"Ga kerasa udah 4 tahun, ya Beb." Shania memecah keheningan. Dia dan Beby ada di salah satu sudut teater JKT48, memandang lalu lalang kendaraan di bawah sana. Ah, Jakarta, kota yang nyaris tak pernah tidur. Beby menatap wajah samping Shania, mencoba menerka raut wajah si kapten sahabatnya. Besok adalah perayaan anniversary JKT48 yang ke-4. Dirayakan bertepatan dengan malam tahun baru. Hari ini mereka sibuk dengan rehearsal dan sebagainya.
"Dari gue lulus SMP ampe udah punya KTP dan kuliah. Dari yang MC kita masih bapuk, dance masih kurang sinkron, bahkan pernah ga ada encore pas teater, hahaha. Time flies ya Nju." Beby terkenang masa awal-awal di JKT48. Masa-masa penuh suka, duka, keringat dan cucuran air mata.
Kadang dia pernah berpikir, kalau tidak jadi member, mungkin dia hanya gadis biasa yang suka ngedance. Mungkin sekarang dia akan sibuk kuliah, ikut kegiatan kemahasiswaan, mengenal lawan jenis lalu...jatuh cinta. Tapi dia sama sekali tidak merasa kehilangan masa muda. Hei, bukankah dia memang masih muda? Baru 9 bulan yang lalu genap berusia 17 tahun. Terkadang ia lupa itu.
"Maaf ya Beb. Gue belum bisa jadi kapten yang baik. " Shania bersandar di bahu Beby.
"Lo ngomong apa sih Nju. Lo udah berusaha keras. Kita tidak bisa menyenangkan semua orang. Yang terpenting, gue dan anak-anak yang langsung ngerasain usaha elo. Jangan sampai karena ingin membahagiakan semua orang, lo sampai lupa kebahagiaan lo sendiri."
"Lo masih kesel karena ga masuk senbatsu Beginner?"
Beby tertawa, hambar. "Ah, elo Nju. Ngungkit-ngungkit lagi. Gue udah masuk dalam tahap acceptance, lah malah balik lagi ke fase denial. Hahaha."
"Dih, mentang-mentang anak psikologi, cara ngomongnya beda, ya." Shania ikut tertawa. Tadinya ia sedih Beby tidak terpilih jadi member senbatsu dalam single Beginner. Mengira Beby akan larut dalam kesedihan juga, tapi ternyata sahabatnya tetap tegar.
Hening sekali lagi. Shania kembali memandangi jalanan di bawah dan Beby memandangi wajah sahabatnya.
"Tahun depan gue mau lulus." satu kalimat yang terucap dari bibir Shania membuat Beby tercekat. Matanya mulai terasa hangat. Jantungnya mencelos.
"Nju...serius lo Nju?? Kok mendadak?? Kan ki...kita udah janji... "Beby tak sanggup menyelesaikan kalimatnya. Ia mengusap air mata yang mulai menggenang. Shania terkejut melihat Beby.
"Astaga! Lo nangis Beb?" Shania ikut mengusap air mata Beby.
"Abisnya...lo....tadi...bilang..." Beby terisak. Shania tak kuasa menahan tawa.
"Hahaha. Lo baperan amat, Beb. Gue kan emang lulus SMA tahun depan. Ya ampun, Beby!"
Beby memukul pundak Shania pelan, "Lo bikin gue jantungan, tahu!"
"Gue tahun depan lulus SMA. Gue ikut masuk psikologi aja kali ya?" Shania berujar lagi.
"Ngikut gue mulu, lo. Segitunya ya ama gue." Beby mendorong tubuh Shania pelan.
"Apaan, sih. Kan kalo ngikut elo gue bisa dapet bocoran tugas dan sebagainya."
"Nju....Ikuti aja apa yang jadi passion elo, bukan ikut-ikutan orang lain. If everyone is thinking alike, then no one is thinking. Lagian lo yakin banget bakal lulus UN."
"Wah, parah lo Beb. Tadinya gue mikir lo kesambet apaan, ternyata ujung-ujungnya lo ngeremehin gue. Amit-amit, Beb. Perkataan adalah doa!" Shania mulai sibuk mengetuk kursi yang didudukinya.
"Becanda kali, ah. Lo bikin aja kelompok belajar bareng Ayana ama Sonia, tar kalau ga ngerti gue yang ngajarin. Kalau perlu gue kasi buku kisi-kisi soal tahun kemarin."
"Boleh juga ide lo" Shania menepuk bahu Beby keras hingga Beby mengaduh.
"Aduh, sakit! Hei, Shan...sekali-kali kasi fans service kek. Sering-sering kita mention-an, share two shoot. Lo kaya ga tahu aja fans banyak yang nyomblangin kita. Jadiin kita sumber inspirasi fan fiction." Beby berujar sambil mengeluarkan hape dari sakunya.
"Dasar combs lo! Mancing mulu" Shania merenggut tapi tetap tersenyum saat menghadap kamera.
Selesai selfie, Beby merasa ada yang janggal, "Eh, tumben lo kaga bawa hape. Biasanya kaga pernah pisah sama hape lo, nempel mulu."
"Kuota gue abis, Beb. Mana sinyal wi-fi di sini jelek." Shania menjawab enteng.
"Ya udah, gue kirimin pulsa 20 ribu ya."
Mata Shania berbinar dan bibirnya menyunggingkan senyuman, "Yang bener, Beb? Tumben lo baik. Makasi yaaa"
"Eh, tapi kalo pulsanya udah nyampe, bayar ya. Pulsa 20 ribu itu 22 ribu."
"Dih, kirain dikasi gratis." Shania menggumam kesal, Beby menahan tawa.
"Gue kan jualan pulsa elektrik sekarang. Lumayan buat tambahan uang jajan."
Shania membelalakan matanya, "Lo kuliah psikolog apa bisnis sih?"
Beby hanya tertawa, "Dua-duanya, hahaha."
Saat tawanya berhenti, dirangkulnya bahu Shania dan berujar, "Tahun depan, mungkin bakal ada adik-adik baru lagi. Mungkin akan ada shuffle lagi. Mungkin akan ada yang datang dan ada yang pergi. Dan persaingan senbatsu akan tambah ketat. Tapi yang jelas, tahun depan pun...kita rayakan anniversary JKT48 bareng ya."
"Amin. Bantu gue ya." Shania balas merangkul Beby.
Sambil tersenyum Beby menjawab mantap, "Pasti gue bantu sebisanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
H-1
RandomKumpulan one shot (baca: cerita pendek-kadang sangat pendek) tentang segala hal yang terjadi sebelum hari H Tokoh utamanya kebanyakan BebNju