Okay, jadi karena gue lagi stuck gitu dan gaada ide tapi gue pgn bgt upload a chapter jadi chapter yang ini tuuuuh singkat banget HEHEE
oiya, di mulmed ada foto mukanya Bang Arhab!!!
ENJOY AND VOMMENTS!!!
***
*Aerin Reandra Goldieraldi's POV*
"BANG ARHAB!!!!!" teriakku saat Bang Arhab menarik rambutku yang dikuncir buntut kuda.
Uh, kenapa sih Abangku yang satu ini jahil sekali?!
"Brisik banget, sih, Es! Abang lagi ngerjain tugas nih," protes Abangku yang satu lagi, Bang Marvel.
Aku mendecak keras, "Ih, bukan Aes yang salah, Bang! Abang Arhab tuh bandel banget jadi cowo. Pantes gada yang mau!"
Aku mempunyai Abang lain selain Abang Arhab yaitu, Abang Marvel. Abang Arhab putra Bunda dan Ayah yang pertama. Sedangkan, Bang Marvel putra kedua dan aku putri satu-satunya.
"Yaudah, gausah pake teriak-teriak lah! Lagian juga apaan sih, Bang Arhab jahil amat sama adiknya," kata Bang Marvel sembari membulak-balik halaman buku paket Sejarah-nya, "ini juga, nih! Punya tugas susah amat. Gue botakin gurunya baru tau rasa, ck! Bang, ajarin gue dong. Apaan si nih?" lanjut Bang Marvel.
"Yeh! Abang tuh bukan cowo, tapi laki-laki sejati penjangga hati wanita. Agak seperti satpam tapi bisa memberi kenyamanan," puji Bang Arhab pada dirinya sendiri yang membuatku membuat mimik muka jijik untuk Bang Arhab, "Udah, ah! Mana pr nya, Marv?"
Abang Marvel hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah aku dan Bang Arhab, "Nih, Bang. Yang ini. Gue tuh ga bisa hafal-hafal kapan perang dunia ke-2 terjadi. Padahal, kata temen gue itu tuh perlajaran anak SMP."
Bang Arhab berpikir keras sampai dahinya mengkerut, "Dih, Marv, kok lo anak baru, masuk sekolah baru udah ada pr aja? Si Aes belum ada pr tuh," tanya Bang Arhab sambil melihat kearahku dan Bang Marvel hanya menaikkan bahunya.
"NAH! Bang, Aes tau kapan perang dunia ke-2 terjadi!!" teriakku yang membuat kedua Abangku terkejut dan menengok kearahku dan memasang tampang muka 'apa?' padaku,
"Perang dunia ke-2 terjadi sehabis perang dunia ke-1 kan, Bang Arhab?" tanyaku sambil memasang muka polosku.
Kedua abangku pun sontak tertawa selepas-lepasnya.
Lho, emangnya aku salah?
Bang Marvel berhenti ketawa lalu melihat ke arahku, "Ampun dehhhhh!!! Katanya adiknya Abang juara kelas tapi kok otaknya bloon banget, yah?"
"Dih! Apaan si, Bang!" kataku sedikit berteriak, "Emangnya Aes salah?"
Bunda tiba-tiba datang ke ruang keluarga, tempat aku dan Abang-abangku berkumpul dengan sebuah mangkuk besar yang kuyakini isinya adalah snack keju kesukaan Abang-abangku dan aku, "Ngomongin apa, sih? Sampe kedengaran gitu suaranya di kamar Bunda," kata Bunda lalu duduk di sofa, "oh, anak Bunda, Bang Marvel lagi ngerjain pr? Rajinnyaaaa anak Bunda," lanjut Bunda dan memeluk Bang Marvel.
Apanya rajin, cih!
Aku mengambil snack keju yang dibawa Bunda tadi, "apaan ngerjain pr, orang daritadi kerjaannya cengangas-cengenges, ngebully Aes mulu."
"Yaampun, Bang Marv jang—"
Tepat saat Bunda akan memarahi Bang Marvel, bunyi bel rumah kami berbunyi.
"Ih siapa, sih?! Ganggu Bunda mau ngomong aja," kata Bunda dengan nada yang sedikit kesal.
"Es, coba liat itu siapa yang datang." suruh Bunda dan akupun menggangguk dan berjalan kearah pintu utama rumah kami ini.
Aku berjalan santai saat bel mulai terdengar untuk ke-4 kalinya.
Ish, engga sabaran banget tamu yang satu ini.
Aku memegang gagang pintu lalu membuka pintu seraya berkata, "ada perlu ap—EH?!"
***
Nah, sapa tu yang dateng?
Don't forget to VOMMENTS, gengs!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Running Low
أدب المراهقينI love my past, But, I want to be with my future. I love you, But I'm not sure. . . This is the story between him, me, and YOU.