"Kenalan sama orang baru perlu banget buat kemajuan diri kita sendiri."
"Kenapa gitu?"
"Nggak selamanya orang yang lama akan tetap berada sama kamu, kan?"-
TIDUR di pinggiran lapangan dengan ditemani terik matahari sepertinya salah satu hal terkonyol yang pernah manusia lakukan.
Aku paham, SMA Bumi Pertiwi nggak punya banyak tempat buat berteduh, tapi seenggaknya perempuan di sana nggak usah tiduran di kursi sebelah lapangan juga, kan?
"Hei?" Tanganku bergerak menyentuh bahu yang masih terbalut seragam putih dan dasi biru miliknya. Sedikit menggoyang-goyangkan agar sang empunya merasa.
Mukanya menatapku agak garang, mungkin aku sangat mengganggunya.
"Ada apa?" tanyanya dengan alis yang tertaut maju dan mata menyipit.
"Lo bisa tidur di kelas kalau lo mau, disini bisa bahaya buat kulit. Banyak debu." ucapku tampak khawatir.
"Apa urusannya sama lo?"
Benar juga! Ditanya seperti itu, rasanya aku kalah telak.
"Gue cuma ngingetin, siapa tau lo punya riwayat asma, sesak nafas, atau apapun, banyak debu."
"Oke, makasih ya." Ia tersenyum. Akhirnya, aku juga tersenyum lega.
"Nama gue Vio, nama lo?"
"Wah serius? Nama gue Via. Viadianti Harys." Ia menjulurkan tangannya untukku.
"Eh? Mirip dong, haha. Seneng bisa kenalan sama lo." Kami saling berjabat tangan. Lama rasanya nggak memulai obrolan baru bersama orang baru.
"Gue seneng kalo ada orang yang namanya mirip sama gue, haha."
"Kenapa gitu?" tanyaku.
"Nggak tau seneng aja kayak exited banget gituloooo!"
Obrolanku dengannya menjadi ngalor ngidul. Ternyata Via adalah orang yang asik menurutku. Rumahnya juga tidak jauh dari rumahku. Banyak persamaan antara aku sama dia.
"Mi ayam atau bakso?"
"Bakso dong jelas!"
"Sama!""Hahahahaha." Akhirnya kita tertawa bersama.
Kami berjalan kembali ke arah kantin setelah mendapat jatah istirahat tiga puluh menit. Kondisi kantin SMA Bumi Pertiwi sangat nyaman untuk ditempati.
Banyak pepohonan, dan ada satu pohon beringin besar yang membuat suasana enak banget. Anginnya itu loh, bikin betah di kantin! Sepertinya mulai saat ini Vio harus menguatkan tameng di hatinya untuk tidak membolos di kantin seperti SMP dulu.
Mengingat SMP,aku jadi merindukan sahabatku yang super duper pintar dan tidak pernah mau diajak ke kantik untuk bolos. Apalagi jika pelajaran matematika! Uh, aku sangat merindukannya.
Sedang apa ya Qila di Liberty? Pasti sangat menyenangkan Masa Orientasi di sana sampai-sampai Qila nggak bisa menghubungiku lebih dulu.
-
"Terima kasih, adik-adik, hari ini Masa Orientasi Siswa tahun ajaran 2017-2018, resmi, ditutup."
Setelah ketua osis menyebalkan mengucapkan kata-kata ajaib itu, perasaanku seperti disiram air es. Adem banget! Huh, akhirnya, aku nggak perlu bawa-bawa name tag kemana-mana.
Jalan untuk menuju gerbang sekolah sedang dipadati oleh para murid yang sudah sangat ingin merasakan empuknya kasur di rumah masing-masing.
Sebal sekali rasanya jika aku harus menorobos lautan manusia di sana. Akhirnya aku memutuskan untuk menunggu sedikit lenggang sembari duduk di pinggiran lapangan basket. Mumpung ada kakak-kakak ganteng lagi latihan juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
W(A)ITING [ON EDITING]
Teen FictionHanya segelintir kisah penantian selama ini. Sedikit demi sedikit, hari demi hari, dirangkai menjadi satu. Rindu membelenggu, akan hadirmu. Empat tahun berpisah, dan kini kamu kembali, merubah status kita. Menjadi lebih jelas. Lalu kemudian, kau leb...