3 Bulan kemudian...
-Sherril's POV-
Aku datang dengan gaun selutut berwarna putih. Dengan rambut di gulung. Aku serasa ingin berteriak. Orang yang kucintai... Bertunangan dengan orang lain.
Mau gimana lagi sih. Wong aku bukan siapa-siapa. Hanya perempuan yang pandai berharap.
Harry berdiri, sambil menggandeng Taylor yang memakai gaun bertumpuk. Wajahnya dihias make-up membuatnya semakin cantik.
"selamat ya" aku tersenyum semanis mungkin. HAHA FAKESMILE.
"makasih. Buruan cari pacar, jomblo lama-lama gak enak loh" Harry tertawa. "sialan, mentang-mentang udah tunangan dih" aku ikut tertawa. Tau gak Harr? aku sih maunya ga jomblo sama kamu. KITA. Bukan aku dan dia, juga kau dan dia. PFTTTT. NGIMPI.
Aku menghempaskan tubuhku. SAKIT. Aku menangis. Rasanya perih semakin dalam. Sudah kuingatkan pada hatiku untuk berhenti mencintainya, tapi rasanya tak bisa.
Aku ingin berganti posisi dengan Taylor. Aku ingin Harry yang akan menyambutku setiap pagi. Mencari nafkah untukku dan anak-anakku kelak.
Tapi... itu hanya sebuah bayangan. AKU BENCI HIDUPKU. Mengapa aku tak bisa mendapatkan HARRY? Mengapa Taylor yang dapat tertawa bahagia bersamanya? MENGAPA BUKAN AKU?
Astaga Sherril, sadarlah kau hanya sahabat Harry. Bukan siapa-siapa. Kau terlalu egois untuk mendapatkannya.
Dan kini aku sadar, aku tak pantas untuknya. Aku lebih pantas mati...
Bunuh diri? Aku tak sebodoh itu. Tunggu aku lulus dulu Haha.
Aku melihat TV, semua berita tentang Harry & Taylor. MATI SAJA KAU SHERRIL. Aku ingin aku bahagia, tanpa Harry.
Harusnya aku sadar, mencintainya semakin dalam, membuatku sakit semakin dalam.
Harusnya aku tahu, dia bukan MILIKKU.
- Kau bukan milikku. Kini, bahkan selamanya -
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] MINE
Ficção AdolescenteKetika aku mencintainya.. Dan hanya bisa berharap bahwa dia MILIK KU