8. Belum. Hanya belum.

30 5 0
                                    

Aidden Voldka's POV

Aku melangkah ke pegawai yang sepertinya sedang kedinginan di ruang staff. Aku mendapatinya sedang berdiri bersender, menggigil. Tanpa diduga-duga, ia mendaratkan sebuah tonjokan di pipi kananku.

Percaya atau tidak. Aku tak merasakan apapun. Di mata kalangan ku, semua benda yang berhubungan dengan manusia tidak memiliki pengaruh kepada tubuhku. Jadi, normal-normal saja ketika dia menganggap dia telah menonjok kulit seorang manusia matahari, sedangkan di mataku tangannya hanya menembus wajahku. Dulu saat pertama kali hal ini terjadi dan aku belum mengetahuinya, aku tertawa bagaikan orang sarap yang tinggal sebagai manusia belantara. Tetapi, karena ini menjadi rutinitas, aku sudah terbiasa.

Intinya, semua barang manusia tak akan pernah berpengaruh terhadapku. Kecuali kalau ada campur tangan manusia matahari.

"Ada apa dengan kau?"tanyaku, karena rasa penasaranku tak tertolong. "Huh? Ada apa? Bisa-bisanya kau meninggalkanku kedinginan disini. Dan. Apa kau tahu namaku siapa?"jawabnya. Mendengar ada getaran di sela perkataannya, kupikir lebih baik kupercepat saja situasi ini. "Aku tak tahu."

"Cih. Memang benar semua perkataannya. Dasar manusia dingin!"katanya. Dia memasukkan seluruh keperluannya ke dalam tas ranselnya. Lalu, menubruk pundak kananku. Dengan tak sengaja.

"Ada apa dengannya?"

Hosh! Haruskah aku mengerjakan semua pekerjaan ini sendirian? Oh ya, lebih baik kutelepon saja dia. Jun Hupa.

Drrrr... Drrrr... 'Nomor yang anda tujui tak menjawab. Silahkan dicoba beberapa saat lagi." Tittt!

Tak diangkat lagi. Sebaiknya, kutinggalkan sebuah pesan saja.

11:31 √
Ahjumma! Tolong aku disini! Aku sendirian. Pegawai g jelas tinggalin aku. 😢😢

Terkirim. Belum terbaca.

Klinining!

Bunyi bel kelontong kami berbunyi. Ada pelanggan. "Selamat siang! Selamat datang di Coffee Butera Café." Sapaku dari ruangan pegawai. Pelanggan datang. Tandanya aku harus siap-siap.

Seorang laki-laki yang mengenakan seragam sekolah disekitar sini terlihat jelas sedang melihat menu. "Mau pesan apa?"tanyaku, melayaninya.

"Choco Shake Cerres medium. Yang hangat, ya. Dan, saya pesan pancake mapple syrup. Jadi, berapa semuanya?"

"3 Won.* Silahkan tunggu pesanannya!"

Pertama ku buat dulu pancakenya. Lepas itu kusiapkan maple syrupnya. Baru ku siapkan bahan choco shakenya. Sambil menunggu pancakenya matang, ku intip smartphoneku.

11:31 ®
Ahjumma! Tolong aku disini! Aku sendirian. Pegawai g jelas tinggalin aku. 😢😢

Terbaca. Namun, tak berbalas. Ah, aku tahu.

12:56 √
Ahjumma~~ Oh ya, ahjumma! Sepertinya aku menemukan si gembok. Tadi pagi aku lihat arwah aneh di sekitarnya. Dan, tadi pagi apakah kau berpikir bahwa itu semua ulahnya Raythone? Aku berpikir seperti itu. Datang kesini. I need help 😇
- - - - - -
Terkirim sudah.
- - - - - -
12:56 ®
Ahjumma~~ Oh ya, ahjumma! Sepertinya aku menemukan si gembok. Tadi pagi aku lihat arwah aneh di sekitarnya. Dan, tadi pagi apakah kau berpikir bahwa itu semua ulahnya Raythone? Aku berpikir seperti itu. Datang kesini. I need help 😇

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 05, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sang BaristaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang