HSL Part 12

191 13 0
                                    


Satu jam telah berlalu begitu saja. Shannon terlalu cepat untuk tiba di cafe yang tidak jauh dari rumahnya dan akan menjadi tempat belajar kelompok untuknya, Eddle, dan Adhe. Mereka berencana untuk membagi tugas untuk saling berbagi tentang apa yang telah dan akan dipelajari. Shannon telah memesan dua gelas Americano dingin. Dan sekarang, Americano keduanya telah mendekati garis limit.

"Lesta, gue pesen Coffee Latte, dingin jangan lupa."

Sang pemilik cafe hanya mengangguk dan membuat sebuah Coffee Latte pesanan teman kecilnya. Hubungan mereka terjalin sejak kecil. Saat itu, Shannon tidak bisa Bahasa Indonesia. Dan Lesta kecil juga tidak mengerti dengan bahasa yang digunakan Shannon. Mereka saling penasaran dan akhirnya berteman dengan baik. Walaupun Lesta terpaut lebih tua satu tahun dibanding Shannon.

Lesta membawa segelas Coffee Latte dingin dan meletakkannya di meja yang sedang dihuni oleh gadis yang sedari tadi membaca bukunya terus-terusan. Ia duduk dihadapan temannya itu.

"Lo itu udah dingin, masih aja suka yang dingin-dingin. Es balok lu!" Lesta menyenderkan badannya pada kursi. Shannon sedikit tersenyum dan meraih Coffe Latte dihadapannya.

"Apaan nih, cuman gambar hati doang? Gambar di Coffee Latte kaya gini aja lo gak bisa." Shannon mengangkat sedotan minuman itu dan menggerak-gerakkan tangannya diatas Coffee Latte-nya.

"Nih, bentuk daun." Shannon menyodorkan gelas minumannya kepada Lesta dengan wajah mengejek. Cukup bagus memang. Lesta hanya memandang Shannon dengan kesal.

"Elonya gak pesen gambar."

"Alasan...." jawab Shannon dengan panjang dan menarik minumannya kembali dan meneguknya. Ia kembali membaca bukunya tanpa ada rasa bosan sama sekali.

Lesta tetap duduk dengan setia sembari menemani teman kecilnya. Ia membuka recent updates akun sosial medianya.

"HAH?!?!?!"

Lesta bangkit dari duduknya dan berteriak dengan sangat keras dan sepertinya ia telah mendengar kabar bahagia. Tapi teman didepannya, terkejut karena perbuatannya yang secara tiba-tiba. "Apaan sih, Les! Ngagetin tau gak!"

"Ini anak sepakbola menang juara 1 bro! Liat deh." Lesta menyodorkan ponselnya pada Shannon. "Emang apa hubungannya sama gue?" Shannon tidak berminat sama sekali melihat apa yang ditunjukkan oleh Lesta. Padahal, didalam hati kecilnya, Shannon cukup bahagia dengan kabar baik itu. Ah, apa Sonny telah mencetak gol?

"Sialan lo, mereka kan ada di sekolah lo juga."

Shannon mengangkat kepalanya dan menatap temannya. "Terus gue harus gimana? Nari-nari kayak gini?" Shannon sedikit menggerakkan bahunya dengan sedikit tersenyum.

Lesta yang melihat kelakuan Shannon hanya dapat terbengong dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Lesta kembali pada ponselnya dan Shannon tetap pada kegiatannya yang tertunda.

"Gue dateng!!" teriak Adhe dari pintu cafe, diikuti Eddle dibelakangnya. Mereka berdua menghampiri Shannon dan duduk di kursi kosong yang ada disekitarnya.

"Lama banget, ya?" tanya Adhe, seorang pribadi yang terlalu banyak bicara, dan bersifat sok kenal pada siapapun. "Sejak kapan lo disini?" Eddle mengeluarkan buku-bukunya dari tas punggung yang dikenakannya.

Belum sempat Shannon menjawab, Lesta telah mengeluarkan celetukannya. "Dari sejam yang lalu temen lo udah disini." "Serius? Perjanjiannya kan jam setengah delapan malam." Tanya Adhe lagi mencoba berbasa-basi dengan suasana yang cukup canggung. Karena, ia tidak pernah berteman dengan Eddle, maupun Shannon, apalagi Lesta.

HIGH SCHOOL LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang