Sinar mentari sore yang lembut menyusup masuk melalui jendela kamar. Rupanya sudah sesore ini, batin Shania. Biasanya dia akan bangkit dan menutup tirai. Tapi kali ini, ada hal lain yang menarik perhatiannya. Memandangi sahabatnya yang sedang tertidur pulas di antara selang-selang infus yang membebat tubuh kurus itu. Entah sudah berapa lama mata itu terpejam. Dan ini bukan kali pertama bagi Shania melihat Beby tertidur. Namun untuk pertama kalinya ia merasa terhipnotis, enggan beranjak dari tempat duduknya.
Tubuh Beby naik turun, seiring irama nafasnya yang lamat-lamat. Shania tercekat, kala tubuh itu bergeming beberapa detik, tanpa dengkuran halus yang terdengar atau irama naik-turun. Tidak pernah ia setakut ini sebelumnya. Bagaimana kalau jantung sahabatnya berhenti berdetak saat itu juga? Ia merasakan kelegaan luar biasa saat dilihatnya satu tarikan nafas lemah dan dengkuran halus yang kembali terdengar. Dengkuran halus Beby bagaikan alunan musik terindah yang pernah didengarnya. Kebahagiaannya bertambah saat dilihatnya Beby membuka mata dan menguap.
"Lho, ada elu Nju. Mamah mana? Udah lama ya gue tidur?"
"Mamah udah gue suruh pulang dan istirahat, tar balik lagi kok." sahut Shania sambil membenarkan selimut Beby.
"Oh...", ujar Beby singkat sambil memencet remote, menyalakan televisi.
"Besok 29 Februari, lho...leap day kalau orang-orang bilang." Shania berujar di antara suara siaran TV sambil sibuk memencet hapenya tanpa memandang pada sahabatnya yang terbaring di tempat tidur. Berusaha menyembunyikan kegelisahannya.
Beby mencibir, "Hmm...terus kenapa?"
"Cuman ngasi tau aja, kali lu ga tau. Katanya di Irlandia atau di Eropa sana, wanita bisa ngelamar orang yang disukainya dan yang dilamar ga boleh nolak."
"Apa ini kode kalau besok lu mau ngelamar gue?" Beby tidak kuasa menahan tawa. Ia terbatuk. Melihat itu Shania meletakkan hapenya di saku dan bergegas menepuk punggung Beby.
"Tuh kan. Masih sakit juga, jangan ngomong macem-macem deh. Mau gue ambilin minum?" Shania bangkit dari duduknya, Beby segera mencengkram tangan Shania. "Gak usah, gue ga apa-apa. Tapi, lu nonton juga itu filmnya Amy Adams, kan kata lu bikin ngantuk."
"Filmnya sih bikin ngantuk, tapi Matthew Goode bikin betah melek. Hehe."
Beby kembali mencibir, "Sejak kapan lu ganti selera jadi suka om-om bule?"
"Sejak negara api menyerang! Bodo, ih. Lama-lama lu ngeselin!", Shania mendengus kesal.
"Biar ngeselin tapi ngangenin kan?" Beby kembali menggoda Shania. "Eh, lu bilang besok tanggal 29 Februari? "
Shania mengangguk sambil keheranan, "Emang kenapa? Lu mau ngelamar cowok?"
Beby tertawa, "Bukanlah. H-18 Ultah gue tuh berarti."
Shania berdecak, "Ck, ah...tambah tua lu ye, 18 taun."
"Yang penting muka gue masih imut menggemaskan baby face." Beby nyengir melihat Shania mencibir.
"Oh ya, lu liat hape gue gak? Gue mau ganti wallpaper hape pake foto kalender JKT48 edisi hari kabisat."
Shania menepuk jenong Beby pelan, "Wooo, sakit-sakit masih ngidol juga lu. Eh itu member favorit elu ya? Jangan-jangan elu favoritin karena namanya sama ama gue."
Beby mengangguk, "Iya, selain namanya sama, elu sama dia punya satu kesamaan lagi..."
"Apa? Sama-sama cantik? Sama-sama tinggi langsing?" Shania tidak sabar menanti kelanjutan kalimat Beby yang menggantung.
"Sama-sama bermutu alias bermuka tua kaya tante-tante! Hahahahaha." gelak tawa Beby membahana di penjuru kamar. Shania memasang wajah cemberut. Tapi di dalam hati ia senang, karena Beby bisa sedikit melupakan rasa sakitnya.
"Terserah elu deh, Beb. Terserah! Puas-puasin deh bully gue!" Shania berlagak marah, pura-pura tentu saja. Sebab tak mungkin ia bisa marah dengan Beby.
"Cieee, marah ya...maaf deh, Caniyaaa~~", Beby merajuk lalu melanjutkan, "Anyway, Makasih udah ngibur gue dengan datang ke sini. It means a lot to me."
Shania hanya bisa tersenyum sambil meraih tangan Beby, "Sama-sama, Beb. Lain kali kalau sakit, kasih tahu gue dan anak-anak yang lain. Kalau bukan om gue yang kerja di rumah sakit ini yang ngabarin, gue gak bakalan tahu kalau lu masuk rumah sakit."
"Gue cuman gak mau ngerepotin lu dan yang lain... Kalian kan sibuk persiapan UN"
"Kita udah temenan berapa lama sih, Beb? Masih aja ngerasa ga enak...Makanya dikasi garem biar enak." Shania mencoba menjawab sambil bercanda.
"Kriuk banget lawakan elu. Eh, tadi gue mimpi ketemu Papa... Papa gak banyak berubah dan cuma tersenyum tanpa banyak berkata-kata... Ah, jadi kangen Papa..." Beby tidak sanggup melanjutkan kalimatnya. Shania terdiam, hanya bisa mengelus punggung sahabatnya.
"Beb, lu lupa ya, elu masih punya satu Papa lagi, Papa gue. Papa dan Mama tar malem bilang ke sini jenguk elu sepulang kegiatan di gereja. Kalau gue sih ntar malem ke gerejanya."
"Doain gue, ya Shan."
"Pasti dong. Kalau besok gak hari Senin, mungkin gue bakal nemenin operasi elu, Beb. Tapi percayalah, semua akan baik-baik saja...Lu akan sembuh seperti sedia kala." Shania menatap Beby dengan sorot mata penuh kesedihan. Beby menautkan alisnya.
"Shan...jangan mandang gue gitu dong. Gue besok kan cuma operasi usus buntu, ya elah. Kaya udah kena penyakit kronis aja. Naudzubillah min dzalik!! Lagian siapa sih yang sering ngajakin gue jajan bakso pake sambel dan cabe 10 biji?"
"Ih, Beby! Lu ngerusak suasana dramatis aja! Udah gue tinggal aja deh, BHAY!" Shania bangkit lalu berjalan menuju pintu. Beby keheranan, "Lah, Shan..."
"Oh ya, hape lu gue sita dulu. Sebodo amat lu mau ganti wallpaper pake muka member jeketi! Abis operasi baru gue balikin. Istirahat ya. Inget, lu mesti puasa!" Shania tersenyum puas melihat wajah bingung campur heran Beby. Mungkin gue agak lebay tapi gue benar-benar ga mau kehilangan elu, batinnya. I hope all is well, Beb.
*Sumber gambar: http://cdn.jkt48.com/images/kalender2016/mobile/13.jpg
KAMU SEDANG MEMBACA
H-1
RandomKumpulan one shot (baca: cerita pendek-kadang sangat pendek) tentang segala hal yang terjadi sebelum hari H Tokoh utamanya kebanyakan BebNju