Kudengar tawa Ayah yang menggelegar di ruangannya. Aku hanya menatapnya datar. Rasa sakit itu kembali datang karena sejak hari itu, aku tidak kembali lagi ke dunia manusia dan bertemu dengan Rin. Tidak, tidak lagi. Aku tidak ingin bertemu Rin lagi. Tidak, sejak hari itu.
Dia takut padaku.
Aku memegang syal hitam pemberiannya. Air mataku mengalir lagi. Aku tahu, aku sangat merindukannya. Tapi, mustahil jika aku akan bertemu dengannya lagi. Dia sudah tahu siapa aku. Dan, aku harus meninggalkannya.
Tapi, ini semua rasanya begitu sakit..
"Ayah terkejut ketika kau masih bisa berdiri padahal dihadapanmu ada senjata yang seharusnya menjatuhkanmu dan membuatmu tersungkur tidak bisa bergerak. Ternyata, sudah kuduga, Putriku, Recca Arrusccha, memang Yang Terkuat dari siapapun. Ayah selalu bangga padamu, Recca!" Seru Ayah seraya terkekeh.
Alisku berkerut. "Apa itu hal yang patut dibanggakan?" Tanyaku lirih. Ayah terlihat agak terkejut, kemudian meminum minumannya dengan santai.
"Aku tidak peduli jika kau masih terpaku pada laki-laki itu." Kata Ayah dingin. "Asal kau sudah 'pulang' sepenuhnya, aku sudah senang."
Aku menggigit bibir. Kutahu air mataku akan jatuh, jika aku tidak menahannya sekarang. Aku membungkuk kemudian keluar dari ruangan Ayah.
Istana yang merupakan tempat tinggalku sekarang ini sangatlah luas. Tapi, entah kenapa aku tidak menyukai tempat ini. Ruangan dengan dinding nuansa ungu dan hitam bercampur aduk ada dimana-mana. Bahkan di koridor juga ada, tapi tidak terlalu banyak, karena dinding sebelah kanan koridor adalah jendela menyerupai kaca besar yang berjejer disetiap koridor. Kamu bisa melihat lapangan luas di lantai paling bawah melalui kaca tersebut. Aku masih penasaran mengapa Ayah membangun lapangan luas tersebut. Lapangan itu berlantaikan karpet tebal bewarna hitam. Tidak ada perabot disana. Hanya ada lilin lampu yang berdiri dengan tiang berukir mengelilingi lapangan tersebut.
Aku memandang lapangan itu dengan datar. Bagaimana dengan keadaan Rin di dunia sana, ya? Apa dia merindukanku, sama seperti aku merindukannya?
Dia takut padaku.
Air mataku mengalir lagi ketika kalimat itu terbesit kesekian kalinya dalam pikiranku. Ya, dia takut padaku. Aku ini adalah monster yang ditakuti olehnya. Kuharap, ia bisa menikmati rutinitasnya tanpa aku.
***
Rin's POV
Aku masih enggak nyangka tentang kejadian dua hari yang lalu. Lynn ketakutan dan terlihat panik ketika aku mendekatinya sembari memegang buku penangkal malaikat maut. Dan, tiba-tiba saja dia.. memegang senjata seperti milik Recca-sama. Apa sebenarnya yang telah terjadi? Aku masih belum bisa mencerna keadaan. Dan bahkan, kenapa Lynn menghilang sejak hari itu. Kemana dia? Namun.. kudengar terasa sangat jelas sekali dia memutus hubungan denganku. Aku enggak peduli. Aku tetap harus mencari tahu keberadaannya sekarang. Dan kenapa senjata zanpaku yang biasa digunakan oleh Recca-sama ada di tangannya tepat saat dia mulai panik?!
Apa.. dia benar-benar.. Recca-sama? Apa itu benar-benar dia?! Pikirku tidak tenang.
Jika itu memang benar dia adalah Recca-sama, bagaimana aku bisa menemuinya lagi jika dia sudah kembali ke 'sana'?
Aku tertunduk. Menatap sampul buku yang menurut Lynn begitu menakutkan baginya. Pandanganku teralih lagi kearah bangku yang ada disamping kiriku. Sudah dua hari bangku itu kosong, dan juga sudah selama itu aku merasa gila karena rasa sakit ini kembali hadir. Rasa sakit tepat saat aku kehilangan Lynn dan masih tak percaya bahwa ia memang benar sosok Recca-sama.

KAMU SEDANG MEMBACA
Torture
Paranormal🌹[COMPLETED]🌹 Aku malaikat maut, yang telah jatuh cinta dengan seorang manusia.