HSL Part 8

264 10 0
                                    

"Semangat belajarnya, bule gublug!"

Hanya itu kata yang masih terngiang di kepala Shannon. Ia tidak langsung pergi menuju kelasnya. Shannon perlu menuju toilet untuk memnuhi panggilan alam yang tak bisa ditunda saat itu juga.

"Leegaaaaaa..." Shannon menrentangkan kedua tangannya dan segera pergi keluar dari toilet.

"Kenapa lo gak mau berangkat lagi sama gue?" Vernon muncul dihadapan Shannon secara tiba-tiba. Ia mencoba menerobos Vernon yang sekarang sedang menghalangi jalannya. Shannon tidak ingin mengatakan apapun dengan orang yang ada dihadapannya saat ini.

"YA! Jawab! Kenapa?" kali ini Vernon sedikit memaksa dan tetap menghalangi jalan saudaranya. Vernon menatap Shannon tajam, begitupun dengan Shannon.

"Eh, kak Vernon! Kak Shannon!" teriak seorang gadis dari ujung lorong menuju toilet. Tak salah lagi, gadis itu adalah Audy. Audy berjalan menghampiri Shannon dan Vernon. Emosi Shannon semakin terguncang karena kehadiran gadis ini.

"Tuh, pacar lo manggil. Minggir!" tubuh Vernon mundur beberapa langkah setelah didorong oleh tangan adiknya sendiri. Vernon terdiam sesaat setelah perlakuan adiknya dan mengabaikan Audy yang ada disampingnya yang sekarang sedang sibuk mengkhawatirkan Vernon. Dengan tergesa-gesa Vernon pergi dengan berlari begitu saja.

"Jadi, karena si cewek telat?" batin Vernon berkata. Ia benar-benar sangat pusing dengan masalah apa yang sedang ia hadapi saat ini. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Mengejar adiknya untuk saat ini pun percuma. Vernon memutuskan untuk pergi ke kelasnya.

Vernon merogoh sakunya dan mengambil ponselnya. Ia mengetikkan sebuah pesan.

'Hari ini ajakin adek gue ke kantin bareng dong. Gue punya masalah sama dia. Lo semua tau kalo dia gak punya temen. Jadi, plis bantu gue. Hari ini ada ddeokbokki lagi, dia harus makan itu, okey?'

Vernon mengirim pesan itu kepada Nathan, Nathan adalah teman Shannon dan Vernon sejak ia berada di Indonesia. Keluarga mereka saling mengenal sangat dekat. Hanya ia yang bisa dijadikan malaikat penolongnya untuk saat ini. Vernon benar-benar tidak bisa mengabaikan adiknya begitu saja.

'Drrrrtttt'

Ponsel Vernon bergetar, tertera nama 'Audy' di layar ponselnya yang sedang memanggil. Dengan gerakan malas ia menerima telepon itu.

"Hallo"

"Hallo, kak. besok lusa bisa temenin ke toko buku lagi, gak? Soalnya ada buku yang lupa aku beli. Mau, kan, kak?"

'Pertanyaan macam apa ini? Pake aku-aku-an lagi' Batin Vernon berbicara. 'Harusnya dia nanya kejadian gue sama Shannon tadi pagi. Kenapa malah minta gue jadi tukang ojeg?'

"Aduh, gimana, ya?"

"Aduh, kak. Bisa dong, ya? Ya? Ya? Ya? Aku butuh banget soalnya. Disitu ada tugas dari si guru killer"

'Maksa banget lagi',

"Emang gak ada orang lain yang bisa nemenin lo?"

"Gak ada, kak! Ayolah.. Mau ya, kak?"

"Ya"

Vernon segera memutuskan sambungan teleponnya dengan Audy. Vernon benar-benar bodoh. Disaat seperti ini, ia malah mengiyakan permintaan rival adiknya. Ia benar-benar bodoh kali ini.

ooo

Siang ini cahaya matahari sedikit tertutup dengan awan-awan tipis di langit. Cuaca yang benar-benar bersahabat. Berbanding terbalik dengan suasana di kelas XI MIA 2, kali ini adalah pelajaran Kimia dengan guru yang benar-benar terkenal dengan ke-killer-annya. Walaupun semua terlihat fokus menatap bukunya, tapi hanya sedikit siswa yang mengerti apa yang telah dijelaskan oleh guru tersebut. Saat itu Juniel yang tepat berada di samping Shannon menguap dengan santainya.

HIGH SCHOOL LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang