2. You Come And Go, All You Want

8.1K 383 25
                                    

Setelah selesai Raihan berbicara dengan Tiara melalui telepon. Raihan menghampiri Rain, untuk mengecek keadaan Rain. Raihan lalu menepuk-nepuk pundak Rain.

"Rain, lo udah siuman?" tanya Raihan khawatir.

Sadar akan suara Raihan terdengar khawatir, Rain buru-buru mengelap air mata tak bergunanya itu. Mengelap dengan asal-asalan. Setelah merasa sudah tidak ada air mata yang tersisa dipipinya. Rain berbalik mengarah Raihan. Lalu menatap Raihan dingin. Seperti biasanya.

"Kok aku bisa disini sih?" tanya balik Rain polos, yang berhasil membuat Raihan kebingungan. Alisnya bertautan. Tapi setelah itu, Raihan tertawa geli.

Rain bingung, kenapa Raihan tertawa. Ditatapnya Raihan bete. Raihan menghentikan aksi tawanya sejenak, lalu kembali ke mimik wajah serius. Menatap Rain dalam. Lalu meneguk ludahnya, cemas.

"Lo beneran gak inget kenapa lo bisa disini? Tapi lo inget gue siapa, kan?" tanya Raihan serius tapi terdengar bercanda ditelinga Rain.

"Please Han, aku mau pulang sekarang.." rengek Rain yang membuat telinga Raihan rada panas. Jujur saja, ia tidak begitu menyukai suara orang merengek atau suara-suara lainnya yang berhubungan dengan memohon. Raihan benci itu.

"Tapi Rain..."

"Yaudah kalo kamu gak mau anterin aku pulang. Aku bisa kok pulang--" potong Rain belum selesai. Namun Raihan mencela, "Gak! Lo gak boleh pulang sebelum disuruh dokter untuk pulang."

"Lo gak usah khawatir. Gue udah bilang sama bokap-nyokap lo, kalo lo kecelakaan. Dan mereka malah nyuruh gue untuk jagain lo sampe lo sembuh. Intinya. Gue gak mau lo kenapa-kenapa dan gue cuma mau lo sembuh, udah itu aja." lanjutnya.

Tetapi Rain kekeh dengan keputusannya untuk pulang. Dengan berbagai macam alasan yang Rain lontarkan untuk membuat Raihan menuruti keputusannya. Akhirnya Raihan menuruti Rain karena alasan Rain membenci rumah sakit.

Alasan itu tidak bisa diganggu gugat dan tak bisa diubah-ubah lagi. Kalau Rain sudah bilang tidak suka, Raihan harus berbuat apa. Raihan juga tidak ada berhak untuk memaksa Rain untuk tetap tinggal.

☔☔☔

Rain dan Raihan keluar berjalan dengan beriringan melewati koridor rumah sakit yang sepi. Hanya ada suara langkah mereka dan deru napas yang keluar-masuk secara beraturan lewat hidung mereka masing-masing. Semenjak perdebatan kecil itu, Rain maupun Raihan memilih untuk bungkam dan membiarkan pikirannya tenang untuk sesaat.

Dengan sangat mengenaskan, Rain berjalan terseok-seok karena kakinya masih terasa ngilu. Perlahan-lahan langkah kaki Rain melambat. Raihan sadar betul akan keadaan Rain sekarang. Rain mendengus kesal, lalu kembali berbalik kearah Rain.

"Apa gue bilang! Lo masih sakit, kan? Makanya jadi orang tuh jangan keras kepala. Dibilangin ngeyel," omel Raihan yang membuat Rain menundukkan kepalanya, takut.

Ada beberapa jarak diantara mereka berdua, dengan langkah penuh emosi. Raihan mendekat kearah Rain yang berada tidak jauh dari pandangannya.

"Sini gue bantuin!" ucap Raihan kesal, lalu tanpa persetujuan Rain. Raihan mengambil alih tas milik Rain. Lalu kembali berjalan meninggalkan Rain dibelakang. Tapi belum sampai memasuki langkah ke tiga, Raihan kearah kembali.

Lagi-lagi tanpa minta persetujuan Rain, Raihan menaruh tangan Rain diantara lengannya. Rain tertegun dengan semua perlakuan Raihan yang tiba-tiba seperti ini. Dada Rain rasanya seperti ini meledak. Perasaan aneh muncul kembali menyeruak meminta untuk segera dikeluarkan matang-matang. Tanpa dirinya sadari, Rain pun tersenyum. Tersenyum miris.

Kembali jatuh, ke lubang hati yang sama untuk yang kedua kalinya. Bodoh. Batin Rain lirih.

☔☔☔

October Rain [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang