Twelve*

380K 15K 448
                                    

"Aaaaaaa," teriakku spontan saat melihat ke seluruh kamar.

Ini bukan kamarku, juga bukan kamar di rumah. Jadi, ini di mana? Apa yang kulakukan tadi malam? Ayo, ingat Ashley.

Oh, ya, di apart dengan Eva setelah itu dijemput Thomas-dinner di rumah-pulang, dan kecapekan tidur di mobil. Berarti sekarang aku ada di mana? Dan perasaanku aku memakai dress bukan baju tidur seperti ini. Siapa yang mengganti bajuku? Apa Thomas? Oh, tidak mungkin. Itu sangat mustahil, tapi bisa saja kan?

Aku terkejut saat seseorang mengetuk dan membuka pintu secara langsung. Muncullah seorang wanita tua dengan senyumnya.

"Selamat pagi, Nona. Ada yang bisa saya bantu?" tawarnya.

Aku mengerutkan kening. "Lo siapa?" Saat sadar ucapanku kurang gimana gitu, "Eh, maksud saya, Anda siapa?" ralatku.

Bibi itu tersenyum maklum. "Saya pembantu di sini."

Baru saja aku ingin menjawab tetapi tidak jadi sewaktu seseorang datang dan langsung membuka pintu dengan lebar. Wajahnya seperti bangun tidur tapi seksi sekali. Aku tahu rumah siapa ini.

"Lo kenapa sih teriak-teriak, ganggu gue tidur aja. Lo tahu nggak ini masih pagi," protes Thomas.

Aku melototinnya. "Salah lo-lah yang membawa gue ke tempat asing. Jadi gue shocked."

"Jadi lo mau gue turunin di jalan gitu aja? Lo aja tidurnya kek kebo gitu," protesnya lagi.

Ha? Mana mungkin? Aku tidur kayak kebo? Tidak, tidak pernah. Bilang saja tidak tega bangunin aku tidur. Ngomong-ngomong bajuku?

"Oh, satu lagi, baju gue mana? Yang lebih penting, siapa yang gantiin baju gue," teriakku sambil menarik selimut.

Thomas tersenyum miring. "Tuh baju lo udah dikemas dengan baik," tunjuknya ke atas meja, ke arah tas kertas. "Yang gantiin lo baju? Menurut lo siapa? Kalau lo pikir gue juga nggak apa-apa."

Aku menganga, fixed tidak mungkin. Apalagi wajah Thomas seperti orang berbohong.
"Lo bohong," ucapku.

"Terserah lo. Bi, urus dia. Dia harus selesai lima belas menit," perintahnya.

"Gue tunggu lo di bawah," ucapnya lagi.

Wihhh, enak benar ya nyuruh orang. Oke, ini rumahnya tapi tidak seperti itu juga. Lagipula ini kan rumah orangtuanya.

"Tuan Thomas udah biasa gitu. Sifatnya memang gitu. Jadi, harap dimaklumin ya karena sebenarnya hati dia itu baik sekali," puji Bibi yang berjalan ke arahku. Itu omongannya beneran? Tapi seperti tulus banget. "Dia emang awalnya sok cuek tapi sebenarnya nggak. Waktu Nona dibawa ke rumah ini aja dia hati-hati banget ngegendong Nona dan nggak mau yang lain gendong Nona. Selain itu, Nona adalah perempuan pertama yang dibawa Thomas ke sini," jelas bibi itu.

Tuh kan benar firasatku, Thomas itu tidak tega bengunin aku.

"Nona, bisa pilih baju apa yang Nona inginkan. Tuan sudah menyuruh kami untuk mencari baju yang cocok. Jadi kami membeli beberapa baju agar bisa Nona pilih," ucap Bibi.

Waahhh perhatian juga ya Thomas. Haha, bisa di-baper-in nih Thomasnya. Apa jangan-jangan Thomas suka sama aku? Ah, impossible.

King Bullying VS Queen RescueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang