[8] What Is Love

17.4K 1.2K 9
                                    

Rara berjalan menuju loker yang berada paling belakang di kelasnya. Ia belum melihat Yura sejak 10 menit yang lalu. Berpikir kalau Yura mungkin saja membolos lagi, mungkin sedang mengunjungi Myongdong yang selalu memberikan pertunjukan pria-pria tampan dengan anting serta head band dengan warna mencolok. Harus Rara akui kalau itu pun sangat cocok dengan mereka. Pemuda-pemuda di sana bahkan membuat tren fashion sendiri saat melakukan aksi pertunjukan, hingga beberapa orang menjuluki mereka artis jalanan.

Melirik kembali ke arah pintu untuk kesekian kalinya, Rara masih juga tidak melihat batang hidung Yura yang selalu membawa kabar heboh mengenai grup Idol. Benar-benaar konyol, bahkan Yura tidak bosan-bosannya memantau dari situs internet hingga Rara yakin tagihan bulanan ponselnya pasti sudah melampaui garis merah. Ayahnya mungkin akan mengomel lagi. Itu yang biasa Yura keluhkan pada Rara setiap akhir bulan.

Rara membanting pintu lokernya bersamaan dengan lengkingan Yura yang memanggil nama Rara. Kali ini Rara penasaran dengan grup Idol mana lagi yang membuat sahabatnya itu heboh seperti seseorang yang memenangkan undian. Benar-benar berlebihan.

Sosok Yura muncul tidak lama kemudian. Reflek yang bagus saat Yura berpegangan bingkai pintu karena kesusuahan mengerem hingga nyaris hidungnya mencium bingkai di sisi lain. Ekspresi di wajah Yura benar-benar tidak terbaca; mungkin marah, mungkin juga bahagia. Dan apapun itu Rara benar-benar tidak sabar ingin mendengar berita besar apa yang di bawa oleh si 'Ratu gosip' kali ini.

"Rara..."

Lengkingan Yura masih tidak ada bedanya dengan feedback menjelang apel pagi. Seharusnya itu tidak perlu karena sudah pasti Rara akan mendengarnya. Dan karena hal itu beberapa teman di kelas menoleh penasaran, setelah mengetahui sumbernya mereka kembali fokus pada buku bacaan dan acara gosip yang sempat terganggu.

"Aku harap bukan kabar kau akan di kirim ke Busan oleh ayahmu," Rara menyela karena tidak tahan untuk tidak berkomentar mengenai kelakuan Yura yang merusak paginya. "Sudah kubilang berhentilah mengikuti anak-anak band itu,"

"Maaf saja Rara sayang, sepertinya kau masih harus melihatku sampai kelulusan nanti."

"Heol... kau masih belum ketahuan Ayahmu? Daebak!"

Yura mendaratkan pukulan manis di lengan Rara. Membuat gadis itu memekik dan mengusap bekas pukulan untuk lebih terlihat dramatis.

"Lalu kenapa kau berteriak seperti itu?" Rara bertanya dengan wajah yang seratus kali lebih kesal karena pukulan Yura tadi.

"Coba lihat ini," kata Yura, mengeluarkan benda yang benar-benar membuat Rara teringat dengan kejadian semalam.

"Kau yang memintaku untuk mendapatkan tanda tangan mereka, ingat?" Rara menunjuk photobox yang di pegang Yura, "kenapa menunjukkannya padaku?"

"Mendengarmu bicara begitu aku semakin yakin kau tidak membaca pesan yang dia tulis,"

Rara mengerutkan dahinya. Melirik Yura yang kini berdiri di samping Rara dan membuka halaman yang bertuliskan sebuah pesan di atas tanda tangan. Dari Chanyeol.

Aku Seharusnya menuntut ganti rugi.

Tapi karena kau tenyata salah satu fandom kami, maka lupakan.

"Apa maksudnya dia menulis ini?" Yura meneliti ekspresi wajah Rara, berharap mendapat penjelasan dari pesan yang sama sekali tidak di mengertinya. Menuntut ganti rugi apa? Semalaman memikirkan itu dan Yura melupakan tugas sejarahnya. Pada akhirnya ia begadang dan sekarang kantung matanya harus ia tutupi dengan makeup tebal.

"Tidak tahu." Rara memiringkan kepalanya. Mencubit pelan daun telinganya sambil berpikir keras berharap Yura tidak menuntut penjelasan lebih.

"Apa kau meludah di depannya?" Yura bertanya dengan mata sipitnya yang siap memberikan pukulan.

✔ It's Me # 1 : WISYA [Chanyeol FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang