- I have Brother, and he is my hero -
"Aku Pulang"
Aku menyeret tas ransel zig-zag pink putih ku menuju ke kamar. Sherril Rachel Velguez, anak kuliah berumur 19 tahun, masih memakai tas ransel. Abaikan, itu wajar bagiku.
"jangan diseret seperti itu Ril. Bunyinya sangat mengganggu" kakakku berkata dingin. Rasanya, akhir-akhir ini dia jarang berbicara denganku. Entahlah, dia mengambil jurusan hukum, jadi aku masih mewajarkannya karena semester depan dia sudah harus menghadapi skripsi. Well, ganbate ya kakakku tersayang. Pfttt. "yaaaaa"
Aku sampai dikamarku, akhirnya. Aku seperti habis berjalan ribuan kilometer di tengah gurun pasir! Astaga. Memang aku berlebihan. Aku menyalakan AC, menurunkan suhu menjadi 18 derajat. Wuuhhhh, ini hari yang panjang.
-Harry's POV-
Akhirnya, ada day off. Aku pergi ke rumah. My Home sweet homeee. "Alohaaaa" aku melempar tas ku keatas sofa. Dan mencari Mom. "Harry! Akhirnya kau pulang" Mom memelukku. "Mom benar-benar akan merencanakan sesuatu yang besar Harry!" Mom tersenyum bahagia. Melihatnya bahagia pun sudah merupakan sesuatu yang besar dalam hidupku #asekkk
"Mom akan mengundang teman-teman mom pada saat kau dan Gemma masih kecil..." Mom sibuk dengan HandPhonenya ia terus berbicara, tanpa memandangku "Oiya Harr, tidakkah kau merindukan sahabat lamamu? Sherril lohh... Mom pasti akan mengundangnya kesini sudah lama sekali Mom tidak melihat wajahnya" Mom tertawa dengan wajah berseri, "jangan berlebihan Mom. Aku biasa saja". Well, aku tidak pandai dalam berbohong. Aku tersenyum mengingat masa laluku dengan Sherril, namun aku sangat merasakan perih saat kami berpisah
-Flashback Harry-
"kau benar-benar pergi Sherril?" aku menanyakannya dengan wajah cemberut "mau bagaimana lagi keriting, aku benar-benar tidak bisa menolak. Lagipula jika aku tidak ikut dengan kedua orang tuaku aku akan tinggal dengan siapa?" Sherril tersenyum menandakan dia tak mau melihatku cemberut "ayolah Harr, aku janji suatu hari nanti kita pasti akan bertemu lagi. Takdir pasti seperti itu. Aku yakin!" ucapnya tesenyum semangat "kau yakin?" aku mengerutkan keningku "Ya, aku yakin" dan itulah senyuman terakhir yang pernah aku lihat.
Dan, takdir itu benar-benar nyata, kami akan dipertemukan oleh takdir. "tour selanjutnya kau akan kemana Harry?" tanya Gemma yang tiba tiba duduk di sebelahku, membuyarkan lamunanku. "aku akan pergi ke mmmm.... Biar kuingat" Gemma menatapku seolah kau benar benar pikun "yaa ke Indonesia, sepertinya, tidak... ehhh tidak benar ke Indonesia" kataku mantap. "Whoaaa kau akan bertemu dengan Sherril Harry" Mom menggodaku. Ish, aku tidak nyaman tolong hentikan ini sekarang.
- Sherril's POV -
Jam dinding kamar ku menunjukkan jam 7 malam, pasti Ayah dan Ibu sudah pulang. Aku turun ke bawah dan melihat ruang TV, yap tebakan ku benar. Ayah sedang menonton TV, Ibu sedang menanyakan kabar Kakak, sedangkan Kakak yang sedang mengerjakan tugasnya tetap menjawab pertanyaaan Ibu yang bejibun Naudjubilleh! "yahhhh..." aku memeluk ayah yang sedang fokus menonton acara On The Spit, "kau mau apa Sherril?" tanyanya melirikku yang sedang cengengesan karena tertebak akan meminta sesuatu. Kakak yang sepertinya selesai dengan tugasnya menutup laptopnya dan mencoba berpura- pura lelah menggeliat. Kau ketahuan Kak, aku tahu kau ingin tahu apa yang akan kuminta, aku menatapnya seperti itu. "What do you want Princess?" Ibu membelai rambutku mencoba merapihkannya yang sangat kusut seperti gambar yang kubuat waktu TK.
"Aku mau menonton konser One Direction"
Semua menatapku seolah berkata ' Are you serious? '. "Aku bersungguh" aku memantapkan, tawa Kakak memecahkan keheningan "geez, jangan berharap terlalu tinggi gadis kecil, kau punya uang darimana??" dia tertawa meremehkan. "Amel yang mengajakku, kasihan dia minta ku temani. Dia kan anak tunggal..." aku memainkan ujung kaosku "tapi kau senang kannn" Kakak dapat menebakku, aku hanya menyengir kuda "hehe". "kapan?" tanya Ayah, aku berbalik menghadap Ayah "3 hari lagi konsernya. Lusa malam aku akan pergi ke Jakarta dan menginap di hotel agar tidak kesiangan" kataku. Ayah mengangguk, YESS!!! Ayah mengangguk, berarti aku boleh menonton One Directionnn. YUHUUUU. "memangnya kau bisa menjaga diri?" tanya Kakak yang masih tertawa meremehkan "menyebalkan. Tentu saja Kak... Aku bukan lagi gadis 4 tahun yang minta dibelikan balon warna warni" aku melipat tangan di depan dada lalu memajukan bibir ku.
Oke. Semua tertawa akibat ulahku.
PS :
WELL, Maapkan ceritanya kayak anak ABG labillll. Aku masih Amatiran Qaqaaa~ Maafkan atas seluruh typo yang ada di cerita ini harap mengerti.
Oke, kalo kalian gasuka cerita ini gapapalah yaaa, ini emang cerita amatir. Wkwk~
Kalo kalian suka cukup vote & comment itu sudah lebih dari cukup. Tengkyuhh<3
With Love,
-PrincessH-
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] MINE
Teen FictionKetika aku mencintainya.. Dan hanya bisa berharap bahwa dia MILIK KU