Kamu tinggal tanam aja, bisa gk Li?" mungkinpermintaan ku keterlaluan.
"Baiklah" jawab Ali. Lalu mengambil bungkusan tersebut.
"Aku pulang dulu ya Prill, kalau ada apa-apa. Langsung hubungin aku aja ya" kata Ali lalu mengambil hp ku di lemari kecil sebelah ranjangku. Mungkin Ali sedang menyimpan nomerku ke hp nya.
"Bye Kaila, papa pulang dulu ya," kata Ali sebaik saja kembalikan hp ku ke tempatnya. Sekali lagi Kaila menerima ciuman istimewa dari Ali, papa? Ali sudah mengelarkan dirinya sebagai papa Kaila.
"Prill, jaga diri baik-baik ya" Ali meletakkan tangannya di atas kepalaku. Aku terharu dengan perlakuannya. Rasanya Ali memamg ikhlas menolongku.
Ali hendak mengatur langkah, terhenti apabila aku memanggilnya.
"Ali" dia menoleh kearahku.
"Makasih Li" ucapku dengan iringin air mata. Aku lihat Ali senyum, itu senyuman sudah cukup meredakan perasaanku.
"Sama-sama Prill..." katanya dan berlalu pergi. Siapapun Aliando Mikail, aku tetap menghargai pertolongannya.
G
imana nih! Mau di lanjut apa gk H.AC.K.S nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
H.A.C.K.S
RomancePrilly Azzarah gadis yang telah di ceraikan oleh suaminya disaat dia sedang hamil. Pada saat yang sama ada seorang lelaki yang berhati baik sedia menolongnya dan menganggap bayinya seperti anaknya sendiri. Akankah lelaki itu bersedia menikahinya? P...