Part 10

4.7K 322 1
                                    

Ali menyerahkan akta kelahiran Kaila kepadaku lalu aku duduk di hujung ranjang.

"Zahra Mikaila Syarief " soalku ke dia. Aneh, kenapa ada nama lain yang tertulis di belakang nama Kaila.

"Apa salah kalau nama keluargaku ada juga. Mau numpang nama aja kok Prill," kata Ali lalu mempamerkan senyumannya. Jadi nama lengkap Ali adalah Aliando Mikail Syarief.

Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi. Mungkin ini sudah takdir Kaila, dan kalau ini semua bisa membalas jasa baik Ali, aku rela.

"Prill, kenapa diem. Kamu gk suka namaku keluargaku ada di nama Kaila?" tanya Ali. Mungkin karna aku diem sejak melihat akta kelahiran Kaila itu telah memaksa dia untuk bertanya.

"Gk kok, aku suka. Cuma aku sedih bila keingat papanya Kaila. Sepatutnya dia yg urus semua ini. Bukan kamu Li yg susah payah kyk gini," tiba-tiba saja aku merasakan sebak walaupun aku sudah berusaha untuk menyingkirkan rasa itu dalam diriku.

"Yaudah, dianya gk tahu menghargainya dan mungkin satu hari nanti pasti dia akan menyesal," kata Ali. Seolah dia sedang berusaha untuk melegakan hatiku. Iya, ku pasti Ryan akan menyesal seumur hidupnya.

Ali bangun dari duduknya, lalu dia mengemas barang-barang ku ke tas pakaianku tanpa aku pinta. Waktu ini hanya satu yg aku rasakan, terharu. Benar, aku terharu dengan apa yang Ali lakukan. Bukan bantuan kecil yang dia hulurkan. Sudah tidak terhingga, dan aku sendiri juga tidak tahu bagaimana mahu membalasnya.

"Urmm Prill, aku keluar bentar ya. Mau urus bil rawatan kamu dulu." kata Ali, dan aku melihat lagi akta kelahiran Kaila. Zahra Mikaila Syarief.

#SKIP.

Sebaik saja berdiri dihadapan kediaman Ali, aku seperti tidak percaya dengan apa yang aku lihat saat ini. Seperti dihipnotis melihat sebuah kediaman yg tersergam indah dihadapanku. Awalnya sih aku hanya membayangkan sebuah aparment aja. Tetapi tidak menyangka lelaki yang bernama Aliando Mikail Syarief ini tinggal di kediaman yang sangat mewah.

"Hmmm Li, ini rumah kamu" soalku.

"Hmmm, menurut kamu" jawabnya. Aku hanya mendiamkan diri.

Apa pantas aku tinggal sementara disini? Dan kini persoalan yg bermain di fikiranku saat ini, siapa Ali sebenarnya sehingga dia mempunyai rumah sebagus ini?

"Prill, kamu kenapa?" soal Ali. Mungkin karna dia melihat aku hanya mendiamkan diri setelah keluar dari mobilnya.

"Li," aku melihat Ali. Apa yang aku pikirkan. Apa wajar atau tidak dengan apa yang aku lakukan sekarang.

"Prill, aku tahu apa yang sedang kamu pikirkan. Tapi kamu harus percaya Prill. Apa yang kamu lakukan ini demi Kaila dan aku menolongmu atas dasar kemanusiaan," kata Ali, ada kesungguhan dengan katanta tadi.

"Dan aku tahu, kamu pasti tertanya pada diri kamu sendiri kenapa aku pengen banget bantu kamu. Jujur, sebenernya sejak kamu bertarung nyawa untuk ngelahirin Kaila. Dari situ, hampir satu malam aku gk bisa tidur. Dan setelah itu, perasaan kemanusiaan ku datang kembali setelah perasaan itu sudah hilang," kata Ali lalu mengambil Kaila dari pangkuanku. Ali mencium pipi Kaila berulang kali. Hobi baru Ali nih.

"Dan aku gk bisa lupain Kaila Prill, Kaila kayak memberikan aku sesuatu. Sebelum ini, aku gk pernah merasakan seperti aku merasakan saat melihat Kaila kemaren, sangat bermakna bagiku Prill," kata Ali lagi.

Sebenarnya, aku langsung tidak fahm dengan apa yang Ali katakan tadi. Dia sudah hilang perasaan? Apa busa manusia hidup tanpa perasaan? Kalau bisa, udah dari dulu lagi aku mahu. Aku juga mahu hidup tanpa perasaan. Karna, bagiku memilikiperasaan sangat menyakitkan. Semua terpaksa dirasa. Sakit, kecewa dan semuanya.

"Aku mohon sama kamu Prill, tolong kasi aku peluang untuk jadi manusia kembali," kata Ali, sungguh tidak terkata. Permintaan Ali terlalu besar bagiku. Dia ingin jadi manusia kembali? Kalau dia bukan manusia, apa Ali vampire ya. ?? Ah, ngaco ah.

H.A.C.K.STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang