"Eits, itu pak Ris nempel apaan di mading?" batin Marsya saat ia hendak berbelok kearah kantin, namun terhenti dan segera berjalan menuju mading.
Saat pak Ris telah berlalu pergi, Marsya mempercepat langkahnya, ia harus mengetahui terlebih dahulu pengumuman baru itu.
Marsya mulai mencari-cari kertas info yang baru diantara banyaknya kertas info lainnya.
"Ehh ini deh kayaknya" ucapnya pelan.
"Siswa bernama Ali Syarief yang awalanya berada di ruang XII-A akan dipindah ke ruang XII-C. Sekian infonya, terimakasih."
"Oh god! Prilly harus tau nihh, aduhh gawatt"
"Eh Sya!" panggil seseorang dari arah belakangnya, Marsya segera menoleh kearah suara.
"Eh lo Ren." Marsya tampak menghela nafas.
"Iya gue Rendy, lo kok kayak ketakutan gitu sih? Emang lo habis baca apaan di mading?"
"Emmm..."
"Apaan? Awas gue mau lihat" Rendy segera melihat info terbaru dimading, matanya terbelalak kaget melihat tulisan itu.
"Lo udah kasih tau Prilly?" tanya Rendy akhirnya, Marsya telah menduganya terlebih dahulu.
"Belum. Ini gue mau kasih tau dia."
"Oh yaudah yok bareng gue, lo juga mau ke kelas kan?"
"Emmm.. Iya, yaudah"
Rendy mengenggam tangan Marsya, entah mengapa setiap kali Rendy menggenggam tangannya, hatinya terasa berbeda, terasa sangat nyaman.
Marsya mengangguk pelan, keduanya pun segera menemui Prilly.
****
"Brakkkkk"
Prilly yang saat itu tengah fokus pada bukunya, langsung tersentak kaget.
Prilly yang duduk paling depan pun segera menoleh kebelakang, matanya menatap sinis pada seseorang yang tengah memainkan iphone sambil duduk diatas meja.
"Eh lo ngapain dikelas gue? Keluar gakk lo!" bentak Prilly saat ia telah berdiri didekat seseorang itu, tak lain adalah Ali Syarief.
"Eh sorry, lo bukannya cewek yang sok jadi pahlawan kesiangan itu kan?" tanya Ali dengan suara khasnya, tanpa melepas kacamata hitam yang dipakainya.
"Oooo.. Lo anak XII-A yang dapat julukan annoying itu? Dan lo yang ngerjain junior-junior disini?" cerocos Prilly dengan suara cemprengnya.
Ali memejamkan matanya mendengar suara Prilly.
"Cempreng amat sih suara lo" jawab Ali singkat sembari melepas kacamatanya, Ali memandangi wajah Prilly yang lumayan cantik menurutnya.
"Ehh ngapain lo nengoin gue? Lo keluar gak cepetannn!!!" teriak Prilly, Ali segera menutup mulut Priily dengan jari telunjuknya.
"Asinnn!! Wlekk"
"Lebay lo"
"Biarinn" Prilly memeletkan lidahnya,
Ali memakai kembali kacamata hitamnya, hendak berlalu pergi.
Dengan cepat Prilly menahan tangan Ali. Ali yang merasa tangannya ditahan segera menoleh kebelakang, namun terlebih dahulu ia melepaskan kacamata hitamnya.
Kini wajah mereka berdekatan,hanya tersisa 2 atau 3 cm. Ali menatap lekat mata Prilly yang begitu indah, begitu juga Prilly menatap lekat mata Ali yang terasa begitu teduh.
Prilly yang tersadar akan tingkah bodohnya segera memalingkan wajah kearah lain, begitu juga Ali yang entah kenapa merasakan sesuatu yang beda.
Ali dan Prilly bersamaan meraba dadanya,
Deg
Deg
DegJantung mereka berdetak seirama, Ali memasang wajah bingung saat berpandangan kembali pada Prilly, begitu juga Prilly.
"Prilll"
Mendengar teriakan itu Prilly langsung menoleh keasal suara,Marsya berlari kecil mendekati Prilly, begitu juga dengan Rendy yang mengikuti dari belakang.
Saat Rendy berjalan melewati Ali, ia tampak menatap sinis pada Ali. Namun Ali terlihat biasa saja, malah tersenyum miring.
"Prill.. Lo gapapa kan?" tanya Marsya yang keliatan panik.
"E? Ya gak lah, emang gue kenapa coba?" Prilly berusaha menenangkan detakan jantungnya yang tak kunjung berhenti berdetak cepat.
"Eh lo!" tunjuk Rendy tepat di depan wajah Ali. Ali tampak tak menggubrisnya, ia memasangkan kembali kacamata hitamnya.
"Lo jangan pernah nyentuh Prilly! Sekali lo berani nyentuh dia, apalagi sampai ngelukai dia lo bakal tau akibatnya! Paham lo!" ucap Rendy mengancam Ali dengan nada meninggi.
"Lo santai aja" jawab Ali santai sambil mengawaskan jari telunjuk Rendy yang masih berada didepan wajahnya.
"Mata lo bagus juga" goda Ali singkat pada Prilly sebelum akhirnya ia berlalu pergi keluar kelas.
Prilly kembali meraba jantungnya, kenapa semakin berdetak cepat?
Rendy yang mendengar nya segera beralih menatap Prilly, begitu juga Marsya.
Prilly yang tau sedang dilihat seperti itu hanya diam, membalas pandangan mereka.
"Tadi dia bilang mata lo indah Pril? Berarti lo tadi tatap-tatapan sama dia?" tebak Marsya, Prilly langsung membelalakkan matanya.
"Ha? Ya e..ng..gak lah, ngapain coba?" elak Prilly sambil menyela rambutnya singkat.
"Eh Pril, lo tau kan Ali itu kayak apa orangnya?" tanya Rendy yang tengah menatap sinis Prilly.
"Ya tau lah, Annoying kan?" jawab Prilly yang berusaha biasa saja.
"Dan lo tau kan apa aja yang udah dia buat sama junior kita?"
Prilly mengangguk. Rendy menghela nafas pelan.
"Dan lo mau kalau korban selanjutnya itu lo Prill?!" tanya Rendy dengan nada meninggi.
"Ih apaan sih lo? Ya gak lah"
"Yaudah terus lo..." ucapan Rendy yang terdengar membentak langsung dipotong Prilly.
"Lo kenapa sih gak percaya amat sama gue? Gue tau yang mana yang baik dan yang buruk! Jadi lo gak perlu ngajarin atau ngatur gue!" ucap Prilly meluapkan emosinya, ia tak terima jika dirinya dituduh-tuduh. Padahal semua yang dikatakan Rendy benar, namun Prilly mencoba mengelak.
"Prill" panggil Marsya saat Prilly beranjak pergi berlalu meninggalkan mereka, tanpa melihat mereka terlebih dahulu.
"Udah biarin aja dia. Lagian dia udah mulai gak bisa dikasih tau sekarang" cegat Rendy menghentikan langkah Marsya yang ingin mengejar Prilly.
Marsya menghela nafas pelan sambil memandangi tubuh Prilly yang tak terlihat lagi.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You Annoying!
Fanfiction(Tersedia di BukuLoe) Annoying kamu itu beda. Yaitu membuat hati ini merasakan segala rasa saat bersamamu. Sedih, senang, bahagia, terharu, semuanya bercampur jadi satu. -Prilly- Jalanan tak selamanya mulus. Kita harus melewati berbagai macam hamb...