Torture

392 37 3
                                    

Terlihat jelas sekali di bawah sana kondisi Rin begitu lemah. Ia sedang tak sadarkan diri sekarang. Kacamatanya yang retak telah jatuh di dekat kakinya. Aku menatap Ayah dengan nanar.

"Bisa Ayah lepaskan dia sekarang?" Tanyaku dengan nada memohon. "Apa maksud Ayah dengan mengikatnya diatas kursi dalam kondisi seperti itu? Aku ingin menemuinya di bawah!" Seruku. Namun, baru saja ketika ingin melangkahkan kaki, Ayah menahanku, kemudian menutup kerudung jubahku.

"Keturunan Megan tidak boleh diketahui wajahnya." Katanya dengan wajah biasa. Tanpa ada terbesit rasa bersalah di hatinya.

Aku menggigit bibir, kemudian memandang Ayah nanar. "Untuk apa Ayah melakukan ini semua?" Tanyaku.

"Aku hanya ingin membawanya kesini." Katanya santai. "Bukankah kau ingin melihatnya untuk yang terakhir kalinya?"

Aku tersentak kaget. "Yang terakhir kalinya?! Apa maksud Ayah?"

"Tak lama lagi, dia akan segera mati." Gumam Ayah. Senyum diwajahnya melebar. Aku tertegun mendengarnya. Tanganku terkepal kian kencang. Bahkan nyaris terluka. Bulir bening di pelupuk mataku semakin membasahi pipi. Aku tidak ingin Rin mati. Aku tidak menginginkan itu! Aku harus menyelamatkannya!

Namun, tiba-tiba saja dua pengawal menahan lenganku untuk tidak bergerak agar tetap di tempat seakan diperintahkan untuk menyaksikan adegan yang akan Ayah buat. Aku mencoba untuk memberontak, namun itu sia-sia. Cengkraman di lenganku begitu kuat. Aku menatap Ayahku dengan memelas.

"Jika Ayah ingin membunuhku, bunuh saja aku! Aku tidak ingin melihat Rin mati! Kumohon Ayah! Lepaskan aku!" Seruku dengan isakkan yang memilukan. "Tidakkah kau merasa kasihan padaku, yang menurutmu aku masih menjadi Putri Kesayanganmu?!"

PLAKK

Kurasakan pipiku membengkak akibat tamparan dari orang yang selama ini kukira mengasihiku, menyayangiku, dan selalu mengutamakanku. Ayah.. apa yang sebenarnya kau pikirkan?

"Jangan sebut itu, Recca!" Hardik Ayah. Aku pun terisak sambil memandang Rin dibawah sana. Ia masih tak sadarkan diri.

"Apa yang sebenarnya Ayah pikirkan?!" Seruku lantang. Tiba-tiba saja, kurasakan tubuhku dihempaskan dengan keras ke kaca. Perlahan, ada darah yang menetes dari kepalaku dan nyeri menjalar disana. Ayah.. tak kupercaya dia telah menyakitiku. Dan juga menyakiti Rin. Kupikir, dia menyayangiku sepenuhnya. Namun, aku salah.

Dia yang berkuasa disini. Aku hanya.. gadis yang lemah dan diakui Yang Terkuat oleh orang-orang bodoh.

Bahkan aku merasa sudah tidak dianggap sebagai Putri Kesayangannya lagi. Dia tidak lagi menegurku atau menasihatiku. Dia hanya memikirkan kebahagiaannya sendiri. Dia membuatku bersedih seperti sekarang demi kebahagiaannya yang sementara. Aku tidak mempunyai hak untuk berbicara saat ini. Mataku hanya terpaku pada Rin. Entah, Ayah menunggunya sampai sadar, karena sedari tadi ia hanya diam tanpa melakukan apa-apa.

Rin.. kumohon sadarlah..

***

Rin's POV

Aku tidak tahu dimana keberadaanku sekarang. Semuanya gelap. Aku bahkan merasa tidak berjejak pada daratan. Tubuhku melayang entah ada dimana.

"Rin.. kumohon sadarlah.."

Aku terkejut ketika kudengar suara Lynn. "Lynn!! Kamu dimana?!" Seruku lantang. Suaraku bergema di tempat ini.

"Lynn! Aku disini!" Seruku lagi.

Air mataku jatuh. Aku ingin bertemu Lynn. Aku harus menemuinya. Aku ingin mengatakan bahwa aku tidak takut padanya. Aku tidak takut lagi padanya!

TortureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang