Exarizha

4.4K 88 0
                                    

Orang-orang itu berjalan melewatiku dan ruangan ini dengan rasa takjub. Mereka tak menyadari apa yang akan terjadi dengan mereka setelah keluar dari sini. Ruangan yang menurutku seperti neraka telah menanti mereka.

"Woww ini bangunan bersejarah paling indah yang pernah kulihat. Sudah berapa lama bangunan ini berdiri?" tanya salah seorang dari rombongan wisata sejarah ini.

"Kurang lebih 30 abad yang lalu," jawab Marie sambil terus berjalan di depan membimbing mereka menuju ruangan 'neraka'.

Kulihat seorang gadis kecil di antara rombongan ini. Ia sangat ketakutan dan menggenggam salibnya erat-erat tepat di dadanya. Aku menyunggingkan senyum terpaksa pada gadis kecil itu, berharap dapat mengurangi rasa ketakutannya.

"AAAAAAAAAAAAAA..." Terdengar jeritan orang-orang tadi dari seberang ruangan. Aku tahu apa yang sedang terjadi, yang pasti itu sesuatu yang sangat mengerikan.

"Mengapa kau tetap berdiri di depan pintu? Cepat bergabung!"

"Baik Dad" Dengan malas aku mengikuti langkah Dadku.

Semua vampire menunduk hormat saat kami berjalan masuk ke ruangan itu. Kau tahu kenapa? Karena Dadku, Jeremy Jack Bieber adalah pemimpin dari Exarizha Empire ini, yang terletak jauh di dalam hutan Transylvania, Rumania.

"Malam ini Dad memberimu makanan istimewa. Kau lihat gadis kecil di pojok ruangan itu? Dad rasa darahnya paling segar di antara semua manusia di ruangan ini"

"Yeah. Terima kasih Dad"

Suasana kembali mencekam saat para vampire melanjutkan acara makan malam mereka. Jeritan dan pekikkan manusia-manusia itu sangat mengerikan. Sekarang sebagian manusia sudah mati kehabisan darah. Dari sekitar lima puluhanan orang yang masuk, hanya tersisa dua puluhan orang yang masih hidup dan tentunya sebentar lagi akan mati. Tragis memang.

Aku berjalan menghampiri gadis kecil itu. Mungkin usianya sekitar 8 tahun. Ia duduk di pojok ruangan dan memeluk lututnya sendiri. Tubuhnya semakin bergetar hebat saat aku semakin dekat dengannya. Aku memberinya senyuman untuk kedua kalinya. Gadis kecil itu hanya ketakutan dan semakin erat memeluk lututnya. Aku berjongkok di depannya, menatap mata birunya yang basah karena air mata. Ia terisak-isak dan membenamkan wajahnya di balik lututnya. Aku menyentuh tangan mungilnya yang hangat. 'Gleekk' aku menelan ludahku sendiri. Darahnya benar-benar sangat segar. Aku semakin haus. Tenggorokanku seperti terbakar. 'Ingat janjimu Justin. Bukankah kau berjanji tidak akan pernah membunuh manusia lagi?' pikiranku menyadarkanku. Segera aku menarik tangan gadis kecil ini. Memaksanya untuk berdiri dan mengikutiku. Ia memberontak tapi semua itu sia-sia karena kekuatanku jauh lebih besar darinya.

"Dad, bolehkah aku memakannya di luar saja?"

"Tentu. Nikmatilah darah segarnya"

Aku membawanya keluar dari Exariza Empire, di perbatasan wilayah.

"Jangan takut padaku" lirihku.

Dia hanya mengerjapkan matanya.

"Aku akan membawamu pergi dari sini"

Segera kugendong dia dan berlari menuju perbatasan hutan. Aku menurunkannya di sini.

"Sekarang pergilah dan jangan pernah kembali lagi"

Ia menatap mataku. Matanya berkaca-kaca. Lalu ia berbalik badan dan berlari menjauhiku.

'Kau berhasil Justin'. Selengkung senyum getir di bibirku saat memikirkan hal ini.

Arghh.. aku benar-benar sangat haus. Aku kembali masuk ke hutan untuk berburu. Memang darah binatang itu tidak segar. Tapi aku sudah terlalu sering membunuh manusia. Aku tak mau melakukannya lagi. Aku lelah.

Setelah selesai berburu aku kembali ke kerajaan, walaupun aku masih haus. Kau tahu? Darah hewan itu takkan pernah bisa sepenuhnya menghilangkan rasa dahaga seorang vampire.

"Hai Justin" sapa Marie saat aku tiba.

"Hai Marie" jawabku sambil terus berjalan. Marie mengikutiku. Ia berjalan di sampingku.

"Bagaimana makan malammu tadi?" tanyanya.

"Lumayan. Terima kasih kau selalu membawakan kami mangsa yang enak"

"Itu memang sudah tugasku"

Marie Creech Gray. Ia salah satu vampire terpenting di kerajaan ini. Setiap minggu ia dan empat orang vampire lainnya membawa puluhan atau bahkan ratusan manusia untuk kami. Ia sangat menawan bagi para manusia, membuat mereka terjebak perangkapnya. Ia juga sangat pintar dalam menghilangkan jejak para korbannya.

Kami sampai di loteng, duduk di bangku kayu mahoni tua berwarna coklat.

Gelap. Itulah yang ku lihat. Tak ada apapun di langit sana. Sepi dan juga sunyi. Seolah menggambarkan suasana hatiku yang gelap, muram, dan suram. Aku merasa kesepian. Aku rindu Momku, Patricia Lynn Bieber. Apakah sekarang ia ada di surga? Aku harap begitu. 'Urghh aku benci werewolf. Sangat benci' umpatku dalam hati. Merekalah yang telah membunuh Mom, lima ratus tahun silam.

SHADOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang