AAA

10.4K 788 64
                                    

AAA

Warn! :: OOC. Bahasa baku.



Resiko punya pacar level AAA diam-diam adalah menjadi posesif; menahan segala kemungkinan terhadap pemangsa yang datang untuk mencari kesempatan menerkam hewan buruan.

"Berarti boleh, kan, kalau nggak ketahuan kamu?"

Masalahnya, yang diburu suka sekali memancing untuk dimangsa.

[**]

Mungkin sudah tidak asing lagi dengan pemandangan dimana ketua OSIS berjalan bak model papan atas di koridor kelas dengan antek-anteknya: sekertaris, bendahara dan wakil. Mereka sedang menuju ruang rapat anggota pengurus kelas untuk membicarakan sesuatu. Ini menjelang peringatan hari Olahraga Nasional, dan setiap kelas mengirimkan dua perwakilan siswa untuk mengikuti persiapan pelaksanaan beberapa lomba yang diadakan si sekolah tercinta. Singkatnya: menjadi panitia.

Bima yang menjadi sekertaris sudah siap dengan notulen rapat di meja. Ia bersikap tenang duduk di sebelah kanan ketua dewan siswa yang dipegang oleh Herman. Sementara Krisan memasang wajah malas di sebelah kiri sebagai posisi bendahara. Ia bahkan ogah-ogahan membalas guyonan sang Wakil—Alex, di sebelahnya.

"Ehem," si pemegang jabatan tertinggi berdehem, menetralisir keramaian dengan suara bass-nya yang seksi. "Terimakasih karena sudah datang pada rapat kali ini...."

Sedikit panjang pidato untuk mengawali rapat ini. Andai saja kalau Bima yang memegang, pidatonya akan singkat. Sesingkat suara siraman di WC siswa laki-laki di lantai dua. Byur dan hilang. Hanya meninggalkan bau urin yang menyengat ketika menguap.

Sayang, Bima kalah suara saat pemilihan saat pencalonan. Bisa dipastikan jika sekarang yang dulunya adalah pendukung Herman menyesal memilih dia untuk menduduki jabatan ketua karena mendengar pidatonya yang bertele-tele. Andai saja waktu bisa diputar dan Bima punya karisma semacam Herman.

"Jadi, ada usulan?" pungkas Herman. Ada beberapa suara koor helaan napas.

Beberapa siswa mengangkat tangan dan Herman dengan bijak menunjuk satu per satu. Sementara itu, Bima mendengar dengan seksama semua usulan dan mencatat di dalam buku draft notulen rapat. Dia bahkan menyiapkan alat perekam sebagai sarana untuk menyempurnakan laporan yang akan dia serahkan kepada guru pembina kesiswaan nantinya.

"Bagaimana dengan balon pasangan?" usul Alex. "Jadi setiap kelas mengirim dua perwakilan dan kita bisa mengacak pasangan dari kelas satu sampai tiga. Tugasnya hanya menari dan berlari dengan balon di dahi mereka sampai garis finish. Dan siapa tahu nanti aku bisa dengan Krisan."

Herman langsung menolak mentah-mentah. "Poin kelas akan membingungkan nantinya. Bukan begitu, Bima?"

Krisan memberi jempol. Bukan untuk poin kelas, tetapi untuk alasan Alex yang menyangkut-pautkan dengan dirinya.

Sementara itu, semua mata tertuju pada Bima yang diam dengan pangan kabur.

"Bima?" ulang Herman.

Bima tersentak. Bahkan pulpennya jatuh. "Aku setuju-setuju saja sama Alex. Mungkin aku juga akan ikut lombanya. Siapa tahu seru. Bukan begitu?"

"Ah, kalau begitu... bagaimana dengan yang lain?" ujar Herman yang merubah keputusan. Dude, siapa sebenarnya ketua OSIS-nya?

Alex dengan cepat menyetujui (karena itu usulnya) dan beberapa perwakilan siswi ikut serta mengangkat tangan setuju dengan mata penuh binar.

Siapa, sih yang tidak tergiur jika mendapat pasangan cowok AAA macam Bima nanti. Berpegangan tangan erat, beradu pandang dengan dekat dan kalau beruntung adalah ketika balon pecah atau tergelincir, wajah mereka akan menjadi sangat dekat. Beberapa siswi sudah membayangkan yang tidak-tidak karena hal tersebut.

My Pervert BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang