Part 9

4.6K 309 0
                                    

"Hmmm, papa yang baik" puji salah satu suster yang kebetulan menghampiri Ali. Selesai Ali membersihkan Kaila, suster tersebut mengajar Ali gimana cara mengenakan lampin pakai buang itu.

"Suami isteri harus saling bantu buat jagain anak, jadi isteri gk terlalu capek nantinya" kata suster itu. Ali melihat ke arahku lalu dia mengangkat kedua alisnya yg tebal itu, kemudian tersenyum.
Kaget aku melihat tingkah Ali. Seperti bersahaja dan agak mesra saat dia mengangkat alis seperti tadi.

"Makasih ya sus" kata Ali sebelum suster itu pergi. Ali mengangkat Kaila dan membawa menghampiriku.

"Prill, kamu mau gk tinggal bareng aku aja. Nanti tinggal aku minta sama pembantuku buat jagain kamu sementara kamu menjalani pantang" uacapnya perlahan dan mencium pipi Kaila.

"Gk usah Li, aku gk mau nyusahin kamu lagi. Lagian, apa kata isteri kamu nantinya" kataku dengan pantas. Tidak ada seorang wanita yang berpantang dirumah lelaki yang tidak dikenali. Apalagi kini statusnya janda.

"Gk nyusahin sama sekali Prill, aku tinggl sendirian kok. Lagian aku belum nikah" bisik Ali ke telingaku.

"Belum nikah! Itu lagi Li, apa nanti orang bilang?" jawabku.

"Gk usah khawatir Prill. Lagian komplek perumahanku aman kok. Meraka gk peduli tentang orang lain. Kalau kamu gk mau, nanti siapa coba yang jagain kamu. Sedangkan sewaktu kamu mau ngelahirin Kaila, kamu susah sendiri kan? Aku gk akan maafin kamu Prill, kalau terjadi apa-apa pada Kaila nantinya." apa Ali sedang mengancamku.

"In sha Allah, Kaila akan baik-baik aja" jawabku.

"Prill, jangan egois dong. Pikirkan juga tentang Kaila. Keselamatan Kaila itu penting Prill," kata Ali dengan nada tegas. Dan aku berfikir.

"Udah, jangan pikir apa-apa lagi. Sekarang, mana yang lebih penting coba. Keselamatan kamu dan Kaila atau omongan orang lain?" Ali mulai memaksaku dengan membuat pilihan.

"Yakin, gk bakalan nyusahin kamu nantinya" soalku.

"Gk Prilly, lagian Kaila juga anakku.." dia mencium pipi Kaila sebelum kembalikan kepadaku.

"Li, sebelumnya aku boleh minta tolong gk? Kamu tolong urusin akta kelahiran Kaila. Bisa gk?" lalu aku menyerahkan beberapa berkas ke Ali untuk dibawa.

"Oh, okey. Nanti aku urus semuanya ya," kata Ali lalu mengambil semua berkas tersebut dan mulai mengatur langkah. Aku hanya perhatikan langkah Ali yg semakin menjauh. Apa bisa aku percaya sama Ali? Apa bener, masih ada lelaki yang ikhlas menolong tanpa mengharapkan balasan.

H.A.C.K.STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang