Mentari baru saja menyembul keluar dari persembunyiannya. Perlahan memberikan kehangatan di setiap penjuru bumi. Dinar masih terlelap ditemani sebuah teddy bear. Mama masuk ke kamarnya.
Sedetik kemudian wajah wanita itu menyunggingkan senyum. Diusapnya rambut belahan hatinya dengan lembut. Kemudian ia beranjak membuka gorden jendela agar sang raja cahaya bebas masuk menyinari kamar yang berubah sedikit murung karena kejadian yang terjadi beberapa hari lalu.
Dinar menggeliat dan menyipitkan matanya yang belum sepenuhnya terbuka. Tangannya menghalangi cahaya yang dengan buas ingin menerobos retinanya hingga ke saraf-sarafnya. Mama tersenyum melihat ekspresi Dinar. Kemudian wanita itu mendekati buah hatinya.
“Udah bangun sekarang, abis itu mandi trus sarapan. Mama sama papa pengen ngajak kamu jalan-jalan.”
Dinar langsung membuka matanya dan terduduk.
“Serius, Ma?” tanyanya tak yakin.
Mama mengangguk. Kemudian wanita itu mengangkat Dinar turun dari tempat tidurnya dan mengelus rambutnya lembut dan penuh kasih. Dinar tersenyum senang. Jarang mamanya memberi perlakuan istimewa seperti itu.
***
Dinar berlari memasuki mobil. Papanya telah duduk di belakang setir bersiap sebagai pengemudi. Dinar membuka mobil dan duduk di sampingnya.
“Loh? Nanti mama dimana dong sayang?” Papa menaikkan alisnya keheranan.
“Mama dibelakang aja. Dinar pengen duduk di samping papa. Bolehkan, pa?” Dinar sambil terseyum manja.
“Kalo papa sih terserah mama aja deh.” Papa melirik istrinya yang telah berada di belakang Dinar dan tersenyum melihat tingkah manja putrinya. Lirikan itu disertai lirikan nakal.
Mama tersenyum melihat tingkah dua orang yang sangat dicintainya. “Boleh aja kok. Asalkan kamu jangan nakal dan mengganggu konsentrasi papa waktu nyetir.” Mama mencubit pipi Dinar pelan.
“Asyikkk…..Tapi, awww…sakit, ma.” Dinar memegang pipinya pura-pura kesakitan.
“Sakit?” mama terpaku.
“Haha..Gak kok. Sekarang berangkat.” Dinar mengangkat tangannya ke depan dan meperagakan sebuah transportasi yang bergerak cepat dengan tangannya.
Mama dan Papa tertawa melihat buah kelakuan buah cinta mereka.
“Kamu ini semakin nakal, ya.” Mama mencubit Dinar sekali lagi. Kemudian wanita itu menutup pintu mobil dan duduk di belakang.
Mobil melaju mengarungi jalanan.
“Kita mau kemana, Dinar?” tanya mama.
Dinar berpikir. “Kemana ya? Terserah papa aja deh.”
Mereka akhirnya mengahabiskan waktu keliling kota. Mengunjungi waterpark, kebun binatang, dan puncaknya mereka makan malam di sebuah restoran mewah.
“Kamu seneng sayang?” tanya Papa saat Dinar menyuapkan makanan ke mulutnya.
“Banget, Pa. Dinar pengen tiap hari bisa gini.”
Papa membelai kepala Dinar lembut seraya tersenyum.
***
Usai makan Dinar ngantuk. Namun dia masih diam saja. Sementara itu tanpa mereka sadari wajah mama pucat saat memasuki mobil. Papa dan Dinar asyik bersnandung seanjang jalan.
Sementara mama Dinar harus mengatur jantungnya yang serasa mau copot saat melihat seorang gadis kecil di sampingnya. Gadis itu tersenyum keudian memegang tangannya.
“Mama…” bisiknya manja.
Papa yang melihat wajah mama yang pucat meoleh ke elakang.
“Kamu kenapa sayang?”
Dinar ikutan menoleh kea rah mamanya. mama hanya diam sambil menunjuk ke samping tempat duduknya berharap suami dan anaknya tau ahwa ada sesosok anak kecil yang mengikuti mereka. Dan lebih parahnya anak kecil itu aalah anak kecil yang selama beberapa hari ini hadir di mimpinya.
Papa mengernyitkan kening dan menghentikan laju mobil.
“Gak ada apa-apa Ma?”
Mama menoleh ke sampingnya dn sadar bahwa memang tidak ada apa-apa disana.
“Eh, iya, emang ga ada apa-apa kok, Pa.”
Papa memandang penuh arti ke arah istrinya. Ia tau istrinya sedang gelisah. Naun karena Dinar tidak peduli dan mengajaknya bersenandung lagi akhirnya dia pun mengikuti anaknya menyanyikan lagu Naik Delman. Lagu anak-anak yang sangat popular.
Sementara itu Tania mencoba menyembunyikan ketakutannya. Dia mengalihkan perhatiannya dengan mengotak-atik handphonenya. Namun tak berapa lama ia merasa sesosok gadis tidur di pahanya. Mama Dinar menggigit bibir. Dia meyakinkan diri bahwa dia hanya parno.
Tapi dia memang merasa gadis itu di pahanya. Tangannya sibuk mencubit-cubit lengan Tania meminta perhatian.
Namun ia merasa bahwa itu memang benar adanya. Keringat dingin mulai megucur di keningnya.
“Ma…Mama…,” panggil Dinar.
Panggilan itu menghentikan rasa takutnya.
“I…iya…,” jawabnya terbata-bata.
“Mama kenapa, sih?”
“Gak apa-apa. Emang kenapa sayang?”
“Muka mama pucat.”
Papa yang mendengar ucapan Dinar melirik istrinya melalui kaca spion di depannya. Kemudian dia menggelegkan kepala.
“Dinar ngantuk, Ma,” sambung Dinar.
“Yaudah, kamu tidur aja sayang. Mau tidur disini?” tanya mama Dinar seraya menunjuk tempat duduk di sampingnya yang kosong. Dinar mengangguk dan meminta papanyameghentikan mobil.
Seusai papanya mengehntikan mobil dia masuk melalui pintu saping tempat duduk mamanya dan terlelap di paha mamanya. mamanya mengelus lembut kepala Dinar. Ketakutannya telah berakhir. Dinar terlelap hingga mereka tiba di rumah.