#5

129 5 0
                                    

Badannya seakan tak mampu berdiri, tangisnya membuat iqbal dan agil penasaran dan mendatangi bi ijah yang tengah begitu bersebih karena mendengar kabar yang begitu memilukan.


"bi..!!! ada apa? Kenapa bibik menangis?"

Iqbal hanya menatap bi ijah seolah menerka-nerka apa yang telah di kabarkan orang yang menelepon tadi.

Bi ijah tidak menjawab pertanyaan agil tadi dia tetap saja menangis, kemudian bi ijah mengulurkan kedua tangannya memberi isyarat bahwa bi ijah ingin memeluk iqbal dan agil. Mereka berdua menghampiri bi ijah dan langsung di sambut oleh pelukan bi ijah, air mata bi ijah terus saja mengalir semakin pedih rasanya saat memandang kedua anak majikannya yang masih kecil. Jika mereka tau berita itu sekarang pasti mereka sangat terpukul, bi ijah terus berpikir bagaimana caranya untuk memberi tahukan berita bahwa kedua orang tuannya telah meninggal dunia karena kecelakaan, mobil yang di kendarai jatuh masuk ke jurang.

Keesokan harinya, iqbal dan agil di bawa bi ijah ke rumah sakit, semalaman bi ijah tidak tidur memikirkan bagaimana cara memberitahukan kedua orang tuanya telah meninggal. Mata bi ijah masih terlihat bengkak karena menangis semalaman, iqbal yang dulu suka berbicara terlebih dengan adiknya kini sekarang terlihat banyak berdiam, bukan karena sudah mengetahui berita kematian orang tuanya, tetapi kejadian semalam yang telah dia alami, hanya adiknya yang tau kejadian itu dan itupun tidak semuanya, karena iqbal seperti menyimpan sesuatu lebih dari apa yang agil lihat. Sesampainya di rumah sakit mereka di bawa ke ruangan yang bertuliskan RUANGAN JENAZAH, sesampainya di sana terlihat ayah dan ibunya telah terbaring di ranjang dengan tertutup kain putih, Agil yang saat itu berusia 4 tahun sangat terpukul dengan apa yang terjadi dengan orang tuanya, iqbal hanya terdiam dan terlihat air matanya mengalir deras dan menggigit bibir bawahnya untuk menahan tangisnya agar tidak semakin bersuara. Mereka yang saat itu masih kecil belajar tegar menghadapi kehidupan tanpa kedua orang tuanya, iqbal dan agil sangat berubah atas kejadian itu, iqbal menjadi orang yang mudah sekali menangis dan sangat takut dengan gelap, sedangkan agil menjadi lebih tegar dan mudah menerima kenyataan pahit dengan berlapang dada.

Setelah mendengar apa yang di ceritakan dina, mereka semua merasa begitu kasian melihat apa yang terjadi dengan dua orang bersaudara ini, mereka menyadari bahwa kehidupan iqbal dan agil begitu malang jika di bandingkan dengan kehidupan mereka, mereka begitu bangga mempunyai sahabat seperti iqbal, dia adalah seorang yang pintar dan setia kawan.


Dina pernah mendengarkan cerita itu dari iqbal yang tengah bersedih rindu dengan ayah dan ibunya saat masih menduduki kelas 5 SD, dina mencintai iqbal, begitupun iqbal yang juga mencintai dina, dina berusaha membuat iqbal terhibur dan sedikit melupakan kesedihannya. Dan sekarang iqbal tidak lagi menjadi iqbal yang pendiam yang selalu bersedih, berkat usaha dina, iqbal sekarang menjadi orang yang mudah bergaul dan memiliki teman yang begitu peduli, walaupun mereka suka mengerjai iqbal seperti teman-teman satu lokal di kampus. Tetapi satu yang dina belum bisa rubah dari iqbal, yaitu rasa takutnya yang berlebihan, dan dina berharap suatu hari iqbal tidak lagi menjadi seorang yang penakut.


Iqbal masih belum sadarkan diri, wajahnya sekarang tidak seperti orang yang tengah pingsan tadi, sekarang terlihat seperti orang yang tengah bermimpi indah, wajahnya memancarkan senyum yang begitu manis, dina begitu memperhatikan iqbal yang masih tidak bergeming dari tadi, di pandanginya iqbal dengan tersenyum, karena memperhatikan iqbal yang tengah tersenyum manis dalam keadaan tidak sadarkan diri.

Indah juga secara sembunyi-sembunyi memandangi wajah iqbal, dan cemburu melihat kedekatan dina dan iqbal.


Agil mangajak semua yang ada di situ untuk makan bersama-sama.


" eh nggak apa-apa nih si acut di tinggal ndiri disini?"

Tanya odi
" nggak apa-apa kok, ni kan rumah dia, oya tutup pintunya ya, kakak iqbal nggak berani kalo ngeliat pintu itu tebuka".

" oke" beranjak menuju kearah pintu dan menutupnya.

Mereka pun segera ke ruang makan dan iqbal di tinggal di ruang tengah sendirian yang masih dalam keadaan belum sadar.


Indah mengambil hp nya yang tertinggal di ruang tengah, indah pun melirik kearah iqbal, langkahnya berhenti sejenak. mendekati iqbal yang masih seperti tadi, dan ingin memandang iqbal lebih dekat lagi seperti dina memandang iqbal, jarak muka indah sangat begitu dekat dengan wajah iqbal, di pandanginya dengan teliti wajah itu, sungguh benar-benar memikat hati,"aku mencintaimu"

Sambung ke chapter 6
Waah indah udah mulai nih..... !!!!

SANG PENAKUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang