RAIHAN POV
Hari ini adalah hari terburuk bagi Raihan, karena hari ini Tiara yang tiba-tiba datang ke lapangan basket tanpa sepengetahuannya. Lalu Bagas yang membuat tangan Raihan sakit, untung saja sakitnya hanya sebentar jadi Raihan tidak terlalu marah kepada Bagas.
Dan Rain... Oh iya Rain, hampir saja Raihan melupakan tentang Rain.
Raihan langsung mengacak-acak rambutnya frustasi, bagaimana bisa dia tinggalkan Rain sendirian. Sementara Raihan yang mengajaknya dan seenaknya saja dia meninggalkannya karena emosi sesaatnya.
Raihan langsung menghubungi Rain. Pokoknya saat ini juga, Rain harus memaafkannya dengan cara apapun Raihan meminta maaf padanya. Raihan mulai cemas karena Rain lama mengangkat teleponnya.
Karena kecemasan Raihan tidak beralasan, Rain mengangkat telepon itu tanpa ragu.
Raihan akhirnya bisa bernapas dengan lega, karena Rain tidak papa. Raihan yang tadinya cemas, sampai-sampai ada keringat yang turun dari pelipisnya padahal kamarnya sudah berAC dan diluar juga sedang turun hujan. Tetep aja keringetan. Keringet dingin.
Dia langsung berdiri dan menuju ke jendela melihat hujan yang begitu deras, dan Raihan terus mencemaskan Rain. Raihan sangat merasa bersalah dengan dia meninggalkan Rain dilapangan.
"Kenapa"? sahut Rain datar, tak seperti biasanya.
Raihan terdiam mendengar perkataan Rain yang begitu tenang, dan sepertinya Rain juga lagi terdiam.
"Maaf Rain," sahut Raihan dengan parau. Yang secara tidak sadar juga, Raihan telah membuat Rain terperengah disebrang telepon sana.
"Maaf? Maaf, kenapa?" tanya balik Rain, yang akhirnya membuat Raihan menghembuskan napasnya panjang. Namun Raihan agak sedikit merasa bersalah.
Hening sejenak.
Raihan bingung mau ngomong apa lagi ke Rain. Menurut Raihan, Rain sudah kelewat batas baiknya. Tidak ada suara deruan napas dari sebrang telepon sana, aneh. Dijauhkan lah ponsel itu dari telinganya, pas dilihat masih tersambung.
Tapi kok Rain tidak...
"Kamu gapapa, Gas?" tanya Rain khawatir, bukan untuk dirinya. Melainkan untuk Gas? Bagas, maksudnya?
Nama Bagas langsung melayang-layang di otak Raihan dengan bebas.
Hingga akhirnya, Raihan memutuskan untuk kembali membuka suaranya. "Rain? Woi! Lo masih disana kan?? Rain?!" Tanya Raihan penuh dengan nada kecemasan.
"Oh iya Han, iya, kenapa?" jawab Rain tergagap-gagap dibuatnya. Raihan tahu betul, kalo Rain mulai tergagap-gagap, pasti ada yang Rain sembunyikan dari dirinya.
Karena tidak mau ambil pusing, Raihan mengalihkan topik. Topik awal. "Gue minta maaf, karena tadi gue ninggalin lo gitu aja."
Rain tidak langsung menjawab ucapan Raihan. Seperti ada keraguan dari hembusan napas Rain yang terdengar jelas di telinga Raihan.
Rain bergumam, "Hmm..." Belum sempat Rain menjawab, Raihan sudah memotong ucapannya terlenih dahulu.
"Please, jangan marah sama gue. Gue juga tau kalo lo gak bakal bisa marah lama-lama sama gue."
Raihan menghela nafas lega, lalu mengusap keringat di pelipis keningnya. Panas-dingin ceritanya.
"Oh, iya lo dimana sekarang? Dirumah? Atau dimana? Kalo lo lagi neduh, kasih tau gue sekarang, biar lo gue jemput," lanjut Raihan menanyakan di mana Rain sekarang.
Cukup lama Rain terdiam, akhirnya ia menyahut.
"Aku, a-aku... Lagi, dikedai kopi-,"
Gak salah lagi, pasti Rain lagi sama Bagas! Ucap Raihan dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
October Rain [COMPLETED]
Teen FictionJika bulan October ini adalah bulan terakhir untuk Rain, Rain hanya meminta Raihan selalu ada untuknya. Karena bagi Rain, hanya senyuman Raihan yang dapat membuatnya tenang. Dan, jika... Disaat hari ini juga nafas Rain sudah tidak dihembuskan, disit...