Saat ku tatap mata birunya yang indah bagai permata, aku merasa seperti pernah bertemu dengannya, tapi dimana? Kapan? Ah, mungkin itu hanya perasaanku saja.
Ia kembali menyimak pelajaran Mr. Newton begitupun aku.
Bel istirahat berdering. Murid-murid segera berhamburan keluar.
"Kau mau kemana?" tanyaku pada Lesley.
"Ke kantin"
"Ooh" jawabku singkat.
Tak mungkin aku ke kantin. Akan makan apa aku di sana? Manusia?
Ku lihat kembali jadwal kelas yang diberikan Mrs. Clarke tadi. Masih ada dua mata pelajaran yang harus ku ikuti. Olahraga dan Kalkulus. Ku putuskan untuk berganti pakaian olahraga dan menuju lapangan walaupun ini masih jam istirahat.
Lapangan olahraga di sekolah ini cukup luas dan terletak di dalam ruangan. Hanya ada seorang siswa yang sedang asyik mendrible bola basket.
"Bolehkah aku ikut main?" tanyaku seraya berjalan menghampirinya.
Ia menoleh ke arahku.
"Tentu. Tangkap ini"
Ia melempar bola basketnya ke arahku. Dengan sigap ku tangkap bola itu dan melakukan tembakan lay up. Yeah, aku berhasil memasukkan bolanya ke ring.
Kami duduk di deretan bangku penonton yang kosong melompong setelah sekitar 15 menit bermain.
"Apa kau murid baru? Aku belum pernah melihatmu sebelumnya"
"Ya. Aku baru satu hari bersekolah di sini"
"Mmm... Dari tadi kita belum berkenalan. Namaku Yair. Yair Tinokid Danor" ia mengulurkan tangannya.
"Aku Justin. Justin Drew Bieber" ku jabat tangannya. "Senang berkenalan denganmu Yair"
"Senang berkenalan denganmu juga Justin. Ngomong-ngomong kau berasal dari mana?"
"Aku dari Stratford, Ontario, Canada" tidak mungkin aku menjawab Exarizha, Transylvania, Rumania. Mana mungkin ada yang tahu Exarizha. haha. Lagi pula dulu aku memang berasal dari Canada. Jadi aku tak sepenuhnya berbohong kan?
"Wow. Stratford? Musim panas lalu aku berlibur ke sana. Menonton Festival Shakespeare Stratford di Teater Avon, Lalu melihat-lihat seni dan kerajinan lokal serta berkeliling kota. Secara keseluruhan, menurutku Canada merupakan negara yang mengagumkan. Penduduknya ramah, tapi tak gampang dibuat terkesan" Yair bercerita dengan antusias.
Bagiku Stratford memang merupakan kampung halaman yang luar biasa. Aku bangga menjadi orang Canada dan aku harap, semua itu tercermin pada semua yang ku lakukan.
"Haha. Apa musim panas nanti kau akan berlibur ke Stratford lagi?"
"Aku harap iya. Apa kau juga bisa berbahasa Perancis?" tanya Yair.
"Dulu aku bersekolah di sekolah dasar baptis Perancis, Sekolah Katolik Jeanne Sauvè. Semua orang sama sekali tidak berbicara dalam bahasa Inggris. Idenya adalah kau belajar bahasa Perancis selain belajar untuk penambahan, pengurangan, serta semua hal yang akan kau pelajari di sekolah biasa"
"Haha itu keren"
"Tentu saja, sekarang, aku benar-benar senang bisa berbicara bahasa Perancis karena seperti yang kau tahu, cewek-cewek suka ketika seorang pria berbahasa Perancis. Mereka menyebutnya bahasa cinta"
"Haha itu memang benar"
Bel masuk membuat kami terpaksa mengakhiri obrolan seru kami. Puluhan murid berkaos olahraga mulai berdatangan, memadati gedung olahraga.
***
Mapple street sepi. Rumah-rumah tinggi bergaya victoria di sana terlihat aneh dan sunyi. Seolah tidak ditempati manusia, tetapi penuh dengan sesuatu yang lain yang mengawasi. Langit di atas tidak lagi berwarna biru, melainkan buram dan keruh seperti susu, seperti mangkuk raksasa yang terbalik.
Udara terasa gerah dan aku yakin ada mata yang mengamatiku. Aku menangkap tatapan sesuatu yang gelap dari dahan-dahan pohon quince tua di depan rumahku. Seekor gagak bertengger tanpa suara, sehening dedaunan yang menguning di sekitarnya. Gagak itu adalah gagak terbesar yang pernah ku lihat, besar dan berkilat, dengan binary pelangi di bulu-bulu hitamnya. Aku dapat melihat setiap detail dari burung itu dengan sangat jelas. Cakar yang gelap dan tampak rakus, paruh yang tajam, dan satu mata hitam yang berkilau.
Haha ini sungguh menggelikan. Apa yang harus ku takutkan dengan seekor burung? Ku belokkan mobilku menuju halaman rumahku.
Seorang wanita tua yang sedang membersihkan ruang tamu tampak terkejut melihatku masuk. Ia langsung cepat-cepat pergi ke dapur. Entahlah, aku tak tahu mengapa pembantuku itu selalu ketakutan jika bertemu denganku. Mungkinkah ia tahu siapa diriku yang sebenarnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
SHADOW
FanfictionInilah aku, Justin Drew Bieber, manusia setengah vampire. Ini adalah cerita bagaimana duniaku berubah total dengan sangat cepat. Dan selamat datang di duniaku. Dunia bayang-bayang yang penuh dengan kegelapan. Dunia vampire.