Sweet Moment

1K 39 2
                                    

Mungkin ini sudah menjadi jalan takdirku. Kehilangan ibuku saat masih berusia lima tahun, menjadi vampire -walaupun tak sepenuhnya- , kabur dari kerajaan, tak bisa diterima sepenuhnya di kehidupan baru ini, dan mencintai sesuatu yang salah. Kuratapi nasibku sebagai vampire kesepian dan termalang di dunia. Oke, mungkin aku terlalu berlebihan. Maaf.

Lamunanku buyar saat mendengar seseorang memanggil namaku. Aku menoleh dan mendapati bola basket tadi melayang ke arahku. Kutangkap bola basket itu dan melihat siapa yang melemparkannya. Gadis anggun dengan senyum menawan itu berdiri di sana.

"Maaf aku terlambat" ucapnya dengan perasaan menyesal. Ia berjalan menghampiriku. Aku tersenyum begitu ia duduk di sampingku.

"Tidak apa-apa. Yang penting kau sudah mau datang"     

"Kau suka cuaca hari ini?" tanyaku mengawali pembicaraan.

Ia memandang matahari berwarna oranye yang sudah condong ke arah  barat. "Ya. Aku suka cuaca cerah seperti ini"

"Hmm.. Bagaimana harimu tadi?" tanyaku lagi sambil memandangi Lesley yang sedang memandang pemandangan danau dan memain-mainkan bola basket tadi di pangkuannya.

"Umm.. Sama seperti hari-hari biasanya. Kau sendiri?" ia menoleh ke arahku.

Aku merasa gugup saat melihat mata birunya menatapku. Seperti ada sesuatu yang hangat menjalar di dadaku. Aku berusaha menyembunyikan rasa gugup ini.

"Ada sesuatu yang spesial hari ini"

"Oh ya? Apa itu?" tanyanya antusias.

Aku tersenyum jahil padanya. "Itu rahasia"

"Ah, kau ini pelit sekali" gumamnya.

"Menurutku Cody itu sangat perhatian padamu" ucapku hati-hati. Aku benar-benar ingin tahu ada hubungan apa ia dengan Cody.

"Ya. Dia kakak yang kelewat perhatian" jawabnya.

"Kakak?" aku menoleh ke arahnya dan menaikkan sebelah alisku.

"Bukan kakak kandung sih. Sebenarnya dia sepupuku. Tapi aku sudah menganggapnya seperti kakakku sendiri"

Aku merasa seperti ada angin sejuk menerpaku saat Lesley mengatakan hal itu. Jadi Cody itu sepupunya? Bukan pacarnya? Tanpa kusadari kedua sudut bibirku terangkat. Aku tersenyum.

"Apa setiap hari Cody ke rumahmu? Aku selalu melihatmu berangkat dan pulang sekolah bersamanya"

"Kami tinggal serumah, Justin"

Aku membelalakkan mataku. Lesley tertawa melihat ekspresiku.

"Tentu tak hanya kami berdua. Ada kakek juga"

"Orang tuamu?"

Lesley mendesah dan menunduk. "Mom dan Dadku sudah meninggal delapan tahun yang lalu"

Aku menyentuh pundaknya pelan. "Maafkan aku. Aku tak bermaksud membuatmu bersedih. Aku tak tahu kalau orang tuamu sudah meninggal"

Lesley mengangkat kepalanya dan tersenyum. "Tidak apa-apa"

"Apa orang tua Cody juga sudah meninggal?" tanyaku hati-hati, takut membuatnya bersedih lagi.

"Mereka masih hidup. Hanya saja mereka telah bercerai. Dan Cody lebih memilih tinggal bersama kakek daripada bersama Mom atau Dadnya. Mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka. Kasihan dia"

"Aku turut bersedih"

"Kau kenapa?" tanyaku pelan. Sedari tadi Lesley hanya diam. Matanya memandang lurus ke depan, ke danau.

SHADOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang