Rinai Dandelion's POV
Aku Rinai Dandelion. Umurku sudah bisa dikatakan dewasa yaitu, 17 tahun. Jujur, sejak dulu kehidupan yang kurasakan sangatlah bosan. Tak pernah ada kejadian yang menarik ataupun mengesankan selama nafasku ini masih berlangsung. Karena hal itu, aku selalu ditolak mentah-mentah saat aku melamar suatu pekerjaan. Jadi, kuputuskan untuk keluar dari hidup lamaku. Dan nelangkah kehidupan yang baru.
Pastinya, aku tak akan menjadi manusia tanpa pengalaman mengesankan saat jenjang kuliah mengantarku. Alias saat-saat ini.
Aku pindah dari tempat tinggal lamaku ke pusat kota. Rencanaku adalah mencari pekerjaan setengah hari yang tepat untuk diriku. Tetapi, sebelum itu aku harus mencari teman dahulu. Gunanya itu supaya aku dapat menanyakan hal yang sulit kepadanya. Dan, aku juga dapat menagih pendapatnya tentang sifat diriku ini dalam bekerja. Lagipula, rencanaku ini tak ada salahnya, kan? Manusia, kan makhluk sosial.
Oh iya. Aku bukan termasuk tipe makhluk sosial, sebenarnya. Karena, bisa dibilang aku masuk di antara kalangan manusia yang sulit untuk menciptakan seorang teman yang dapat menempel disisinya.
Mencari teman kesannya paling mudah saat berada di universitas. Namun, justru itu hal yang tersulit bagiku. Solusi yang tepat untukku hanyalah mencari pekerjaan setengah hari.
Aku belum masuk kuliah bulan ini. Kan, aku barusan lulus dari bangunan yang bernama sekolah itu. Sekitar 2 bulan lagi aku dapat memasuki bangunan yang asing bagiku - universitas maksudku.
Gedung itu tak jauh dari tempat tinggalku yang sekarang. Yaitu, sebuah apartemen di lantai 11 dari 15 lantai. Di kamar, aku hanya menghabiskan waktuku di depan layar laptop. Menulis sesuatu hal yang dapat membuat terkesima. Dan kemudian ku terbitkan. Yang dapat membuatku terkenal bila buku ku menjadi salah satu di antara sekian banyaknya Best Seller.
Huh! Sedih sekali diriku yang hanya dapat berbahagia di alam mimpi.Ryan Rumblon's POV
Kehidupanku dulu sangatlah senang dan selalu memiliki banyak waktu untuk tertawa lebar serta kencang. Tetapi sekarang aku sepertinya harus menjalankan suatu terapi senyum untuk tersenyum tulus dari dalam hati. Fake-smile pun tak bisa.
Ini semua karena ulah kakakku yang ku kira adalah salah seorang dari para malaikat berhati mulia. Aku di damparnya di dunia manusia yang penuh dengan kisah dramatis. Sebagai, malaikat matahari tentu saja aku tak sudi dengan perlakuaan tersebut. Manalagi aku harus merasakan apa yang dinamakam hawa dingin dan juga hawa panas. Aku tahu aku tinggal di bintang yang paling besar di tata surya selalu merasakan hawa panas. Justru, merasakan panas yanv melebihi rata-ratanya. Tetapi, kenyataannya tidak seperti itu. Di atas sana sama sekali tidak terdapatkan satu pun hal yang berbau cuaca, musim, ataupun iklim. Semua itu tak ada.
Dan, sekarang aku benar-benar harus merasakannya. Demi mempertahankan hidup.
Identitasku di matahari dan di bumi berbeda. Bila aku diatas bernama Ryan Rumblon, dibawah sini aku adalah Aidden Voldka, yang telah menjabat sebagai sang barista terkenal di umurnya yang berkepala dua.
• • • • • • • • • • • • • • •
Hai! Ini aku update ulang lagi, ya. Soalnya biar lebih jelas di chapter chapter selanjutnya. Makasih. 💋❤💙💟
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Barista
FantasyAku melihatnya sepanjang hari disana. Bekerja bersama kopi hangat. Tiba-tiba saja dia sudah menjadi temanku seorang. Aku mulai mencari cerita mengesankanku dari pengalaman asliku. Tak lupa juga aku mencari penyemangat. Sepatah kalimat penyemangat ta...