Part 4

4.5K 288 3
                                    

##SKIP

Hari ini secara resminya, aku sudah diceraikan dengan talak satu. Ryan membawa dua orang saksi dan dia temani mama Rita dan juga Ayu. Aku pula hanya ditemani Dava Andika ( adik tiri Prilly ) .

"Kamu tunggu apa lagi?" Tanya mama Rita, mantan mertuaku.

"Aku lagi nungguin Dava, dia lagi ngambil mobilnya." Jawabku apa adanya.

"Sekali lagi aku ingatkan, kamu dan anakku udah gk punya apa-apa hubungan. Camkan baik-baik." Tegas mama Rita. Aku hanya mampu bersabar.

"Dan satu lagi, jangan pernah kamu ngancam Ryan dengan bayi itu. Jika kamu gk mampu buat membesarkan dia, tinggal kamu buang aja deh di tong sampah. Kelar kan. Ngerti kamu." Tergamaknya seorang manusia berbicara sepeti itu.

"Iya, aku ngerti." Ucapku perlahan.

"Bagus deh kalau ngerti, gk usah aku ngomong lagi." Lalu mama Rita pegang tangan Ayu dan berlalu pergi. Ayu hanya tersenyum sinis memandangku. Tapi kenapa perasaan ku mulai kosong ya? Bener-bener kosong seperti tidak terasa apa-apa lagi. Mungkin semuanya sudah selesai, tetapi luka yg mereka tinggalkan rasanya akan mengambil masa yg lama untuk bangkit. Akan aku ubati sikit demi sedikit.

Aku melangkah sebaik saja melihat kereta yg di pandu oleh Dava. Dan sewaktu aku mahu buka pintu mobil, aku liat Ryan menuju parkiran mobil dengan wajah yg sangat bahagia. Ayu liat ke arahku dan tersenyum sinis. Senyumannya seolah-olah dia sudah berjaya. Iya, dia sudah berjaya ngerebut Ryan dariku dan menghancurkan rumah tangga ku. Aku masuku ke mobil.

"Kak Prilly gk papa, yg sabar ya kak." Aku hanya menjawab dengan keluhan. Gk gampang untuk aku beri jawapan, kalau semuanya telah berakhir dan aku gk tahu kehidupan aku setelah ini gimana.

"Dava yakin kok semua ini berlaku pasti ada hikmahnya." Dava memujuk.

"In Sha Allah, kakak bisa hadapin semua ini." Jawaku tenang. Aku harus tenang untuk menghadapi masa-masa akan datang demi anakku.

"Tapi talak kak Prilly jatuh sesudah melahirkan nanti, bukan gitu ya kak." Soal Dava sambil memandu.

"Iya, dan ida juga habis samaan dengan talak kakak jatuh." Jelasku.

"Dan tidak perlu tiga kali bersuci, itulah kelebihan wanita yang d ceraikan sewaktu lagi hamil." Tambahku lagi. Dava hanya mengangguk.

"Kak Prilly jangan khawatir ya. Selagi Dava ada, Dava akan bantu kak Prilly kok. Yang penting sekarang kak Prilly harus lebih menjaga kandungan kakak ya. Soal mama dan kak Sofie, jangan khawatir dan gk usah dengerin omongan mereka. Kita diemin aja ya kak." Ucap Dava lagi.

Aku menarik nafas lagi. Rasa memang ada yg berat bakal aku lalui. Aku sangat yakin dan pasti tentang itu. Apapun itu, sudah tiada jalan lain untuk aku memilih. Dengan berat hati akan aku jalanin.

"Makasih Dava, karna udah tolong kakak. Tanpa kamu kakak gk tahu apa yg akan terjadi semuanya." Aku liat Dava yg lagi nyetir.

"Perasaan Dava gk nolongin kak Prilly apa-apa kok."

"Tapi Dava udah banyak bantu kakak. Dava sampai sanggup ambil cuti kuliah hanya ingin menghantar kakak ke pengadilan tadi." Ucapku.

"Kak Prilly tetap kakak Dava kok. Dava gk akan biarin kak Prilly sendirian. Lagi pula, antara kak Sofie sama kak Prilly. Kak Prilly lebih baik kok. Kalau kak Sofie, Ogah Dava mau bantu." Aku hanya tertawa kecil mendengar pengakuan Dava.

"Tapi kak Sofie tetap kakak kamu juga Dava. Gk baik kamu ngomong gitu." Tambahku lagi.

"Punya kakak kyk dia. Mending Dava gk punya kakak sekalian aja. " jawab Dava.

Aku hanya diam dan kemudian memejamkan mata. Teringat kembali kata-kata Ryan ketika melafazkan talak tadi. Dia nampak sungguh yakin dan raut wajahnya seneng banget. Tidak merasa bersalah, makasih Ryan untuk kelukaan ini.

Namun ini julung-julung kalinya. Aku berjaya tidak menangis. Baru aku sadar bahwa aku tidak menitiskan air mata sama sekali. Semoga aku akan lebih tabah pada masa akan datang. Demi anakku. Aku yakin aku bisa.

#part ini dikit dulu yaa.

H.A.C.K.STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang