HSL Part 20

101 10 0
                                    

"......................................"

"Saya sudah bilang, dua pengacara itu tidak berguna." Bisik Shannon kepada guru yang sangat dibencinya itu sebelum meninggalkan ruangan RKS. "Selamat bersenang-senang." Tambahnya.

Rapat pun tetap berjalan tanpa Shannon, ia telah melakukan banyak pembelaan untuk dirinya sendiri.

Mungkin ini terlihat jahat. Tapi, Shannon harus melakukan ini. Ia memiliki alasan sendiri yang telah ia pikir berulang kali. Apapun yang akan terjadi dimasa depan nanti, ia akan menghadapinya sendiri.

ooo  

"Apa ini?"

"Sejenis voting, siapa yang lebih berhak kita pertahankan di Williams. Shannon vs Guru killer!" jelas Juniel yang sedang menjaga meja dengan sebuah papan yang berdiri disebelahnya. Pada papan itu terdapat foto Shannon dan sang guru killer yang dipisahkan dalam suatu petak dengan judul "Siapa yang harus kita pertahankan?" Dan jelas sekali, pada papan itu petak Shannon telah hampir penuh.

"Hasilnya bisa kita tempel dimading nanti." Tambah Mika yang memang anggota jurnalistik Williams. "Lo gak ikut?" tanyanya lagi.

Shannon hanya tersenyum kecil dan mengambil satu kertas yang telah dipotong menjadi sebuah lingkaran kecil. "Jelas ikutlah!" Ia menempelkan kertas itu pada petak milik si guru killer dan segera pergi menuju kelasnya.

"Heh! Apa-apaan?" Juniel dan Mika membelalakkan matanya bersamaan. "Dia ngejek apa emang tulus?" tanya Nathan yang baru saja datang. "Gue gak tau.." Juniel masih menatap punggung Shannon yang berangsur-angsur menghilang dari hadapannya.

Sementara itu dilorong lantai satu, Shannon melihat guru killer sedang mengemas barang-barangnya kedalam sebuah kardus diruang guru. Shannon melihatnya dari balik pintu. Guru killer itu segera keluar dari ruang guru.

"Seluruh siswa telah melakukan voting siapa yang lebih berhak dipertahankan di Williams."

Guru itu menghentikan langkahnya tanpa melirik Shannon. "Maka dari itu, saya telah bersiap untuk segera pergi dari sekolah ini."

"Mencari pekerjaan sekarang itu tidak mudah." Tambah Shannon dengan melipat kedua lengannya dan sedikit memiringkan kepalanya. "Yakin masih ingin angkat kaki dari Williams?"

"Bukannya ini yang Anda inginkan?" tanya guru itu tetap tidak ingin menatap Shannon. "Saya bisa mengembalikan Anda ke dalam Williams lagi jika Anda masih ragu untuk pergi atau tidak."

'Apa anak ini nyoba ngejebak gurunya sendiri?'

"Jangan berfikir Saya akan menjebak Anda."

"Saya lebih suka dengan headphone, musik, dan buku kimia Saya daripada mengurus hal-hal tidak penting seperti itu."

Shannon menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan tenang. "Walaupun.. Mungkin, itu akan dipersulit karena voting yang telah dibuat oleh siswa Anda sendiri."

"Maaf."

"Maaf atas segalanya."

ooo

"Tapi tadi lo bilang gue berat."

"Gak usah diet, Shannon."

"Gue gak mau gendut."

"Gakpapa gendut, lo gak perlu capek-capek jalan kaki. Tinggal gelindingin diri aja"

"Wih, siapa tuh?" celetuk Danee, sepupu Sonny yang sedang ikut melihat video Shannon saat berada di rumah sakit.

Sonny memutar kepalanya menghadap Danee. "Cantikkan?" tanyanya. "Lumayan" Danee menganggukkan kepalanya dengan pelan beberapa kali. "Cantikan gue sih kayaknya."

HIGH SCHOOL LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang