Semua adalah orang baik, saat kamu memperlakukan mereka dengan baik juga.
-
KETIKA orang tua nggak menyetujuiku membeli sesuatu, saat itu juga, rasanya aku hanya ingin menjadi dewasa secepatnya.
Jiwa penakutku sangat besar.
Sekarang rasanya aku cuma pingin jadi bayi yang bisa merengek kapanpun tanpa batasan dan balasan. Menyebalkan sekali.
Aku sadar, hidup adalah proses.
Proses adalah perubahan.Sialnya, semesta selalu mengejekku karena ia tahu bagaimana prosesku di masa yang akan datang, sedangkan aku, hanya bisa menunggu dan berharap yang terbaik untukku.
Seperti saat ini, kelulusan serta nem sudah ku genggam rapat di tangan.
Saat ada terbaik, pasti akan ada yang terburuk juga.
Berita baiknya, aku lega karena aku lulus. Berita buruknya, nem-ku tidak sesuai dengan prediksi.
Jauh sekali dibawah prediksiku. Aku menyesalkan hal ini karena aku tahu bahwa ayah hanya menaruh harapan terhadapku. Ia ingin anaknya bersekolah di Liberty School.
Setelah dua hari pengumuman, pola makanku tidak teratur, tentu saja aku masih makan, karena jika tidak mama akan memarahiku habis-habisan karena riwayat typhus ku.
"Dek, sini." Mama tiba-tiba memanggilku.
"Ada apa Ma?"
"Ayah mau bicara sebentar sebelum jadwal penerbangan."
"Emangnya jadwalnya nggak bisa ditunda dulu ya ? Adek butuh ayah buat nemenin adek daftar, kayak temen-temen."
"Kan ada Abang?"
Aku memberenggut. Nyaliku menciut ketika harus dihadapkan dengan ayahku, apalagi, ia akan meninggalkanku, aku yakin beliau akan mengeluarkan semprotan ajaib untukku.
Kayu berbentuk persegi panjang itu kututup dengan keras. Gantungan bertulis "Vio Cantik" sudah kupastikan bergerak atau bahkan lepas di depan sana.
Nggak peduli mau gimana nanti, aku sekarang cuma pingin sendiri untuk sekedar menenangkan diri.
Hubunganku dengan Alvaro merenggang. Nggak tau apa penyebabnya, yang pasti, ia menghindar dari aku semenjak hari terakhir ku mengunjungi sekolahnya. Padahal, aku saat ini membutuhkan pertolongan atau mungkin sedikit semangat agar tidak merasa down.
Semalam suntuk rasanya mataku nggak bisa ditutup!
Semua media sosial ku jelajahi sampai bosan.
"Dek kok belum tidur?"
"Mama ngapain?" Aku terkejut lagi, melupakan fakta jika setiap ruangan di rumah pasti punya kunci cadangan!
"Mama habis lihat terakhir dilihat di whatsapp kamu, ternyata belum tidur juga." Lagi-lagi kepikunanku merajalela. Aku lupa untuk me-non aktif kan last seen-ku.
"Kok mama belum tidur?" Tanyaku saat beliau memasuki kamar dan ikut tidur di sampingku.
"Kepikiran kamu."
"Kenapa ma?"
"Mau rencana sekolah dimana?"
"SMA Bumi Pertiwi."
-
"Woi anjing lo! Buruan kek jalannya!"
Selembaran alat-alat untuk Masa Orientasi Siswa yang kugenggam terbang ke arah salah satu siswa berseragam almamater sama seperti yang ku pakai. Jelas sekali aku kaget saat orang itu mengataiku dengan nama hewan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
W(A)ITING [ON EDITING]
Teen FictionHanya segelintir kisah penantian selama ini. Sedikit demi sedikit, hari demi hari, dirangkai menjadi satu. Rindu membelenggu, akan hadirmu. Empat tahun berpisah, dan kini kamu kembali, merubah status kita. Menjadi lebih jelas. Lalu kemudian, kau leb...