Pulang

1K 48 2
                                    

Aku tidak henti-hentinya tersenyum sambil berkali-kali memandangi foto diriku dan kekasihku yang menjadi wallpaper hapeku. Kurang dari 24 jam. Ya, tepatnya 20 jam lagi aku akan bertemu kembali dengan kekasihku tersayang, Shania. Sudah dua tahun lamanya kami menjalin hubungan jarak jauh alias long distance relationship alias LDR.

Shania di Jepang, melanjutkan kuliah master bisnis administrasinya sedangkan aku bekerja di Jakarta. LDR tidak gampang. Butuh kepercayaan dan komitmen tinggi untuk menjalaninya. Meski ada yang bilang, 'sometimes distance makes heart grow fonder', ada banyak hal yang membuat pasangan LDR menyerah di tengah jalan.

Aku dan Shania pernah mengalami pasang surut hubungan itu. Tapi, akhirnya pengorbanan dan penderitaan selama 2 tahun itu akan lunas terbayar besok pagi, saat pesawat Shania mendarat jam 6 di bandara.

Lamunanku terhenti saat benda dalam genggamanku bergetar. Video call dari Shania kesayanganku. Segera aku bangkit dari tempat tidur, mematut diri di cermin-meski sudah ganteng-sebelum menjawab panggilan video itu.
"Hai, Nju...my only sunshine~you make me happy when the skies are grey~"Aku memonyongkan bibirku, biar terkesan seksi tapi jatuhnya norak.
"Duh, apaan sih lo Beb, kaya ikan mas koki." suara tawa Shania terdengar merdu. Wajahnya tampak letih tapi dia tetap cantik. My sunshine gitu lho.
"Gimana persiapannya? Udah ga sabar nih ketemu kamu, mumumumu...", memandang wajah Shania bisa bikin gesrek bin alay.
"Ya gitu deh. Masih ada beberapa barang yang mesti dikirim lewat pos, karena pas nimbang sendiri, koperku keberatan, hampir 60 kg...trus ada beberapa barang juga yang akhirnya aku kasih ke adek kelas." Shania berbicara dengan semangat sambil sesekali memainkan rambutnya.
"Kesayanganku betul-betul senior yang baik, yaaa~ jadi tambah sayang."
"Hahaha, bisa aja kamu. Eh, ga kerja Beb? Kok masih pake piyama?" Shania menautkan alisnya keheranan. Bikin dia tambah lucuk.
"Hehehe, iya sengaja ambil cuti hari ini dan besok, sekalian nyiapin kejutan buat kamu." Aku tersenyum, senyum paling manis yang bisa kubuat.
Muka Shania jadi bersemu merah kaya tomat cherry. "Kejutan apa? Awas, jangan aneh-aneh Beb. Biar ga malu di bandara."
"Pokoknya ada deh, oh ya Nju..." belum sempat aku menyelesaikan kalimat, panggilan video mendadak terputus. "The call is ended due to network error, please try again later" begitu yang tertera di layar.

"Ah, sial!" Kulempar hapeku ke atas kasur. Selalu di saat-saat yang seru, koneksinya terputus. Kucoba menghubungi Shania lagi namun ada panggilan lain yang masuk, bukan Shania sayangnya.
"Ya, halo? Ah iya, gue ga lupa. Gue mandi bentar dan langsung ke sana. Oke. Sip!!"

Yang menelponku tadi adalah Kinal, teman karibku dari SMA yang sekaligus juga Ketua Panitia Pelaksana Melamar Shania. Hehe. Kejutan untuk Shania besok adalah aku akan melamarnya di bandara, pakai flashmob. Bahkan Mama dan Papa Shania tidak tahu tentang kejutanku itu.

Semua dikoordinir Kinal dengan bantuan teman-teman dance covernya jaman SMA dulu juga beberapa teman kuliah kami yang sekarang bekerja di Angkasa Pura. Pokoknya mantap djiwa raga lah kalau kata Kinal. Sebenarnya ide lamaran pakai flashmob juga dari dia. Katanya sih bisa bikin cewe klepek-klepek dan ga mungkin nolak. Udah ada yang jadi korbannya. Ve, mantan pacar alias istrinya sekarang. Tapi Shania kan bukan cewe biasa...jadi terngiang kata-kata Shania tadi, "Biar ga malu di bandara." Ah sebodo amatlah. Kalau ada apa-apa si Kinal aja suruh tanggung jawab.

'Gladi resik' untuk flashmob besok berjalan lancar. Thanks to Kinal dan komplotannya yang bersedia membantu. Gladinya bukan di bandara sih tapi di studio dance tempat dulu Kinal belajar dance. Gila aja kalau gladi di bandara mah. Untuk flashmob besok aja lumayan ribet ngurus ijinnya.

Dan untuk merayakan 'keberhasilan' gladi, Kinal mengajakku untuk makan-makan di restoran ikan bakar terkenal se-Jabodetabek. Ujung-ujungnya sih aku yang bayar. Tapi tak apalah nraktir mereka makan demi hidup yang lebih baik dengan Shania kelak.

Di sela-sela acara makan, aku menyempatkan diri berkabar ke Shania lewat voice note dan messenger. Bukan berarti aku harus laporan tiap saat lho. My Shania nggak seposesif itu. Selalu berkabar adalah salah satu cara agar hubungan LDR awet. Komunikasi adalah koentji, saudara-saudara. Shania membalas dengan pesan singkat dan selembar foto, dia sedang bersama para adik kelas sesama mahasiswa Indonesia yang mengadakan pesta perpisahan kejutan untuknya.

Jam 10 malam, acara makan-makan dengan Panitia Lamaran Shania pun bubar. Sebab besok kami harus bangun pagi-pagi menyiapkan semuanya di bandara. Sepanjang perjalanan menuju rumah aku tak henti-hentinya bersiul dan menyenandungkan lagu apapun yang dimainkan di radio. Jalanan juga tumben selancar ini. Hapeku yang ada di dashboard bergetar, aku mengambilnya sambil tetap mengemudi.

Sampai aku tak menyadari ada mobil yang melintas dari arah depanku. Aku membanting stir mencoba menghindar...

Ckittttttttt.
Brak!!!
Semua gelap.

SELESAI

H-1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang