Sepuluh

1.2K 60 0
                                    

Kayaknya chapter ini bakalan bikin albert sama nesya pisah deh. Yuk simak ceritanya.

Mereka pergi ke suatu kedai es krim. Mereka berdua terlihat bahagia.

"Nes, kayaknya aku bakalan takut banget kalau sampe kehilangan kamu"

"Iya al, aku juga , aku takut banget, entah harus gimana nanti aku hidup sama kamu"

Saat mereka sedang berbincang bincang, terlihat sebuah mobil yang tak asing lagi bagi albert. Tapi albert menghiraukannya. Ternyata itu mobil papanya. Papanya keluar dan melihat albert bersama nesya. Papah albert sangat marah dan tak suka jika nesya mendekati anaknya lagi.

"Masih berani kamu deket deket sama anak saya?"

"Apa sih pah, kenapa papah gk pernah ngertiin aku?"

"Udah albert, ini juga salah aku kan"

"Ayo pulang albert" papahnya menarik tangan albert

"Apaan sih pah, nesya gimana? Aku harus anter dia dulu "

"Dia punya kaki sendiri dia bisa jalan sendiri, ayo gk pake tapi tapian"

" iya al, aku bisa pulang sendiri kok tenang aja , kamu harus nurut sama papah kamu "

"Tapi diluar mau hujan "

Papa albert menarik anaknya hingga masuk ke mobil. Nesya menanggis, menanggis dengan tersendu sendu meratapi nasibnya. Diluar hujan. Nesya lupa membawa payung. Dia membiarkan hujan membasahi seluruh tubuhnya.

"Aku ingin berjalan di bawah turunnya hujan, agar orang orang tidak tau bahwa aku sedang menanggis"

Dia menaiki sebuah taksi dan sampai dirumahnya dengan keadaan basah kuyup.

"Lho nesya kenapa?"

"Aku mau ganti baju dulu deh mah, baru cerita" sambil menahan tanggis

Setelah selesai ganti baju, mamah nesya membuka kamar nesya untuk melihat keadaan putrinya.

"Kamu kenapa?"

"Mah,habis ini aku gak akan pernah ketemu lagi kayaknya sama albert" sambil menaggis

"Lho kok?"

"Tapi aku kepergok jalan ama dia, dia di bawa pulang dan aku tidak diperbolehkan lagi bertemu dengan nya"

"Ya ampun,, sudah sudah nanti mama bicarakan ke mamah albert, sekarang kamu harus istirahat"

Love For My Best Friend (Editting) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang