Aku menahan napas saat melihat muka babak belur Thomas di depan apartku. Kenapa dia? Bisa dikatakan rata-rata luka yang di Thomas udah di obati tapi tetap saja itu masih kelihatan.
"Lo kenapa?" Cemasku.
"Gue gak apa-apa" jawabnya sambil memalingkan muka, "Lo cepetan kalau mau lihat kita tanding"
Akukan cuman ingin perhatian sama dia, tidak ada yang salahkan?
Aku melihat jam tangan yang sudah menunjukkan jam 9, sebentar lagi..
"Gue udah siap dari tadi" jawabku.
"Yaudah, ayo berangkat" ucap Thomas cuek.
Dia kenapa?
□□□
Tanya, tidak, tanya, tidak, tanya, tidak. Aku terus mengutarkan pertanyaan yang dari tadi tidak bisa ku jawab. Aku penasaran tapi ada rasa tidak enak jika aku bertanya.
"Thomas" "Ashley" ucap kami berbarengan.
Aku melihat Thomas dengan terkejut, bisanya kami berbarengan ingin bicara, "Lo duluan"
"Ladies first" ucapnya tanpa mengalihkan pandangan dari jalan.
Aku menghembuskan napas, jika itu maunya, "Gue mau nanya sesuatu tapi lo janji gak usah marah ya" ucapku sambil melihatnya dengan penuh harapan. Saat dia mengangguk, aku tersenyum "Muka lo kenapa? Lo berantem? Kalau berantem, lo berantem sama siapa? Terus..."
Tiba-tiba Thomas memegang tanganku yang membuat aku berhenti bertanya, Thomas melirikku sebentar dengan senyumnya, "Kalau mau nanya pelan-pelan"
Baiklah, "Lo kenapa?" Putusku, tapi sebelum Thomas menjawab, "Yang gue tanya bukan keadaan lo, kalau keadaan lo siapapun yang melihat pasti tahu keadaan lo. Yang gue tanya itu lo kenapa bisa sampai seperti ini" sambungku.
Thomas mengelus tanganku, "Iya gue tahu Ashley"
"Kalau begitu jawab" tuntutku tidak sabar.
Thomas masih saja mengelus tanganku dan mengemudi dengan satu tangan, "Biasa masalah laki-laki, hanya berantem kecil"
Aku melotot mendengarnya, "Berantem kecil tapi sampai babak belur begini? Bagian mana yang bisa dikatakan biasa dan kecil?"
Thomas tertawa kecil, "Lo perhatian banget sama gue, gue gak apa-apa jadi lo bisa tenang. Luka ini gak seberapa dari pada gue kehilangan lo" jawabnya masih dengan tangannya yang setia dan semua itu buat aku laper.
"Gue aja ditakutin hilang, lo gak perlu takut gue hilang karna gue akan balik ke lo lagi" candaku.
Thomas tersenyum mendengarnya, "Gue akan mengingat ucapan lo selalu" baru saja aku ingin protes karna yang kuucapkan adalah candaan tapi dia menganggapnya serius, "Sekarang giliran gue" ucap Thomas tegas.
Kenapa suaranya? Kenapa mesti begitu?, "Apa?" Kesalku.
Ya iyalah aku kesal. Siapa yang tidak kesal kalau jawaban yang diberikan belum merasa pas dihati dan saat ingin protes di potong. Selain itu dia juga buat aku baper dari tadi.
"Apa hubungan lo dengan Adlan?" Tanya Thomas sambil melepaskan tanganku.
Aku menarik tanganku dengan cepat, pertanyaan apa ini? Apa yang harus ku jawab, "Hanya sekedar seseorang yang saling mengenal" mengenal dari lahir, lebih intinya hubungan kakak adik, lanjutku dalam hati.
Thomas berdecak, "Lo sama Adlan pasti gak akan mau ngaku" ucapnya kesal, oke aku tidak berani melihat dia, "Yang terpenting lo harus ingat apa yang gue miliki akan selalu jadi milik gue. Gue gak akan mau tahu siapa yang akan merebutnya, mau itu sahabat gue atau kakak gue, gue gak peduli. Yang lo harus ingat lo itu milik gue dan akan selalu milik gue, lo boleh aja berhubungan dekat dengan Adlan tapi ingat lo selalu milik gue"
KAMU SEDANG MEMBACA
King Bullying VS Queen Rescue
Teen FictionBagian yang tidak di hapus dalam cerita ini adalah part-part yang tidak ada di novel, selebihnya ada di novel dan tanda baca untuk part yang masih ada, berantakan terutama bagian dialog. Terima kasih. [ Di terbitkan ] "Lo nyuruh gue buat manggil l...