Bab 2

359 5 0
                                    

Kokok ayam sahut-sahutan terdengar dari kejauhan. Sang surya mengintip dari balik awan bersiap untuk hadir. Hari baru datang kembali. Jiwa-jiwa yang terlelap dari tidurnya langsung terbangun ketika azan Subuh berkumandang dengan syahdu. Waktunya setiap umat melaksanakan kewajibannya sebagai hamba yang diciptakan sang pencipta semesta. Hanya butuh waktu 10 menit untuk tunduk, berdzikir, dan bertasbih menyebut asmanya. Padahal sisa waktu itu digunakan untuk segala hal yang bersifat duniawi.

Dinar tebangun dari tidurnya begitu mendengar azan Subuh. Dia memang selalu bangun tepat waktu. Meskipun semalam sempat terbangun karena mimpi buruknya. Setelah rasa takut semakin menyelimuti jiwanya, Dinar memutuskan menutup laptopnya dan tidur sambil mendekap boneka teddy kesayangannya. Selimut juga dipakainya hingga menutup hampir seluruh tubuhnya kecuali wajah. Saat itu juga ia langsung terlelap dibawa buaian malam.

Segera diambilnya air wudhu di kamar mandi yang terletak di pojok kamar. Setelah itu Dinar menunaikan solat Subuh yang tak pernah sekalipun dilewatkannya. Menurutnya, solat subuh memberikannya kenyamanan saat akan menimba ilmu nanti di sekolah. Seusai solat subuh hp-nya mengeluarkan dering lagu Ipang-Sahabat kecil. Tanda ada sebuah telepon masuk. “Assalamualaikum, halo ma?” diangkatnya telepon yang ternyata dari mamanya.

Setelah ngobrol cukup lama akhirnya telepon itupun dimatikan Dinar. Dinar segera ke kamar mandi untuk mandi. Selesai mandi ia berias dan segera turun ke bawah. Begitu pintu kamar ditutupnya seorang gadis kecil yang berdiri di balik jendela tersenyum sinis ke arahnya. Tubuh gadis itu menembus dinding. Kemudian di tengah kamar Dinar ia merentangkan tangannya lebar-lebar dan berputar berkeliling. Angin kencang menyelimuti kamar Dinar. Jam dinding, foto-foto dan hiasan-hiasan yang tergantung di dinding kamar Dinar pecah berserakan di lantai. Prang…prang…prang... bunyi kaca pecah besahut-sahutan.

Setelah menghancurkan semua yang ada di dinding gadis itu menatap tajam sesuatu di sebuah meja yang berada di samping tempat tidur Dinar. Di meja itu terdapat beberapa boneka teddy bear yang terpampang apik tersandar di dinding dan boneka-boneka kecil yang berada di bawahnya. Kemudian sebuah bunga dan dua buah foto. Sebuah foto Dinar bersama mama dan papanya dan sebuah foto Dinar bersama mamanya. Di foto itu wajah Dinar sangat cerah. Mamanya memeluk dan mencium pipi Dinar.

Gadis itu mengambil foto Dinar bersama mamanya. Di angkatnya tinggi-tinggi foto itu. Dan tiba-tiba, pyarrrr….. kaca pecahan foto itu bertebaran di lantai. Saat itu pula derit suara pintu terdengar. Dinar berdiri mematung di depan kamarnya yang telah berantakan. Baru saja ia turun ke bawah untuk sarapan dan naik kembali karena mendengar suara aneh dari dalam kamarnya. Dinar terpelongo. Perlahan tapi pasti Dinar mundur ke belakang. Begitu sampai di tangga Dinar langsung berlari menuruni anak tangga panjang yang menghubungkan lantai atas dengan lantai bawah.

Dinar segera berlari ke belakang. Tubuhnya menubruk seorang wanita tua. Tangisnya pecah di pelukan perempuan tua itu. “Mbak Dinar? Mbak kenapa?” tanya Mbok Tunim, pembantu yang telah merawat Dinar semenjak Dinar baru lahir. Dinar menangis sesenggukan. Perasaan takut masih menyelimuti jiwanya. Bagaimana tidak, ia hanya meninggalkan kamar berselang 10 menit dan begitu kembali ke kamar melihat kondisi kamarnya yang hancur berantakan.

Kemudian Dinar menceritakan semua kejadian aneh yang baru terjadi kepada Mbok Tunim. Mbok Tunim yang keheranan langsung mengajak Dinar ke kamarnya lagi. “Gak mau. Dinar takut, Mbok,” jawab Dinar. Mang Diman yang kebetulan lewat melihat Dinar menangis.

“Loh, Mbak manis kenapa nangis?” tanya Mang Diman sambil mencolek dagu Dinar. Dinar hanya diam. Namun tiba-tiba Mbok Tunim berkata, “Kamu jaga Dinar di sini. Aku mau ngecek ke atas.”

“Ke atas? Emang ada apa di atas, Mak?” tanya Mang Diman keheranan. Mang Diman adalah anak Mbok Tunim. Keluarga ini memang sudah sangat lama bekerja di rumah Dinar.

Mystery of The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang