"Gicel, kau kenapa?" tanya Yair untuk kesekian kalinya. Tidak biasanya Gicel begitu pendiam.
"Kau sedang ada masalah?" tanya Yair lagi. Ia terlihat begitu cemas melihat gadis pujaannya murung sedari pagi. Lagi-lagi Gicel tak menjawab pertanyaan Yair. Ia hanya menunduk dan mengaduk-aduk makanannya.
"Ya, apa kau ada masalah? Kau bisa menceritakannya pada kami" kali ini aku ikut angkat bicara.
"Ayolah, jangan diam terus" mohon Yair.
"Ceritakan saja masalahmu. Mungkin kita bisa membantu" ucapku lagi.
Tiba-tiba Gicel menggebrak meja di depan kami dan berdiri, membuat semua orang di kantin memandang kami.
Gicel menatapku dengan tatapan marah.
"Ayo kita pergi, Yair" ia menarik tangan Yair dan memaksanya pergi.
Aku menatap kepergian mereka dengan bingung. Memangnya aku salah apa? Akukan hanya bertanya dia ada masalah apa?
***
"Mau apa kalian?" bentakku. Lima siswa berandalan menarikku ke belakang sekolah dan memojokkanku di tembok.
"Mau memberimu pelajaran, Bieber yang sok keren" ucap salah seorang dari mereka yang sepertinya adalah pemimpin mereka. "Karenamu Gicel memutuskanku"
"Gicel bilang ia tak punya pacar. Lagipula aku tak menyukainya. Jadi silahkan saja kejar terus dia sampai kau mendapatkannya lagi"
"Jangan munafik. Mana mungkin ada laki-laki yang tak menyukai gadis sesempurna Gicel"
"Sebenarnya apa maumu? Kau ingin aku menyukai Gicel dan memacarinya, hah?"
"Apa kau bilang?" bentaknya.
"Karena kau juga gadis-gadis di sini tak pernah memerhatikan kami lagi. Mereka selalu saja sibuk membicarakanmu" sahut yang lainnya.
"Dan mengirimimu surat" sambung yang lainnya lagi.
"Dan sekarang kami akan memberimu pelajaran"
Sejujurnya aku sama sekali tak takut pada mereka. Mereka hanyalah segerombolan makhluk lemah. Aku bisa saja melawan atau bahkan membunuh mereka.
Aku memandang salah seorang dari mereka yang sedari tadi hanya diam. Aku rasa dia terpaksa masuk ke geng ini.
Mereka baru saja akan mengeroyokku saat seseorang tiba-tiba berteriak.
"Matt? Apa yang kau lakukan?"
Kami langsung menoleh dan melihat Gicel berdiri tak jauh dari kami. Ia menerobos komplotan Matt dan menghampiriku.
"Ini salah satu alasan mengapa aku tak menyukaimi, Matt. Kau pengecut. Kalian juga" Gicel menuding Matt dan gengnya. "Beraninya hanya keroyokan"
Gicel menggandengku dan menarikku pergi. Aku bisa mendengar Matt mengumpat tak jelas di belakang.
Kami berdiri di tempat parkir, tepatnya di samping mobil Gicel.
Gicel pasti mendengar semua pembicaraanku dengan Matt tadi. "Maafkan aku. Aku tak bermaksud...."
"Aku mengerti kok" potongnya. Ia mendesah dan menatapku. Tatapannya begitu menusukku. Aku bisa melihat kepedihan mendalam di sorot matanya.
Ia memalingkan wajahnya dariku dan tersenyum getir. Aku mengikuti arah pandangannya dan melihat Lesley memasuki mobil Cody. Gicel kembali menatapku begitu mobil itu sudah meninggalkan tempat parkir. Satu tetes air mata meluncur di pipi mulusnya.
"Aku melihat kalian di taman kemarin" lirihnya.
"Izinkan aku memelukmu, sekali ini saja" isaknya. Air matanya semakin mengalir deras.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHADOW
FanfictionInilah aku, Justin Drew Bieber, manusia setengah vampire. Ini adalah cerita bagaimana duniaku berubah total dengan sangat cepat. Dan selamat datang di duniaku. Dunia bayang-bayang yang penuh dengan kegelapan. Dunia vampire.