"Makasih ya bunda, udah ngizinin Raihan untuk menggambar di tembok kamar inap Rain" kata Raihan antusias.
Secara dia sudah berhasil mendapat izin dari bunda, untuk kegiatan konyolnya itu. Ya semata-mata itu juga untuk Rain, untuk kebahagian Rain.
Raihan terdiam didepan pintu, dia tercengang melihat Bagas ada didalam kamar inap Rain. Dan yang lebih membuat Raihan tercengan adalah Bagas sedang mencium kening Rain.
Karena Raihan tidak tahu sama sekali kalau Bagas datang untuk melihat Rain lagi, karena waktu itu dia sudah mencegah Bagas dengan mengajaknya berkelahi, karena emosi sesaatnya.
Agak sedikit cenat-cenut melihat itu, tapi hilang begitu saja ketika Bagas menyudahkan untuk mencium kening Rain. Dan setelah Bagas ingin keluar dari ruangan, Raihan agak sedikit mundur dari pintu.
Setelah pintu terbuka dan muncullah Bagas dengan wajah lesunya, tapi ada yang aneh dari wajahnya. Terutama bagian matanya, dipinggiran matanya terdapat air-air mata yang berjatuhan.
Bagas menangis...
*
Raihan memasuki kamar inap Rain, dengan semangat. Tidak lupa dia menyapa Rain, yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Raihan menaruh semua kantung kresek yang berisikan cat warna dan juga kuas di lantai begitu saja.
Dan dia sekarang lagi memulai menggelar koran dipinggiran-pinggiran tembok, dan satu per satu cat-cat warnanya dia buka dengan perlahan tapi pasti. Setelah selesai membuka semua cat, sekarang dia membuka kuas yang tertutup oleh plastik.
Setelah semua peralatan untuk melukis sudah selesai, sekarang giliran dia untuk mengganti pakaian sekolahnya dengan baju biasanya.
Dan setelah semua sudah beres, Raihan mulai mengerjakan tugasnya. Melukis pelangi ditembok, untuk Rain. Tidak ada kesusahan untuk menggambarkan sebuah pelangi raksasa, ditembok.
Raihan tidak lupa untuk curi-curi pandang kepada Rain, tersenyum untuk Rain, dan dia tidak lupa untuk menuliskan 'Happy birthday, for you Rain' didekat pelangi tersebut.
Dan setelah 1 jam lamanya dia menggambar, akhirnya selesai juga. Bunda dan Chika mengecek, apa pekerjaan Raihan sudah selesai atau belum. Dan tanpa mereka duga-duga hasilnya akan sebagus gambar pelukis-pelukis handal.
Bunda dan Chika tidak berhenti untuk melontarkan pujian kepada Raihan, sehingga Raihan menjadi malu karena pujian tersebut.
*
28-Oct-2015.
19.45Raihan duduk dipinggir ranjang rumah sakit sambil menggenggam erat tangan Rain, mata Raihan tidak bisa dialihkan dari wajah Rain yang pucat pasi. Selama 4 hari lamanya Rain terbaring di atas ranjang ini, dengan posisi yang sama sekali tidak ada perubahan.
Raihan menghela nafas pelan,"Kapan lo sadar Rain, gue cape terus-terusan ngeliat lo terbaring terus di atas ranjang sialan ini!" umpat Raihan kesal, lalu entah keberanian dari mana Raihan mencium lembut punggung tangan Rain yang terpasang selang infus.
Lalu Raihan mengalihkan pandangan matanya kepada pelangi yang berada di depan tembok ranjang Rain, ia menatap pelangi itu dalam, seolah-olah pelangi itu nyata.
"Mudah-mudahan pelangi itu bisa menjadi sebuah keajaiban buat lo Rain"
Raihan beranjak dari kursi itu, dan sekarang dia menatap lekat-lekat mata Rain yang terpejam. Lalu tangan kanannya mengelus pucuk kepala Rain pelan, penuh dengan kasih sayang elusan yang Raihan berikan kepada Rain.
"Cuma lukisan pelangi itu yang bisa gue kasih ke elo Rain... gue sayang lo Rain" ujar Raihan. Dia kemudian dengan cepat membungkuk dan...
Cup! Bibir tipis Raihan mendarat sempurna di kening Rain. Begitu lembut dan begitu terlihat jelas kasih sayang yang Raihan berikan untuk Rain melalui ciuman mesra di kening Rain tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
October Rain [COMPLETED]
Fiksi RemajaJika bulan October ini adalah bulan terakhir untuk Rain, Rain hanya meminta Raihan selalu ada untuknya. Karena bagi Rain, hanya senyuman Raihan yang dapat membuatnya tenang. Dan, jika... Disaat hari ini juga nafas Rain sudah tidak dihembuskan, disit...