Chapter 4: Awal 'kencan' -Abimana.

110 9 2
                                    

Hai, gaes!

Enjoy and VOMMENTS!

Thanks,

Aurin.

Oct 29th, 2015.

***

*Author's POV*

Aes tertegun saat melihat wajah lelaki berparas tampan yang baru ia kenal tadi siang sedang berdiri didepan pintu rumahnya. Dalam hati ia berpikir, 'lho? Dia bukannya cowok yang Lila bilang ngeliatin aku mulu dikelas? Ngapain dia kesini maghrib-maghrib dan masih pake baju sekolah?'

"Lo Abimana, kan? Ngapain ke rumah gue? Kok lo bisa tau rumah gue dimana?" tanya Aes yang memecahkan keheningan yang tadi sempat terjadi karena Aes kaget melihat Abi berdiri dipintu rumahnya.

Abi menyerahkan sebuah buku bersampul ungu kerlap-kerlip pada Aes, "nih, gue mau balikin buku tulis lo dan gue mau minta lo ajarin gue perlajaran Pak Asmat yang tadi. Dan, yep, gue Abimana. Gue tau rumah lo dari Lila."

Aes terlihat bingung melihat buku ungu kerlap-kerlip itu, "ini bukan buku gue," Aes mengembalikan buku itu pada Abi, "dan, kenapa lo minta ajarin sama gue? Kenapa engga sama teman-teman lo aja? Ataupun Lila?"

"Oh, bukan buku lo," Abi mengutuk dirinya sendiri, "kenapa ga berhasil, sih?! Goblok amat sih, Bi!!!! Okay, tenang. Rencana kedua pasti berhasil. Ganbatte, Abi!!!' batinnya.

"Teman-teman gue pada dongo otaknya. Tadi, pas gue dirumah Lila, gue juga minta diajarin dia tapi katanya dia engga ngerti. Terus, kata Lila, lo ngerti apa yang dijelasin pak bota-eh pak Asmat tadi. Ya jadinya, gue minta diajarin sama lo," Abi menjelaskan panjang lebar, "kalo lo engga mau juga gapapa, sih."

Aes merasa iba melihat Abi yang sudah capek-capek mencari rumahnya, masa dia tolak gitu aja, sih?

"Yaudah, gue ajarin. Masuk, yuk."

Abi tersenyum saat ia merasa rencananya untuk mengenal/mendekati Aes berhasil.

Aes dan Abi pun masuk kedalam ruang tamu rumah Aes yang luas, "uhm, kita ke Bunda gue dulu, ya?"

"Eh? Uh—okay," kata Abi dan mereka pun berjalan kearah ruang keluarga, tempat dimana Bunda, dan Abang-abangnya Aes berkumpul.

'Anjrit, dia punya abang? Dua abang?! Okay, harus pinter nyuri hati nih gue,' pikir Abi dalam hati saat melihat dua lelaki tampan yang ia yakini adalah Abang dari Aes karena wajah mereka mirip.

"Bun, ada temen Aes, mau belajar bareng," kata Aes pada Bundanya yang sedang membantu Marvel mengerjakan pr Sejarahnya.

"Eh, ternyata temennya Aes yang datang. Namanya siapa?" tanya Bundanya Aes pada Abi.

Abi menjawab dengan santai dan senyumnya yang termanis dan mengulurkan tangannya untuk salim pada Bundanya Aes, "Aaron Abimana Aldric, Tante. Biasanya dipanggil Abi,"

"Ohhhh, anaknya Pak Aloysius, ya?"

Mendengar nama Papanya disebut, Abi pun merasa terkejut,

"Lho, kok Emaknya Aes kenal sama Papa, ya?" gumam Abi dalam hati.

"Kok Aes engga cerita kalo kenal sama anaknya Pak Aloysius dan punya temen baru yang ganteng kayak Abi sih, Es?" goda Bunda pada Aes yang membuat Aes melotot dan Bunda hanya tertawa renyah, "oiya, panggil Bunda aja. Biar lebih akrab."

Arhab tiba-tiba berdiri dari duduknya dan mengulurkan tangannya pada Abi, "gue Arhab, abangnya Aes yang pertama. Itu Marvel, abangnya Aes yang kedua," kata Arhab memperkenalkan diri dan  menunjuk kearah Marvel dan Marvel hanya tersenyum miring.  Abi pun menyalami tangan Arhab, "Saya Abi, Bang. Temen sekelasnya Aes," kata Abi yang juga memperkenalkan dirinya sembari tersenyum pada Arhab dan Marvel.

"Yaudah, Aes sama Abi mau belajar dulu," kata Aes lalu beranjak dari ruang keluarga ke ruang tamu.

***

*Aaron Abimana Aldric's POV*

"Makasih, ya, udah mau ngajarin gue pelajarannya Pak Asmat," kata gue sembari berjalan keluar dari rumah Aes. Aes dan gue udah selesai belajar pelajaran Fisika dari sejam yang lalu. Tapi, gue ngajakin Aes ngobrol dan engga kerasa kita ngobrol selama sejam.

Cepet akrab ya, kita?

Sebenernya, tujuan gue kerumah Aes itu bukan mau minta ajarin pelajarannya si pak Botak yang kalo ngajar ngomong sendiri itu, bukan. Gue pengen mengenal Aes, gue penasaran sama dia. Gue seneng ngeliat Aes kalo lagi konsentrasi, kayak tadi siang pas dikelas.

Dan sebenarnya, gue engga pernah secepat ini dalam akrab sama seorang perempuan.

Lo bilang gue ngegas?

Bodo amat.

Dia mengingatkan gue pada seseorang.

"Iya, no prob. Kata Bunda, kalo mau main atau belajar bareng lagi dateng aja," kata Aes sambil tersenyum manis kearah gue.

Aduh, senyummu mengubah duniaku dalam sehari, Es.

Oh, senyummu, aku tak bisaaaaaaa!!!

Ih, apaan sih, Bi. Kok gue jadi geli sama diri sendiri, sih?!

Gue pun menaiki Ninja putih gue, "oke, deh. Gue balik dulu ya, Es."

Aes pun tersenyum, lagi, "oke. Jangan lupa pake helm, ya!" kata Aes dan gue pun menyalakan Ninja gue dan melesat pulang ke rumah gue.

Ahhh, sore yang amat sangat menyenangkan!!!!

***

Thanks for reading!

Running LowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang