Aku mematut diriku di depan cermin di toilet pria. Baru saja aku mengosongkan isi perutku. Ini sudah kedua kalinya. Syukurlah saat ini sedang istirahat makan siang, jam kerjaku jadi tak terganggu sama sekali. Tiba-tiba saja wajah tampan Bruce muncul di benakku. Sedang apa dia sekarang? Apa dia sudah makan siang? Aaaaah! Susah sekali mengenyahkan wajahnya!
Air keran jatuh membasahi tanganku. Dan entah bagaimana, seberkas perasaan tak enak merasuk kalbuku. Perasaanku mengatakan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi dan ini pasti berkaitan dengan Bruce. Ah! Aku menyesal tak memiliki satu pun kontaknya yang bisa kuhubungi. Apa sebenarnya yang akan terjadi? Haruskah aku menyusulnya?
Aku pulang ke apartemen dengan berjalan kaki. Aku ingin sedikit meringankan beban pikiranku. Sial! Aku mual lagi! Huek! Aku menepi dan mengeluarkan lagi roti isi pemberian Olsen siang tadi. Dia terlihat sangat cemas saat menemukanku muntah-muntah di toilet. Syukurlah dia percaya saat ku katakan bahwa aku hanya masuk angin.
Sepertinya perutku benar-benar kosong saat ini. Ah! Andai Bruce ada di sini saat ini, aku pasti bisa bermanja-manja dengannya. Bruce, cepatlah pulang. Aku merindukanmu.
*****
Jam di dinding masih menunjukkan pukul tujuh malam, tapi mataku sudah sangat mengantuk. Di saat yang sama aku juga merasa lapar. Sepertinya hamil ini menjengkelkan sekali. Ditambah lagi *uhuk* suami *uhuk* yang menghamilimu tak ada di sampingmu. Bruuuuuuuce! Cepatlah pulang!
*****
Aku terbangun tiba-tiba. Jantungku berdegup sangat cepat. Keringatku mengucur deras membasahi tubuh telanjangku. Sesuatu yang tidak beres sedang terjadi. Ku lirik jam di nakas. Masih jam sembilan malam. Aku sudah tak tahan lagi, sepertinya aku harus menyusul Bruce ke Miami.
*****
Udara di Miami cukup hangat malam ini. Aku baru tiba di sini beberapa menit yang lalu. Sekarang aku sedang mendeteksi keberadaan Bruce dengan kekuatan mataku. Sebentar saja, aku bisa menemukannya di sebuah bangunan kosong. Ini aneh. Sedang apa Bruce di bangunan kosong? Bukankah seharusnya sekarang dia sedang bersama Perry?
Kudekati bangunan di mana Bruce berada. Jantungku berdegup kencang. Apa yang aku lihat tidak bisa kupercaya. Aku mencoba meyakinkan diriku bahwa itu bukan Bruce. Tapi mataku tak bisa berbohong. Itu Bruce. Dia sedang berbaring telentang di atas kasur dengan tubuh telanjang. Peluhnya melapisi kulitnya yang mulus, membuatnya berkilau diterpa cahaya dari lampu gantung yang ada di ruang itu. Dan yang membuat jantungku hampir mencelos adalah ada seseorang yang tak ku kenal, laki-laki, sedang menaik-turunkan tubuhnya di atas kejantanan Bruce.
Lelaki itu mendesah hebat sambil menyebut nama Bruce berulang-ulang. Dan yang membuatku makin tak percaya adalah Bruce juga mendesah sambil menyebut-nyebut nama lelaki itu. Damian.
Aku masih mematung di tempatku, tak percaya dengan apa yang ada di hadapanku saat ini. Mereka mendesah panjang. Sepertinya mereka telah klimaks. Seseorang yang bernama Damian itu bangkit dari duduknya. Kini dia melebarkan kedua tungkai Bruce. Oh tidak! Semoga ini tidak seperti yang aku pikirkan. Semoga ini tidak seperti yang aku pikirkan!
Dan yang aku pikirkan terjadi. Damian menghujamkan kejantanannya ke lubang Bruce, bahkan tanpa aba-aba. Bukannya kesakitan, Bruce malah meneriakkan kata-kata cinta kepada Damian. Dadaku terlalu sesak. Aku sudah tidak tahan lagi. Lebih baik aku pergi dari sini. Dan dengan perasaan hancur, aku terbang meninggalkan Bruce.
*****
Aku menatap kosong koper besar yang berdiri kokoh di depanku. Isinya beberapa barang di apartemenku yang kuanggap penting. Aku memutuskan untuk pergi jauh dari kota ini. Aku ingin menghabiskan waktuku di rumah ibuku. Aku tak ingin lagi bertemu Bruce. Dan anak ini, biarlah aku yang merawatnya sendiri di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Persimpangan -Superman-
FanfictionApa jadinya jika Clark Kent ketemu Bruce Wayne? Well, ini cerita pertamaku di Wattpad. Aku kasih warning di awal. Cerita ini isinya ttg bxb. Ada adegan dewasanya juga, jadi kalo ngerasa punya iman tebel ato masih di bawah umur, langsung close aja. A...