#Tujuh tahun yang lalu #6

843 33 1
                                    

Sudah bulan ketiga semenjak kejadian itu terjadi. Tidak ada lagi sapaan, senyuman, atau bahkan sekedar lirikan dari sang empunya mata elang itu.

Padahal barusan aku merasa kalau Alvaro adalah satu satunya lelaki bakal selamanya bareng sama aku. Tapi semua selalu kembali lagi.

Takdir.

"Yo. Minjem tugas geografi dong Yoooo." Teriakan Bakti dari arah pintu kelas sudah terdengar dari bangkuku. Bisa enggak sih, satuuuu hari saja seorang Bakti enggak ganggu? Pasalnya semenjak aku dan Alvaro menyudahi hubungan kita, setiap hari Bakti makin gencar seperti mendekatiku?

Entahlah, sekarang aku hanya menjalani apa saja yang diberikan.

"Ada di tas Bak. Cari aja."
"Bukunya yang mana? Gue gak tau Yo." Bakti berterikan sembari mengobrak abrik tasku dengan satu tangan, karena tangannya yang lain sedang memegang seperti kopi panas? Aku yakin beribu persen Bakti baru membelinya di kantin.

Aku cuma bisa sebel. Sudah tau orang lagi galau, bisa-bisanya nggak tau diri?! Bisa apa aku, akhirnya tanganku yang harus mengambil buku geografi itu. Sial sekali karena setelah pembagian kelas ini, aku harus satu kelas bersama penghuni neraka papan atas!

Bakti, Ridho, dan Roma.

Ah... iya, Via.

Dia juga satu kelas sama aku. Tapi sudah jarang banget buat sekedar ngobrol. Kayaknya dia juga enggak ada effort buat ngobrol sama aku . Jadi, yaudah begitu saja saling tidak bertegur sapa.

Aku masih sibuk dengan beberapa hal di ponselku. Postingan akun lelucon sedang menarik perhatianku belakangan ini. Mereka sangat pandai menggaet penonton dengan postingan yang mengguncang perut.

'Byur'

Mataku tertutup sementara selama lima detik. Panas, bau harum susu, dan basah yang kurasakan!

Apa ini?

Mataku kemudian terbuka. Dengan penuh sadar diriku menatap ke arah Bakti. Aku masih belum tahu apa yang menyebabkan susu Milo yang ada di tangannya sudah berpindah ke seragam, rambut dan mukaku?!

"Bakti???!!!!!"

Bakti di depanku cuma bisa melongo, seperti tidak sadar juga apa yang sedang terjadi.

"Panas banget Bak!"

"Yo, sorry-sorry. Gue nggak tau. Tali sepatu gue ternyata copot sebelah, pas mau balik habis ambil buku malah gue kesandung tali sepatu. Ya Allah Ya Rabbi Ya Gusti!" Bakti sedang mengumpat dengan islami sembari kesana kemari mencari tisu ke anak-anak yang ada di kelas.

Ridho dan Roma yang menyaksikan kejadian ini hanya kaget tidak percaya dan seperti ingin tertawa?

Bagaimana tidak, Bakti kelimpungan seperti anak kecil yang habis menumpahkan minuman ibunya dan mencari kain pel.

Mukanya itu lho, pantas untuk ditertawakan.

"Demi Allah demi Rasulullah, ini apa nggak ada yang bawa tisu apa bagaimana?" Kulihat dirinya mulai jengkel.

Sebenarnya yang dibuat jengkel adalah diriku, kan?

Yang kurasa hanyalah panas dan lengket. Jika saja yang dibawa Bakti tadi adalah Es Degan Segar yang dibeli di kantin atau Pop Ice Vanila Blue, maka aku akan senang karena terasa segar.

Ini adalah susu Milo panas.

Boleh kuulang sekali lagi?

Panas.

"Ke UKS dulu ya Yo? Gue takut kulit lo melepuh."
"Ya gara-gara elo juga kali!" Aku berjalan menjauhi bakti menuju UKS.

Suara langkah kaki terdengar, mungkin dirinya mengikutiku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

W(A)ITING [ON EDITING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang