Hujan turun begitu saja tanpa ada yang memintanya untuk turun. Entah kenapa hati menjadi tenang, rasa bahagia muncul begitu saja ketika ia melihat hujan turun membasahi bumi yang ia pijak sekarang.
Menurut Rain, hujan adalah segalanya yang kedua untuknya. Dan bahkan ketika musim hujan sudah selesai lalu bergantilah menjadi musim kemarau, Rain akan sedih dan merasa kesepian.
Langkah demi langkah, Rain berjalan menelusuri koridor sekolah sesambil tangannya menadangi air hujan yang berjatuhan di pingiran atap koridor tersebut. Keadaan koridor saat itu sepi, hanya ada dirinya seorang. Jadi Rain bebas melakukan apapun sesuka hatinya.
Dan tanpa sadarnya, kini ada seseorang dari belakang mengamatinya lamat-lamat. Sosok laki-laki berbadan tegap nan atletis, ya yang kira-kira tingginya mencapai 178-180 cm itu, lama-lama tersenyum melihat bahwa di depannya itu benar, Rain. Dugaannya benar.
"Rain!" panggil laki-laki itu dengan suara keras dan nyaring. Rain mendengar jelas teriakkan tersebut, dan ia langsung menghentikan langkahnya.
Dari suaranya, Rain tahu betul suara siapa itu. Suara yang begitu khas terdengar di dalam telinganya. Senyum Rain semakin menjadi-jadi, setelah suara itu kembali keluar meneriaki Rain. "Tungguin gue, elah"
Ya dia adalah Raihan. Laki-laki yang selama ini menjadi pujaan hati Rain. Dan juga Raihan yang selama ini hanya menganggap Rain sebagai temannya saja, tidak lebih.
Dengan gagahnya Raihan memakai atribut sekolah lengkap. Disertai senyumnya yang tidak pernah luntur. Rambutnya yang dibiarkan acak-acakan, namun terlihat keren dimata orang-orang, termasuk dimata Rain. Rain melihat begitu repotnya ia membawa satu tas yang berisikan bola basket dan satu tas lagi membawa tempat bekal.
"Pagi!" sapanya duluan, seraya ia memamerkan senyumannya. Manis sekali.
"Iya, pagi juga," sapa balik Rain, singkat, jelas dan padat. Itu sudah cukup. Daripada panjang, bertele-tele dan rumit. Baper yang ada nanti.
"Heran deh gue sama lo. Kenapa sih lo suka banget sama hujan? Apa gara-gara nama lo Rain?" tanyanya basa-basi yang semata-mata hanya untuk memecahkan keheningan. Padahal pertanyaan ini sudah sering ia tanyakan pada Rain. Mungkin ini sudah yang ke lima ratus kalinya ia bertanya dengan pertanyaan yang sama seperti itu.
Rain memilih bungkam. Karena percuma juga, Rain akan menjawab dengan jawaban yang sama persis seperti yang sudah-sudah. Dan pasti ujung-ujungnya Raihan akan bilang, "ya ya ya, udah tau gue."
Sebenarnya Rain menyukai hujan, karena Raihan. Raihan sangat menyukai hujan. Tetapi semenjak datangnya Tiara kedalam kehidupan Raihan, Raihan jadi jarang sekali menikmati hujan dengan leluasa bersama Rain. Mungkin bagi Raihan, pacar lebih penting daripada teman.
Awalnya Rain sangat membenci hujan. Karena menurut Rain, hujan sangat dibenci sebagian orang-orang Jakarta dengan bermacam-macam alasan yang membuat mereka jadi benci hujan. Tetapi sebagian orang-orang juga ada yang mengharapkan hujan turun. Jadi tidak semuanya orang berasumsi kalau hujan adalah hal yang harus dibenci.
Rain sempat berpikiran konyol kalau dirinya akan dibenci oleh orang-orang karena namanya. Tetapi pikiran konyolnya melesat, dan sekarang terbukti tidak banyak orang yang membencinya. Malah ia dipercayai untuk menjadi ketua OSIS disekolahnya.
Ya yang berarti kalau Rain bukanlah hujan yang meresahkan orang-orang tapi sebaliknya Rain malah hujan yang ditunggu-tunggu dan dipiilih orang-orang sebagai panutan. Ditambah lagi Rain bertemu dengan Raihan.
Hidupnya terasa begitu komplit ketika hadirnya sosok Raihan didalam hidupnya. Kini warna didalam hidupnya, tidak lagi hanya abu-abu. Tapi berwarna hampir dari tujuh warna pelangi menghiasi hari-harinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
October Rain [COMPLETED]
Teen FictionJika bulan October ini adalah bulan terakhir untuk Rain, Rain hanya meminta Raihan selalu ada untuknya. Karena bagi Rain, hanya senyuman Raihan yang dapat membuatnya tenang. Dan, jika... Disaat hari ini juga nafas Rain sudah tidak dihembuskan, disit...