12

10K 981 109
                                    

Ini mungkin hari terburuk yang aku lewati. Dari jam tiga pagi, aku sudah terjaga dari tidur dengan kondisi demam. Kepala berat dan badan panas. Heran, aku menggigil. Beberapa kali aku mengambil tisu untuk membersihkan hidung dari ingus. Kondisi ini semakin buruk, karena sampai pagi menjelang aku tidak dapat memejam mata.

"Beneran nggak apa-apa? Ibu sama Ayah pulang besok, lho?"

Ibu pagi-pagi sudah dandan cantik. Ayah juga sudah siap dengan setelan. Mereka bakal pergi ke luar kota buat acara resepsi anaknya Pakdhe dari pihak Ibu, ngomong-ngomong. Pergi naik kereta biar hemat, kata Ibu.

"Engga, kok. Besok juga paling udah sembuh. Yang penting uang saku dobel sama uang makan," kataku sok kuat.

Ibu mengalah, beliau memberikanku selembar uang merah. "Makan sama istirahat yang banyak. Minum obat biar cepet sembuh."

Aku memberikan Ibuku dua jempol.

"Ya, jujur, Ibu ngga percaya sama kamu bisa survive buat hari ini. Jadi, tadi Ibu udah nyuruh Bima nemenin kamu. Udah minta ijin sama Ibu dia, katanya boleh," terang Ibu. "Kamu anak manja, sih. Ngga mandiri. Takut kalau ada apa-apa. Apalagi kamu sakit."

Aku mengangguk. "Udah. Cepetan Ibu pergi. Nanti ketinggalan kereta, lho."

Dahiku disentil oleh Ibu. "Kok ngusir?"

Aku tidak menanggapi. Semakin aku banyak bicara, semakin berat kepalaku. Makin ngga enak juga tubuh buat diajak duduk. Pengen segera berbaring, terus nonton siaran televisi sampe siang.

Tidak ada percakapan penting lagi. Dahiku dikecup Ibu juga Ayah sebelum mereka pergi.

"Akhirnyaaa!" pekikku setelah aku mendengar suara gerbang dikunci.

.

.

.

Chapter ini bisa kalian temukan di

https://karyakarsa.com/smolfelixx/my-pervert-boyfriend-chapter-12

My Pervert BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang