Haters

401 46 16
                                    

"Jadi, apa yang akan aku tulis, ya.." gumam Kirisaki.

Cowok berambut hitam tersebut termenung sesaat. Aku memandangnya datar. Pandanganku teralih lagi kearah susunan buku-buku tebal yang ditata rapi di dalam lemari.

Perpustakaan. Tidak banyak orang yang suka datang kesini, sehingga ruangan ini terkesan sepi. Kirisaki suka tempat ini. Selain begitu banyak buku yang dapat ia baca, ia juga mendapat ketenangan disini.

Ketika aku kembali memandangnya, ia masih berfikir lagi. Karena merasa konyol, aku pun menegurnya. "Kamu lupa? Bukankah kita tadi mau mengambil topik masalah peran teknologi yang memanipulasi otak manusia? Kenapa kamu berpikir lagi?"

Dia menyengir lebar. "Oh, iya!" Serunya riang, kemudian kembali menulis.

"Kirisaki-san," panggilku.

Cowok itu menoleh menatapku bingung. "Kirisaki-san? -san katamu?"
Aku mengangguk. "Lalu kamu mau aku panggil apa?" Tanyaku.

"Tanpa -san saja, aku sudah senang mendengarnya." Katanya seraya menulis. Pipinya sedikit merona.

"Kirisaki!" Panggilku dengan entengnya membuat ia tersentak.

"A-ada apa?" Tanyanya terbata.

"Kamu punya pacar?"

Ia kembali tersentak kaget kesekian kalinya. "Apa?! Pacar? Aku enggak punya." Jawabnya cepat. "Lagipula, kenapa kamu tanya kayak gitu? Apa jangan-jangan kamu..." dia meringai lebar.

Aku menopang dagu, dan menjawab enteng. "Nggak. Aku cuman nanya. Soalnya tadi ada yang bisik-bisik karena mereka gak suka melihat kamu terlalu dekat denganku. Aku kira mereka marah karena mungkin kamu udah punya pacar."

Kirisaki menarik nafas. "Enggak usah dengarkan apa yang mereka omongkan." Katanya. Ia tersenyum lagi seraya menatapku. "Hari ini kamu mulai berubah. Kamu mulai banyak bicara sekarang. Syukurlah! Usahaku nggak sia-sia."

"Kamu sudah mengatakan itu sebelumnya. Mungkin besok, aku akan kembali pendiam." Kataku pelan. Tapi terdengar sebuah ancaman baginya.

"Jangan, dong!" Katanya seraya mengerutkan alis. "Aku, kan, senang melihatmu banyak bicara denganku. Jadi, jangan pendiam lagi!"

"Tulis saja tugasnya!" Kataku seraya mengambil sebuah buku dari lemari buku. Aku menyentuh cover buku tersebut. A New Fashion judulnya. Ketika aku membuka buku berukuran sedang tersebut, aku agak kaget ketika kulihat ada gambar-gambar tas, gelang, kalung dan pakaian.

"Ini majalah wanita?" Gumamku pelan. Setelah membuka beberapa halaman, mataku terpaku pada sebuah gambar kalung perak dengan liontin merah muda. Cantik sekali. Pikirku.

"Kamu sedang lihat apa?" Tanya Kirisaki tiba-tiba sehingga membuatku kaget.

"Nggak lihat apa-apa." Sahutku cepat seraya menutup buku dan mengembalikannya ke dalam lemari.

Kirisaki tersenyum, "Omong-omong, tugasnya sudah selesai. Kamu mau pulang?"

Aku mengangguk kemudian mengambil tasku yang ada diatas meja.

"Tunggu, jika kamu mau pulang, mau aku antar?" Tanyanya. Aku menggeleng. "Bener? Kamu mau pulang sendiri?"

"Iya, aku mau pulang sendiri." Sahutku seraya keluar dari perpustakaan tanpa mengucapkan sepatah kata lagi.

***

"Kumohon ... jangan sakiti aku ... aku akan memberimu uang berapa pun yang kau mau. Kumohon jangan sakiti aku ... kumohon ..."

TortureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang