Ly - 1

19 0 0
                                    

Tes.

Setetes air mata jatuh membasahi pipi gadis itu. Bahkan di tengah kegelapan mata indah itu terlihat jelas menyiratkan kesakitan yang mendalam.

Tes.

Satu tetes kembali jatuh membasahi pipinya. Dengan cepat dia menghapus tetesan itu dengan punggu tangannya. Satu isakan tertahan pun terdengar lolos dari mulutnya. Gadis itu mendekap mulutnya agar isakannya tidak terdengar lagi.

Tes.

Tes.

Tes.

Semakin banyak air mata yang jatuh membasahi pipinya. Kali ini dia tidak menghapusnya. Bahkan isakan yang terdengar pilu itu tak lagi ditahannya.

Jalan yang di lewatinya gelap. Sangat jauh jarak antara satu lampu penerangan jalan dengan yang lain. Di sebelah kirinya terdapat jurang. Entah ini jalan menuju kemana, dia tidak peduli. Pikirannya terlalu kalut untuk memikirkan hal tersebut. Dia hanya ingin menginjak pedal gas mobilnya kemanapun jalan ini akan berujung pada akhirnya.

Tes.

Tes.

Tes.

Sorot lampu menyilaukan tiba-tiba menerpa wajahnya. Matanya mencoba menyesuaikan dengan sorot lampu itu, namun gagal sorot itu terlalu menyilaukan. Dua sorot lampu berbentuk bulat itu semakin mendekat ke arahnya. Dia sorot lampu yang berasal dari mobil truck yang tengah melaju ke arahnya.

Tes.

Tes.

Tes.

Suara denyitan ban mobil yang beradu dengan aspal terdengar jelas menggantikan bunyi klakson yang sejak tadi menggema di sepanjang jalan gelap itu.

Tes.

Tes.

Tes.

Sorot itu hanya berjarak satu meter lagi dari dirinya. Jantung gadis itu berpacu cepat. Dadanya sesak. Tangannya bergetar. Dengan segera gadis itu menarik stirnya ke sebelah kiri saat truck tersebut berjarak entah berapa cm lagi darinya.

Tes.

Tes.

Tes.

Aku mati, batin gadis itu.

BOOM.

Suara baja menghantam sesuatu pun mengakhiri semuanya.

"AAAAA,"

Teriak Prilly yang baru saja bangkit dari tidurnya. Dahinya penuh dengan peluh. Nafasnya memburu. Seluruh tubuhnya bergetar.

"Ini cuma mimpi, ini cuma mimpi, ini cuma mimpi,"

Prilly terus saja merapalkan mantra tersebut untuk mengurangi rasa takutnya. Dia mengusap wajahnya lalu menarik rambutnya hingga kebelakang. Dia terus saja merapalkan matra itu hingga nafasnya berangsur normal dan tubuhnya pun tak terlihat bergetar lagi.

"Mimpi itu dateng lagi," lirihnya lalu menghembus nafas lelah.

Prilly menoleh ke arah nakas dimana jamnya disimpan. Waktu menunjukkan pukul 06:00 WIB. Sontak dia pun membelalakkan matanya.

"Mampus gue telat," gumamnya lalu lompat turun dari tempat tidur dan berlari menuju kamar mandi.

Lima belas menit kemudian Prilly sudah berlari keluar dari kamarnya. Bajunya terlihat berantak kan, tidak dimasukkan. Dasi tersampir asal di lehernya. Tangan kiri menenteng sepatu convers putih. Dan di salah satu bahunya tersampir tas ransel kecil berwarna putih.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 23, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[LS]: Ly.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang