Andrew POV
Untuk apa aku membawanya?!, dan lagi sangat tidak mungkin aku mengubah perkataanku, seorang Andrew tidak pernah memutar balikan perkataannya!!! Tidak pernah!! Kalau sudah begini apa yang bisa kulakukan? Arggggg...!!! mengapa ia selalu membawa masalah untukku???, pikirku sambil menggelengkan kepala kemudian menghembuskan nafas dengan gusar.
"Tidak! Aku mau pulang!!" Makinya yang berhasil membuatku terbangun dari lamunanku.
"Tidak bisa kau harus ikut denganku!" balasku.
"Aku tidak mau! Aku janji aku bisa mempresentasikannya nanti, aku mau pulang sekarang!" amukannya semakin menjadi-jadi.
"Tidak!" balasku singkat, dan?? Aku sendiri bingung mengapa aku tak membiarkannya pergi?. Kemudian aku menariknya ke arah dimana jet pribadiku berada.
"AKU MAU PULANG!!! LEPASKAN AKU!!!" teriakannya kali ini cukup keras hingga semua orang menolehkan pandangan kearahku.
'Wah kasian wanita itu, kelihatannya ia dipaksa'. 'dasar lelaki pemaksa', 'kita harus membantu wanita itu' segala macam ucapan yang negative dari beberapa orang yang sedang mentapku dan Elena, yang sempat kudengar.
"Dia istri saya" ucapku tiba-tiba, aku tau ini konyol tapi hanya dengan cara begini orang tidak menganggapku brengsek.
Dan terlihat orang-orang masih menatapku dengan tatapan tak percaya.
"Saya buk....." belum sempat elena menyelesaikan perkataannya dengan sigap aku membungkam mulutnya dan menariknya kedalam pelukanku.
"Maafkan istri saya. Dia lagi hamil muda makanya moodnya buruk!! Sekali lagi maafkan istri saya" ucapku meminta maaf atas teriakan Elena barusan, sementara Elena hanya melongo menatapku. Orang-orang disekitar kami tersenyum sepertinya sudah mengerti dengan keadaanku sekarang.
Hehe,,, rupanya aku cukup mengerti dengan tingkah orang yang sedang hamil muda.
"mengapa kau mengatakan aku ini istrimu?" ucapnya ketika kami telah duduk dengan nyaman dalam jet pribadiku.
"Agar mereka tak menuduhku yang tidak-tidak" balasku santai.
"cih,,, terserah padamu" balasnya.
"AKu ingin bertanya, apakah berteriak merupakan hobimu, Hah??!" tanyaku penasaran karena sejak pertemuan awal kami ia beberapa kali berteriak.
"Mungkin bisa dibilang begitu" balasnya santai sambil memainkan ponselnya. Tapi jawabannya itu berhasil membuatku melongo, What? Seorang wanita mempunyai hobi berteriak? Aku turut berduka untuk suaminya nanti, yang mungkin akan mati muda karena menikah dengan gadis yang hobi berteriak ini.
Lama aku memperhatikannya yang sibuk dengan ponsel sambil senyum-senyum sendiri, mungkin saja ia mendapat pesan dari pacarnya. Dan... kalau dilihat-lihat ia cantik juga dengan senyum seperti itu andai ia bisa tersenyum seperti itu padaku.
"Apakah pacarmu yang mengirim pesan?" tanyaku sedikit penasaran dengan apa penyebab senyum manisnya itu.
"Ya" "eh tidak" balasnya yang berhasil membuatku bingug.
Elena POV
"Apakah pacarmu yang mengirim pesan?" tanyanya.
"Ya" jawabku santai.
"Eh tidak" ralatku setelah aku baru menyadari pertanyaannya.
"Lalu?" tanyanya yang mungkin kebingungan dengan jawabanku.
"Bukan pacar, dia sahabatku" balasku.
"Oh ya? Hm,,, apa mungkin Rangga?" ia kembali bertanya.
Uh!!! Kepo banget sih nih orang, pikirku kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrogate Heart or Wealth???
РазноеPROLOG Hati dan harta wanita itu beda tipis. terkadang seseorang lebih memilih harta wanita ketimbang hati wanita, dengan cara merebut hati wanitanya dulu kemudian perlahan-lahan merebut harta wanitanya. apakah priaku seperti itu? kurasa tidak, ia a...