Rinai Dandelion's POV
Kring!
Alarm smartphone ku membangunkanku dari tidur terpendek sepanjang hidupku. Ah! Ingin diriku ini bangkit dari ranjang seperti surga ini. Namun, manusia jaman sekarang membuat peribahasa yang berbunyi: Gaya gravitasi yang paling kuat ialah di kasur saat matahari terbit.
Memang sangat benar pernyataan itu. Aku sedang terkena gaya gravitasi yang super hebat di ranjang ini. Sampai-sampai memindahkan tangan ke sisi ranjang yang lain saja tak bisa. Menakjubkan!
Ngomong-ngomong bagaimana ya keadaan si Raythone? Hmm.
Oh iya! Kok, aku bisa lupa, sih? Segera kubangkitkan badanku. Sekarang, gravitasi itu tak berlaku lagi di otakku ataupun di badanku. Aku langsung ngacir ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah aku puas akan diriku yang sudah harum akan bau bunga lavender di tubuhku, kupilih baju lengan panjang yabg berwarna ungu polos serta bawahan celana training berwarna hitam dan garis putih. Dipadukan dengan long coat abu-abuku. Rambut cokelatku yang tergerai ditutupi oleh topi rajutan berwarna persis seperti long coat yang kukenakan.
Perfect!
Aku segera membawa laptop yang sudah kutaruh di ransel kecilku. Tak lupa juga kubawa headphone besertakan smartphone ku. Lalu, kubawa diriku pergi dari kamar ini ke Coffee Buttera Cafe.
Salju masih berjatuhan. Tetapi, tidak setebal tadi malam. Sinar matahari melelehkan sebagian boneka salju buatan para anak kecil. Walau begitu, snowman-snowman itu tetap indah di mataku.
Aku berlari ke toko kelontong itu. Tiba-tiba saja tubuhku bertubrukkan dengan tubuh seseorang. Rupanya seorang wanita telah terjatuh karena kecepatan lariku melebihi batasnya. Dan, diriku ini tak melihat keadaan sekitar.
"Maaf, Bu!"kataku secepatnya. Aku membantu Ibu itu bangkit.
Ibu itu bangun. Lalu, tersenyum kepadaku. Mulutku spontan membalasnya. Dia melanjutkan langkahnya ke arah berlawanan dariku.
Kulanjutkan jalanku. Kali ini, kupelankan kecepatanku. Aku sampai di Coffee Buttera Cafe. Belum ada tanda-tanda kedatangan pelanggan atau pun pegawai. Kucoba membuka gagang pintu. Siapa tahu keajaibam terjadi pada diriku. Ya, kan?
Ceklek!
Yah! Belum dibuka. Ya, sudahlah aku duduk di luar saja.
Sambil menunggu kedatangan Raythone, kukeluarkan laptop besertakan headphoneku. Kunyalakan benda itu. Dan, dia langsung menampilkan tampilan layar putih yang siap diisi oleh sekian banyaknya abjad. Jujur saja, aku belum pernah menulis sebelumnya, jadi daku tak tahu apa-apa tentang hal itu. Namun, karena tanganku ini gatal. Jadilah, mereka sudah memencet tombol-tombol huruf di laptopku. Aku mengetiknya tanpa ada kesadaran sedikit pun.
***
Bentar lagi diriku ini akan menghadapi beberapa kertas maut. Jadi kemungkinan aku akan meng-update cerita pada hari Jumat-Sabtu-Minggu saja.
Maaf, ya!Eitss, tapi tunggu dulu! Aku biasanya akan membuat cerpen Random di sela pembelajaranku. Jadi, saat hari Sabtunya aku hanya akan mengetiknya lalu post, deh!
Tunggu diriku kembali! Jangan tinggalkan aku.
Aku takut akan kesendirian.
Hal itu sangat menakutkan.
~ Shatory
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Barista
FantasyAku melihatnya sepanjang hari disana. Bekerja bersama kopi hangat. Tiba-tiba saja dia sudah menjadi temanku seorang. Aku mulai mencari cerita mengesankanku dari pengalaman asliku. Tak lupa juga aku mencari penyemangat. Sepatah kalimat penyemangat ta...