Chapter 4

16.1K 1.3K 6
                                    

Ali merasakan sesak di dadanya, sesak yang sungguh mematikan.Seketika pandangan mata Ali menjadi kabur, kepanya serasa ditusuk-tusuk oleh beribu-ribu jarum yang tak menginginkan dirinya ada di dunia yang menurutnya sangat kejam.

"Kamu jangan memperparah sakitmu Ali. Banyak orang yang masih menginginkanmu ada di dunia ini."

Kata-kata itu terngiang-ngiang dipikiran Ali, perlahan mata Ali terpejam dan akhirnya tak sadarkan diri.

****

Prilly berdiri tegak dihadapan cermin toilet, memaparkan kondisi dirinya saat itu.

Prilly menyeka air mata yang mulai jatuh menetes membasahi pipinya. Entah apa yang membuat ia menangis seperti ini, ia sendiri juga tak tau.

"Issh! Apaan sih ini? Ngapain coba nih air mata jatuh hah?!" geram Prilly pada air mata yang kian menetes.

Tiba-tiba saja Prilly teringat pada Ali, Ali yang terulai lemah dibawah pohon. Bagaimana kondisi dia sekarang?

"Ali" ucap Prilly tanpa disadari olehnya.

"Gue harus nolongin Ali" tekad Prilly lalu segera beranjak pergi menuju taman.

*****

Prilly membelalakkan matanya melihat Ali yang terulai lemah tak sadarkan diri.

"Lii, ALIIIIII!!!" teriak Prilly menguncang pelan tubuh Ali, namun mata Ali tetap terpejam.

"ALIIII!!!! Lo kenapaa?!" Prilly berteriak histeris, air mata jatuh begitu saja membasahi pipinya. Bodohnya ia meninggalkan Ali sendirian tadi.

"ALII!! BANGUNN!!!" Prilly terus-terusan mengguncang tubuh Ali, namun nihil Ali tak sadarkan diri juga.


"Darah?" batin Prilly saat hidung Ali mengalirkan cairan merah.

Prilly kehabisan akal sekarang, ia pun segera berlari kencang mencari bantuan, tak peduli berapa kali kakinya tersandung dan tubuhnya terjatuh. Ia hanya memikirkan kondisi Ali sekarang.

*****

"Pakkkk!!!!" teriak Prilly histeris diambang pintu, pak Fery yang tampak terkejut secepat mungkin menghampiri Prilly.

"Ehh Prilly kenapa tuh?" tanya Marsya panik, secepat mungkin ia menghampiri Prilly, disusul Rendy dan beberapa siswa lainnya.

"Kenapa kamu Prilly?"

"A...aa liii pakkk" air mata Prilly mengalir terus menerus, Rendy dan Marsya sama-sama memandang aneh pada Prilly.

"Kenapa dengan Ali?"

"Lo diapain sama Ali Prill?!! Hah?" ucap Rendy yang mulai emosi, Prilly langsung menggeleng lemah.

"Aa..li.. hidungnya berdarah pak!!! Ayo cepat pakk! Tolongin Aliiii" pinta Prilly yang masih menangis, Marsya mengelus punggung Prilly berusaha menenangkan sahabatnya itu. Ia sendiri bingung kenapa Prilly bisa segini paniknya pada Ali.

"Dimana Ali nya Prilly?"

"Dii.. taman pakk hiks hiks"

Pak Fery dan murid lainnya pun segera berlalu ke taman, begitu juga dengan Prilly yang memilih untuk ikut menolong Ali.

Haii.. Maaf yaa kalau feel nya gadapatt :D . Makasih banyakk sama yang udah nyempatin buat baca cerita pertama aku, semoga kalian suka deh, yang gak suka disukai-sukain aja yah :D

Beri comment+vote ya,, :)

Love You Annoying!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang