Dinar memasuki perpustakaan setelah beberapa hari tak berkunjng ke sana. Ketika ia melangkah matanya beradu dengan mata Raka. dinar menghampiri Raka yang sedang membaca.
“Hai, udah masuk?” tanya Raka.
“Udah kak. Lagian bosen di rumah mulu,” jawab Dinar seraya tersenyum.
“Ohya, ini buku yang kamu pengen baca.” Raka menyerahkan buku yang berjudul Anne, kepada Dinar. Dinar tertawaceikikan.
“Makasih kak,” ujarnya.
Kemudian Dinar duduk di samping Raka.
“Udah gak di ganggu lagikan?” tanya Raka menggoda.
“gak. Thanks ya kak.”
“Thanks? Buat apa?” Raka mengerutkan kening.
“Atas kehadiran kakak yang tepat waktu.”
“Oh, itu, gak masalah sih. Apa sih yang gak buat adekku.”
“Ah kakak bisa aja.” Dinar memukul Raka.
“Awww….Sakit.” Raka pura-pura memegang lengannya. Dinar cemberut.
“Udah, jangan cemberut.”
“kakak sih, Hyper.” Dinar menjulurkan lidahnya, mengejek.
“Hyper?” Raka menaikkan alisnya tak mengerti.
“Hyperaktif. Melebih-lebihkan.”
Raka dan dinar tertawa. Namun tiba-tiba ibu erpustakaan menyuruh mereka diam atau keluar karena mereka telah membuat keributan di perpusakaan. Dinar dan Raka berhenti tertawa dan meminta maaf.
Saat Dinar hendak pergi, Raka menyuruh Dinar untuk menunggunya di taman sepulang sekolah karena ada sesuatu yang perlu diceritakannya.
Dinar mengangguk dan berlalu.
***
“Sebenarnya Tiara nuurh kakak bunuh kamu dari awal.” Raka memulai obrolan saat mereka telah duduk di kursi di bawah pohon tempat Raka dan Tiara biasa bertemu.
Dinar terlonjak. “Tapi kakak gak mau,” sambung Raka.
Dinar mulai serius mendengarkan.
“Tiara marah saat kakak gak mau membunuh kamu. Ternyata malam harinya orangtuanya mencari tau keberadaan Tiara karena dia selama ini meneror kamu. kemudian di tengah jalan ia memutuskan mengajak orangtuanya bersamanya tinggal di alam baka.”
“Berarti sebelumnya kakak tau dong kalo yang neror aku itu Tiara?” tanya Dina memastikan.
Raka mengangguk.
“Terus kok kakak gak ngasih tau aku?” Dinar sewot.
“Gimana kakak mau ngasih tau kamu kalo kamu terus menghindar.”
“Emang aku pernah ngehindar, ya?”
“ya pernahlah,” ujar Raka.
“Aku sih udah curiga awalnya kak, soalnya postur tubuhnya kok sama gitu. Tapi aku belum mau narik kesimpulan, karea dari cerita yang kakak berikan padaku, Tiara itu sosok yang gadis kecil yang manis. Kebalikan sosok gadis yang di balkon. Eh, ternyata tebakanku benar.”
Raka tertawa mendenar ucapan Dinar.
“Tiara memang manis. Dia seperti itu hanya karena termakan api cemburu.”
Mau tak mau Dinar ikut tertawa. “Terus, kak?” tanya Dinar menanyakan kelanjutan cerita di balk layar.
“Sewaktu aku ngelihat kamu di kelas dan tau Tiara mau membunuh kamu juga, aku syok berat. Makanya aku ngasih nomer aku ke kamu. aku merasa was-was karena mengetahui Tiara yang membunuh mama kamu.”
“Oh, gitu. Tapi Alhamdulillah sekarang semua udah baik-baik aja ya kak.”
Raka tersenyum. “Gimana kelurga kamu?”
“Keluarga aku baik-baik aja. Papa menemukan buku diary mama dan begitu terharu saat membacanya. Semua kejadian di masa lalu telah terungkap. Apalagi ditambah pengakuan Mbok Tunim.”
“Ohya? Emang apa aja peristiwanya?”
“Panjang atuh kak. Tiara itu dulu tinggal di Panti Asuhan dan ninggal karena kecelakaan. Dia juga punya temen deket, namanya Dea. Dea masih hidup. Dan rencana papa mau mengangkatnya jadi anak angkat. Jadinya aku punya temen di rumah.”
“Wah, selamat deh, De.”
Selanjutnya mereka berbincang-bincang seru hingga sore.
***
Kedekatan antara Dinar dan Raka terjalin. Mereka sudah seperti kakak adik kandung.
Hari ini 40 hari setelah kepergian mama Dinar. Raka dan Dinar duduk di taman seperti biasa sambil ngobrol.
Tiba-tiba diantara mereka terdapat sebuah kertas entah darimana. Mereka saling berttap dan membuka surat itu. lalu mereka membacanya bersama-sama.
Dear kak Raka dan Dinar,
Hai kak Raka :)
Aku sengaja gak pernah hadir di kehidupan kakak lagi. Disini aku udah bahagia. Aku udah ngerasain kasih sayang dari mama dan papa. Kakak dan Dinar semoga juga telah bahagia, ya. Aku juga mau minta maaf sama Dinar karena telah mengambil mama dari kehidupannya. Biar bagaimanapun aku juga ingin disayang. Tapi mama juga sayang kok sama Dinar. Makasih telah mendoakan aku dan Mama disetiap doa yang Dinar panjatkan. Kami mendengarnya dari sini dan kami bahagia karena Dinar selalu ingat pada kami. Selain itu aku juga melihat kedekatan diantara alian berdua. Dan aku sangat merestuinya. Dinar, gantikan aku menjadi adik kak Raka, ya. Makasih juga unuk kak Raka yang selama ini selalu mendengarkan curahan hatiku. Dan sekali lagi maaf untuk Dinar karena aku telah merebut mama dan berniat membunuh kamu. salam sayang untuk kalian. Aku janji gak akan hadir di kehidupan manusia dan mengganggu manusia lagi.
Tiara
Raka dan Dinar saling berpandangan selesai membaca surat itu. tapi mereka akhirny tersenyum. Mereka tau Tiara telah bahagia disana. Dan mereka juga pantas untuk mengejar kebahagiaan mereka dengan cara selalu bersama.
TAMAT