Sampai di rumah, tidak ada siapa-siapa. Artinya, tidak akan ada yang kepo kenapa wajahku pucat seperti habis melihat hantu. Aku saja kaget saat bercermin by the way.
Ini semua karena Bima. Dia mengatakan hal yang membuat darahku turun ke kaki. Dia membuatku bungkam seribu bahasa, dan berderap sejauh mungkin dari jarak pandangnya. Aku malu, panik, dan takut juga.
Christmas Adam. Felix Tunggal Kristiawan. Dua nama, satu pemakai akun. Yaitu : aku.
Aku selama ini selalu memakai dua akun Facebook, dimana isi pertemanan berbeda. Akun asli kugunakan untuk menjalin silaturahmi dengan teman-teman seperti layaknya kalian-kalian ini. Isinya macam-macam juga.
Kemudian akun palsu. Aku memilih untuk membuat akun Christmas Adam karena aku ingin melakukan hal-hal yang tidak bisa aku lakukan di akun asli, dimana aku harus menjaga isi timeline dengan hal-hal yang tidak menjadi rahasia lagi. Di akun ini aku melakukan fanboy-ing.
Bukan fans biasa layaknya SONE, Wota atau bahkan smashblast dan twibiboy kebanyakan. Bukan hal seperti itu. Aku fanboy dari BnY, Baozi-Hana, dan juga anime Free! dengan deretan pasangan yaoi lainnya. Atau singkatnya, aku fudanshi.
Aku fudanshi yang gemar banget senyum-senyum, bahkan teriak gaje kalo melototin foto-foto yang bertebaran di beranda dengan tema yaoi. Aku bisa betah lama-lama di kamar buat baca manga, film yaoi dan beberapa film rating dewasa. OOPS!
Itulah, kenapa aku tidak bisa melakukan hal ini di akun asli. Bisa-bisa aku di-bully karena hobi rahasiaku ini.
Aku ingat celetukan teman-teman fujoshi di dunia maya jika, "fudan adalah mitos". Dan hal ini terjadi kepadaku saat mengenal Pandawa Dua.
Christmas Adam dan Pandawa Dua berteman karena memiki hobi yang sama : membaca cerita di sebuah fan page cerita yaoi. Tidak sengaja mempunyai pendapat yang berbeda sebuah cerita.
Pandawa Dua, dimana dia adalah Bima, mengatakan baik-baik saja dengan jalan ceritanya. Sedangkan aku bermasalah dengan tanda baca sang penulis yang super berantakan. Aku menilai jika tulisannya perlu perbaikan dalam teknik menulis agar tulisannya lebih enak dibaca.
Aku berdebat lumayan sengit dengan Pandawa Dua. Aku berkomentar panjang lebar di cerpen si penulis tentang perbaikan tanda baca yang lumayan pedas. Sedang dia membela si penulis untuk tidak mendengarkan, eum, mempedulikan komentarku yang menyakitkan.
Jelas aku tidak terima. Kritikanku baik dan membangun soalnya. Hal yang membuatku lebih marah lagi karena alasan Pandawa Dua membela sang penulis adalah karena persahabatan.
Kurang asem memang itu anak.
Tetapi aku sedikit reda amarah (dan pongah) karena sang penulis malah berterimakasih atas kritik yang sudah kuberikan. Bahkan menyuruh Pandawa Dua untuk meminta maaf. Rasanya puas, setelah berdebat panjang dan kita menang argumen.
Sejak itulah, aku sering berkomunikasi dengan Pandawa Dua.
"Kakak belum ganti seragam?"
"Ibu?!"
Aku segera menutup tampilan browser, menggantikan manga yaoi yang baru kubaca, menjadi Ms. Word.
Ibu duduk di ranjang, mengelus kepalaku. "Kakak demam? Dahinya panas. Wajahnya juga merah."
Aku hanya tersenyum. "Mungkin karena belum makan aja, Bu."
Alasan yang masuk akal, membuat Ibu mengelus kepala dan pergi dari kamarku. Hanya saja, Ibu menyuruhku untuk segera mandi, ganti baju dan makan.
Aku mendesah lega dan bisa mengunci kamarku segera.
Sebenarnya alasan kenapa wajahku merah adalah yang baru saja kulihat. Manga yaoi dengan konten dewasa membuat darahku mendidih karena malu, dan "panas". Dan aku sedari tadi, selama ada Ibu, mati-matian menyembunyikan "tenda" yang ada di celana dengan tidur tengkurap.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Pervert Boyfriend
Teen FictionFelix adalah fudanshi yang punya pacar cowok di dunia maya yang akhirnya bertemu di dunia nyata. Tipe denial yang selalu menyangkal karena ketakutan-ketakutannya terhadap hal-hal yang berbau mesum yang ditawarkan oleh Bima. ♥♥ "A...