The most beautiful things in life aren't seen, but felt only by heart.
Tutup matamu dan lihat aku dalam mimpi dan kenangan kita, jika kamu merindukanku. Aku akan selalu ada di memori dan hatimu.
□□□
Author POV
Hening, tegang, resah, takut dan cemas. Banyak situasi yang bisa di gambarkan di situasi seperti ini. Bukan hanya mereka yang pernah merasakannya. Semua orang yang pernah ada di posisi mereka pasti merasakannya. Menunggu seseorang yang berada di ruang operasi selama beberapa jam tanpa ada kepastian.
Mereka semua membutuhkan kepastian. Kepastian untuk keadaan seseorang yang mereka sayangi dan cintai.
Tidak ada yang berani membuka suara. Mereka semua berkumpul di suatu tempat tapi hanya saling diam. Hanya suara isakan tangis yang mulai melemah karna sudah kelamaan menangis.
Mamanya Ashley, Adlina dan juga Irene yang sedang menangis. Hanya Irene yang sudah bisa menghentikan tangisannya. Itupun karna di paksa oleh suaminya, Revan. Mengingat Irene yang sedang hamil dengan usia yang sebentar lagi akan melahirkan.
"Sayang, kamu pulang dulu ya" pinta Revan yang pertama kali berbicara setelah lama terciptanya keadaan hening.
"Gak mau, aku mau disini" lirih Irene.
Revan menghela napas, dia sudah tahu akan jawabannya. Irene pasti akan menolak, tapi mengingat kondisi Irene yang sekarang sedang hamil. Dia harus memaksanya.
"Kalau gitu, kamu istirahat di salah satu ruangan disini ya" baru saja Irene ingin menolak, Revan dengan cepat mengenggam tangannya "Nanti aku kasih tahu kalau dokter sudah selesai operasi, Ashley pastinya juga gak suka kalau kamu disini terus. Dia pasti gak suka kalau kamu dan calon adiknya gak istirahat"
Revan menahan suaranya untuk tidak terlihat lemah. Dia sengaja memberikan suara lembut dan biasanya, sengaja agar Irene mau mengikuti omongannya. Semua orang tahu, setiap orang yang sedang menunggu disini pasti memiliki perasaan yang sama.
Akhirnya, Irene mengangguk. Dia tahu sifat Ashley, dia tahu dan sangat tahu. Irene sudah lama bersama Ashley. Dia bahkan menyayangi dan mengenal Ashley sebelum dia menyayangi dan mengenal Revan. Dia pernah bertemu Ashley secara tidak sengaja.
"Semuanya, Revan pamit sebentar" izin Revan.
Hanya anggukan kecil dari kedua orang tuanya yang mereka dapatkan. Tentu saja mereka memaklumkannya. Sudah 4 jam mereka disini dan belum ada kepastian. Mereka hanya tahu kalau Ashley disana sedang mencoba untuk bertahan untuk ketiga kalinya.
Mereka semua tahu, termasuk Mark. Mereka semua tahu kalau ini ketiga kalinya Ashley masuk ruang operasi dan ketiga kalinya mereka menunggu lama di tempat ini tanpa ada kepastian yang cepat. Tentu saja Thomas tidak tahu sama sekali.
Mungkin jika situasinya bukan Ashley yang mencoba bertahan, rasa penasaran yang dia pendam sudah dia luapkan dengan seribu pertanyaan. Bahkan sekarang Thomas sudah melupakan rasa penasarannya. Yang dia inginkan sekarang hanyalah kepastian dari dokter di dalam. Bukan hanya dia tapi semuanya menginginkan itu.
Adlan berdiri dari duduknya dan mendekat ke arah mamanya. Adlan berhenti tepat di depan mamanya dan mensejajarkan dirinya dengan mama. Dia mengenggam tangan mamanya dan mengelus pelan.
Adlan menghela napas, "Ma, kita harus merelakannya kalau operasi ini gak berhasil"
Tentu saja semua orang tidak setuju dengan pendapat. Menurut mereka keputusan Adlan merupakan sesuatu yang terburu-buru. Merupakan keputusan pasrah dan cepat menyerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
King Bullying VS Queen Rescue
Teen FictionBagian yang tidak di hapus dalam cerita ini adalah part-part yang tidak ada di novel, selebihnya ada di novel dan tanda baca untuk part yang masih ada, berantakan terutama bagian dialog. Terima kasih. [ Di terbitkan ] "Lo nyuruh gue buat manggil l...